4. Alur Dibalik Ending

1.1K 179 5
                                    

••

Joana menatap minat pertengkaran dua pasangan tidak jauh dari tempatnya, dengan terus memakan cemilannya.

"Uh, mereka kalau marahan sadis ya, langsung pake kekerasan gitu." Kayana yang berada didepannya berkomentar, gadis itu juga ikut memperhatikan pertengkaran couple best Harmes School.

"Lo ngapain peluk-peluk cowok gue setan? Mau rebut dia lagi? Murahan lo." Teriakan itu dari sang gadis, dia mendorong-dorong gadis yang tadi berada di pelukan kekasihnya.

Sebelumnya ia sudah melayangkan tamparan pada pacarnya itu, dan berakhir dengan perdebatan. Setelah puas mencaci maki pacarnya dia malah beralih pada orang lain.

"Buta mata, lo. Nggak liat Philio yang meluk gue dulu." Merasa dituduh tidak berdasar, dia balas membentak.

"Oretha cukup! Kamu bisa nggak dengar penjelasan aku dulu, jangan gampang kesulut emosi gini." Philio melerai dua perempuan yang hampir saja saling menjambak.

"Apa? Lo mau bela siinduk ular Zefanya ini, hah?!" Oretha menunjuk Zefanya, dia menatap Philip sengit.

"Lo ular! Pacar lo nggak bisa puasin lo, makanya nyari kepuasan di cowok orang? Murahan lo setan!" Oretha beralih pada Zefanya.

Zefanya tersulut. Langsung saja dia menerjang adik kelasnya itu sampai jatuh telentang, dia duduk di atas tubuh Oretha. Menjambak sampai memukul bolak-balik wajahnya.

Oretha tidak bisa terima, dia langsung menyentak Zefanya sampai jatuh dari tubuhnya. Posisi dia balik, menjadi dia yang memukul.

Philio kelimpungan, langsung menarik Oretha dan mengunci pergerakannya, sedangkan Zefanya dia suruh orang lain menahan gadis itu.

Agar tidak terjadi perkelahian lagi, Philio langsung membawa Oretha pergi. Dan, pertunjukan selesai.

"Jadi gini alur dibalik kata happy endingnya penulis?" Joana membatin miris.

"Joana, menurut lo hubungan mereka selanjutnya gimana?" Joana melirik Kayana yang meminta pendapat.

"Break up, maybe," ucap Joana santai, menyeruput jus merah jambu miliknya.

"Sayang bangat kalau putus. Tapi itu emang udah jalan terbaik, sih. Pemikiran mereka terlalu nggak sinkron." Kiyana menyetujui. Ia menimpali.

Sedangkan Joana langsung menatap Kiyana tidak percaya dan juga tidak mengerti. Tidak sinkron bagaimana?

"Maksud lo apa?" tanya Joana.

Kiyana berseru sebentar. Maklum jika Joana tidak tau hubungan apa antara Philio dan Oretha. Dia adalah siswa baru.

"Jadi—"

"Mereka itu selalu berantem, bahkan kami nggak pernah kepikiran dua manusia egois itu bisa pacaran. Kayak mustahil bangat gitu kalau mereka bersatu."

Bibir Kiyana berkedut tidak senang. Dia menatap nyalang seseorang yang tadi menyela ucapannya. Yang kini orang itu dengan cengengesan menatap padanya dengan mencomot gorengan miliknya.

"Aren ih, itu gorengan aku," seru Kayana tidak senang.

"Astaga kamu kok pelit bangat sama pacar sendiri." Laki-laki yang disebut Aren itu adalah pacar Kayana. Dia mendelik saat dengan perhitungannya Kayana menarik gorengan yang ada ditangannya, padahal itu sudah ia gigit.

Hidung Joana berkedut. Dia menatap dua pasangan yang berdebat perkata gorengan itu. Dia diam-diam berpikir dimana kiranya dia mendengar nama Aren. Nama itu terdengar familiar untuknya.

Joana berdehem, memberhentikan perdebatan didepannya. "Lo siapa?" pertanyaan itu tertuju pada Aren.

Aren cengengesan. Dia dengan rela melepas gorengannya untuk sang pacar. Langsung saja pria itu mengulurkan tangan berminyaknya didepan Joana.

"Arendra Raksa, lo bisa panggil sayang kalau mau— aws!" Aren langsung meringis saat merasakan cubitan dipinggangnya, tentu dari gadis disampingnya ini.

Kayana menatap Aren dengan mimik wajah yang jijik. "Iyuh, buaya darat berlendir," ejeknya. "Ngomong-ngomong tangan lo berminyak jangan harap jabatan sama Joana," lanjutnya.

Aren langsung menarik tangannya. Mengulurkan pada Kayana. "Bersihin, By," ucapnya seenak jidat.

Kayana mendelik. Dia mendorong pergelangan tangan Aren menjauh. "Gue bukan babu."

Joana hanya bisa menghela nafas, mereka bertengkar lagi, padahal tadi katanya pacar. Hubungan yang aneh.

Oh— ngomong-ngomong, sepertinya Joana tiba-tiba mengingat siapa Arendra Raksa ini.

Dia salah satu sahabat Philio. Salah satu Inti digang yang diketuai Philio Candramawa.

Joana tidak tau kalau tokoh yang diceritakan berkarakter Playboy ini adalah pacar teman barunya. Dinovelnya memang Aren diceritakan tobat karena bertemu gadis sebagai pawangnya. Jadi gadis itu adalah Kayana?

••

Aren dengan bersenandung membuka pintu. Dia terdiam saat pandangan orang-orang yang berada dibalik pintu itu langsung menatap padanya.

Tapi setelahnya dia tersenyum, memperlihatkan gigi putih dan rapinya. "Berasa artis, ya, bund," ujarnya berbisik pada diri sendiri.

Mereka yang mendapati Aren yang masuk langsung saja mengalihkan pandangan. Tidak peduli dengan kedatangan buaya yang dalam proses mutasi menjadi manusia itu.

Aren mendengus, ia melangkah mendekat. Matanya langsung melirik pada Philio yang berada di sana. Dia penasaran kegalauan seperti apa lagi yang akan tampilkan setelah perdebatannya dengan Oretha.

Tapi, yang dia dapat hanya Philio yang asik dengan game. Bermain bersama Nadra dan Rega, si duo maniak game online.

"Waw, tumben bangat si bos nggak bertingkah," nyinyirnya saat setelahnya ia duduk dilantai polos, di samping Orion.

Philio yang mendengar hanya mendengus tapi tidak peduli. Dia fokus saja dengan game di ponselnya itu.

Sedangkan Nadra dan Rega tertawa. Lain lagi kalau Orion, satu es itu cuek. Orion membaca buku ditangannya.

"Lo dari mana, Ar?" Nadra bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel.

Baru saja Aren mau menjawab, tapi Rega menyela. "Palingan abis ngajak baku hantam pacarnya, Dra."

"Hah, gaya pacaran kalian aneh bangat, Ar. Tapi lebih aneh lagi, masih awet aja sampe sekarang."

"Namanya juga cinta."

"Huek, buaya ngomong cinta, jijik bangat."

"Begini nih, ucapan orang iri. Makanya cari pacar, jangan nyiyirin hubungan orang aja tau lo."

Rega mendelik. "Hilih, maksiat bangga," skaknya.

"Wah, anak dugong ngatai lo itu, bos." Aren kontan saja membelokkan kata-kata Rega pada Philio. Lagipula, bosnya itu juga kan, pacaran.

"Yah, kudet lo. Bos mah, udah putus sama Oretha."

Aren kontan membelalak atas fakta yang baru yang ia terima dari mulut Nadra. Dia langsung menatap Philio menuntun. Sayangnya diabaikan pria itu.

"Kok bisa putus? Siapa yang mutusin?" Dia langsung saja mencecar pertanyaan pada siapa saja yang mungkin dengan baik hati akan menjelaskan sehingga jiwa keponya yang sudah berkobar-kobar ini bisa terpadamkan.

"Bisa lah .... Hubungan kalau udah nggak ada kepercayaan ya udah nggak bisa dipertahanin lagi." Rega 'lah yang merespon. Pria itu meletakkan ponselnya setelah sound Victory terdengar.

Begitu juga dengan Nadra. Dia sama meletakkan ponsel. "Yang mutusin Oretha. Sebenarnya spontan aja dia ngomong putus, tapi malah diiyain sama bos."

Aren menatap tidak percaya, tapi tidak urung dia menghela nafas. "Emang kalau udah dari awal salah, nggak akan pernah benar." Dia melirik pada Philio.

Pria itu menatap ponselnya lamat-lamat. Tatapannya sulit dibaca.

Aren tidak tau apa yang dilihat bosnya itu. Tapi dia Menyimpulkan, bahwa Philio tengah menerawang kenangannya dengan sang kekasih.

Perkiraan Aren salah besar. Nyatanya, Philio menatap foto gadis kecil yang usianya kira-kita sekitar 9 tahun. Foto Joana kecil.

••
To Be Continued

JOANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang