~Rumah

3 0 0
                                    

"Sudah lebih tenang?" Langit datang dengan membawa botol berisi air mineral. Mentari hanya menatap Langit. "Kenapa?"

"Aku menangis untuk hal sepele. Pasti kamu berfikir seperti itu, iyakan Langit?" Langit duduk di samping Mentari.

"Ngga ada hal se-sepele itu, Tari." Menyapukan sisa air mata dengan segera, Mentari enggan membuka suara.

"Kita pulang?" Mentari merasa linglung

pulang? Pulang kemana yang Langit maksud? Mentari bahkan tak memiliki lagi rumah untuk pulang.

Dengan cepat Mentari menggeleng. "Nggak, Langit!"

"--aku sudah kehilangan rumah untuk pulang." Mentari tersedak menahan isak.

"Kamu salah. Rumah kamu masih utuh, kamu bukan kehilangan, kamu hanya perlu menghidupkan kembali rumah itu." Mentari mencari kebenaran dalam mata Langit.

"Mau mencoba?" Kala memilih menggeleng, Langit menghela nafas.

"Kamu hanya perlu yakin. Semua yang sudah terjadi, sudah Tuhan rencanakan jauh sebelum kamu ada. Takdir. Kamu percaya itukan?"

***
Haiii,
Terimakasih sudah membaca cerita iniii, jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian!!

MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang