Chapter 4

303 51 0
                                    

Perhatian!
Mengandung kata-kata kasar, menyiksa diri, dan sebagainya. Jika ada kesamaan kata, Nama, Latar, sama sekali tidak ada hubunganya dengan dunia nyata.

Ps. Jangan lupa vote dan komen biar semangat.

"Orang gila mana yang menyuruh kita mencuri ditengah orang banyak begini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Orang gila mana yang menyuruh kita mencuri ditengah orang banyak begini."

"...itu ayahku." Pak tua itu memang ingin anaknya mati tertangkap. Aku juga ingin mengumpat didepan wajahnya.

"Target kita lebih gila karena berburu membawa permata seharga ratusan juta emas."

"Marquess Lucan, anggota faksi bangsawan utara yang sangat setia kepada Keluarga Marlcester. Dia seumuran kita."

Aku menjabarkan semua info target yang ku tahu. Duke Russel sangat jarang menyentuh utara karena dibelakang mereka ada Marlcester, tapi entah apa yang sedang dia pikirkan.

"Bukankah lebih baik kita lakukan dihutan ?"

Aku mengangguk setuju "Baiklah, kita lakukan seperti itu saja."

Dan kembali ke perjamuan pesta berburu yang terlihat seperti pesta teh. Para lady ditempatkan ditempat yang aman, sedangkan para lelaki ditempatkan diarea garis depan.

Perempuan diperbolehkan berburu monster kecil saja. Aku juga harus bersiap berburu.

Aku menuju tenda khusus keluarga Russel, hendak melaporkan misi yang akan segera dimulai kepada atasanku.

Ayah sekaligus atasan. Dia memanfaatkan anak anaknya habis-habisan.

Duke Russel terlihat sedang duduk santai ditempatnya, sepertinya dia juga malas berburu.  Aku tak melihat Kakak pertama disini. Hanya pak tua.

"Saya akan segera memulai misinya."

"Laksanakan."

Aku menunduk mengerti.

"Oh kau juga pakai baju berburu?"

"Kami akan memulainya didalam."

"Baju itu terlihat bagus untukmu."

Maksudnya aku terlihat cantik, kan?

"Saya membelinya dari kartu nama yang kakak pertama berikan kepada saya"

"Jika dipikirkan, aku tak pernah memberimu gaji ya."

"Benar, saya hampir menuntut hak pekerja kepada anda."

"Kau pandai melucu."

Aku serius pak tua.

"Itu adalah keahlian saya."

"Hoho pergilah."

Aku berbalik pergi meninggalkan tenda. Sepuluh menit lagi akan dimulai , aku hanya sibuk mencari kuda yang kutinggalkan entah dimana.

UNDERTAKER (Revisi besar besaran) jangan dibaca , simpen aja di perpus duluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang