Chapter 2

473 58 0
                                    

Perhatian!
Mengandung kata-kata kasar, menyiksa diri, dan sebagainya. Jika ada kesamaan kata, Nama, Latar, sama sekali tidak ada hubunganya dengan dunia nyata.

Ps. Jangan lupa vote dan komen biar semangat.

Cahaya matahari yang menembus kelopak mata membuatku mengedipkan mata dengan renguhan.

Ah sial.

Pagi-pagi aku sudah mengumpat karena hari yang sial.

"Selamat pagi, nona."

Didepan ranjang sudah ada gaun yang akan kupakai hari ini, disampingku pula ada sejumlah pelayan yang sudah memincingkan matanya menyuruhku segera berdiri dan mandi.

"Ughh...iya iya."

Malam ini adalah harinya pesta ulang tahun Putra Mahkota, waktu tak terasa berlalu begitu cepat.

Airine akan memakiku habis habisan setelah ini.

Kereta yang kunaiki berhenti dihalaman aula istana. hari ini sangat ramai tak seperti biasa.

"Lady Russel memasuki ruangan."

Kenapa dia malah meneriaki namaku.

Aku sudah mengira akan seperti ini, tapi tak disangka mereka semua tertarik tentang masalah perdayangan itu.

Semua pasang mata menuju kearahku. Aku seperti mengecil sepuluh sentimeter setiap detiknya.

"Dia dihina secara langsung oleh Tuan Putri."

"Kukira mereka dekat."

"Teman apanya. Dia kan budak setia Tuan Putri."

Tatapan mereka membuatku sangat tertekan. Kenapa mereka tak langsung menikamku daripada mengutukku didalam hati?

"Dia selalu membuat onar."

"Bukankah seharusnya dia menerima tawaran Putri Airine?"

"Benar, padahal dia sudah dibantu oleh putri sejak kecil."

Bantu apanya brengsek, dia malah menjadikanku pembantu.

"Nona Russel, Yang Mulia Putri menyuruh anda menemuinya."

Aku mengikuti pelayan yang ada didepan ku. Aku semakin mendekati kerumunan  laki-laki yang sudah pasti Airine yang menjadi eksetensinya.

Entah apa yang sudah kulakukan, tapi setiap orang yang melihat mataku akan mundur sepuluh langkah. Mereka semua mulai bubar serempak saat aku menatap mereka.

Mereka takut padaku tapi bisa bisanya mereka menghina didepanku langsung?

"Ah Ruby." Airine tersenyum manis, semua laki laki tergila gila pada senyumnya. Ughh bukankah itu mengerikan? Lihatlah nadanya yang sangat imut itu, kupingku jadi tersengat karena merinding.

Aku menyapanya seperti biasa. Enggan dekat dekat.
Airine nampaknya melihat gelagat ku yang tak mau mendekatinya, dia berlari kearahku dan segera mencengkram lenganku dengan kuat.

"Aku merindukanmu, Ruby."

Genggamanya semakin menguat setiap waktu, kukunya yang tajam membuat lubang dilenganku.

"...aku juga."

Setelah dia melepaskan cengkraman, cairan kental berwana merah mulai keluar dari tempatnya.

Dia mulai lagi deh.

Aku menutup lukanya dengan tanganku yang lain. 
Serta mundur sepuluh langkah memberikan ruang untuk mereka yang ingin menjilat Airine.

UNDERTAKER (Revisi besar besaran) jangan dibaca , simpen aja di perpus duluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang