"Ternyata melelahkan ya?" Mentari mengangguk. "Iya."
"Pertama mencoba, gagal. Kemarin mencoba berhasil ngga?"
Mentari mencoba tersenyum. "Iya, tapi belum sempat aku merasa bahagia lebih lama, Tuhan kembali merampasnya. Kamu tahu? Aku kehilangan arah. Aku marah, tapi bukan karena Tuhan mengambil kebahagiaan itu dari aku Langit, bukan." Nafasnya memburu, dadanya terasa sesak, ia pukul dadanya supaya bisa bernafas dengan benar. Langit menghentikan aksi Mentari yang malah menyakiti dirinya sendiri.
"Aku egois, Langit! Kemarin Tuhan berbaik hati memberi apa yang aku mau. Tapi, aku si egois ini lupa untuk bersyukur dan dengan sombongnya kembali meminta yang lebih dari itu. Sampai akhirnya Tuhan renggut dan membiarkan aku menangis untuk menyesalinya."
Langit mendekap Mentari.
"Mentari, Tuhan bukan sedang merampas bahagia kamu,tapi Tuhan sedang merancang kejutan lainnya buat kamu."
****
Haiii,
Terimakasih sudah membaca cerita iniii, jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian!!
