Chapter 1

842 77 2
                                    

Perhatian! Mengandung kata-kata kasar, menyakiti diri dan sebagainya. Jika ada kesamaan kata, Nama, Latar, ini tidak ada hubungannya dengan dunia nyata.

Ketika aku yang lebih
memilih mengakhiri hidupku malah kembali hidup dizaman abad pertengahan. Tidak adil. Memuakan. Semuanya benar-benar membuatku muak.

Apa aku adalah lelucon untukmu? Kenapa hanya aku yang tak bisa beristirahat dengan tenang?

Kalau hidupku memang semenyenangkan itu untuk kau permainkan, setidaknya hapus ingatan dikehidupanku sebelumnya hingga aku memiliki rasa keberuntungan yang selama ini tak pernah kudapatkan.
Hampa ini membuatku tersiksa.

Rasanya ingin berteriak hingga puas tapi kembali diingatkan dengan kenyataan. Rasanya selalu berteriak ingin mati tapi selalu hidup.

"Nona, Yang Mulia Tuan Putri mendatangi anda."

Aku mengangguk sebagai jawaban. Berkat status teman kecilnya sang putri Airine, membuat perlakuan anak haram sepertiku ini menjadi sedikit lebih baik diantara orang orang. Tak ada yang tau sebagai ganti aku berteman dengannya adalah menjadikanku temeng segala kebusukan yang dia lakukan. Suatu hari mungkin dia akan menyingkirkanku untuk menghilangkan bukti.

"Maaf membuatmu menunggu Yang Mulia."
Aku membungkuk memberi salam. Walaupun terlihat seperti teman baik, Putri Airine suka menunjukan kekuasaanya. Dia mencoba menekanku untuk kesenangannya.

"Lama tidak bertemu, Ruby."

"Suatu kehormatan saya yang rendah ini bisa bertemu dengan anda lagi, Yang Mulia."

"Jangan terlalu formal kepadaku, Ruby."

"Bagaimana bisa saya yang rendah ini-"

Kipas berwarna senada dengan bajunya airine melayang ke arahku. Jika aku menghindar, guci yang ada disebelahnya akan terlempar kearahku sebagai gantinya. Tidak ada pilihan lain selain merelakan kepalaku yang menjadi target, toh ini hanya kipas.

"Kau melanggar perintahku?"

"Maaf, "

"Benar, itu baru Ruby ku."
Dia mengelap darah yang mengalir didahiku.

Menyebalkan.

Aku yang tak bisa apa apa ini lebih menyebalkan. Rasanya lebih mirip kacung daripada teman dekatnya.

"Kamu tau kan sebentar lagi ulang tahun kakakku?"

"Ya, siapa yang tak tau perayaan paling dinanti para lady."

"Kamu akan datang kan?"

"Tentu saja." Aku malas.

"Kalau begitu temani aku membeli gaun."

Tangannya terulur kearahku, aku menerima uluran dan menuntunnya sampai kereta kuda.

Kami memilih baju gaun hampir setengah hari lamanya, ah sebenarnya hanya dia saja yang memilih gaun. Aku hanya diam dipojokan dan menjawab pertanyaan Airine sekedar menilai gaun mana yang cocok untuknya.

Tak biasanya dia bingung memilih gaun seperti ini, dia seperti ingin terlihat cantik untuk seseorang.

"Lihat Ruby, apa ini cantik?"
Aku terdiam sejenak. Wajahnya memang terlihat seperti dewi, namun karena gaun yang dia pakai sekarang menjadi dewi kecantikan sungguhan.

"Lebih indah diantara yang lain."

Airine tersenyum puas melihatku.

"Baiklah aku pilih yang ini"

Akhirnya nenek lampir ini.

Kami berpisah menggunakan kereta masing masing.

Suasana ibu kota sangat ramai. Perayaan ulang tahun putra mahkota akan dirayakan satu kekaisaran, wajar saja mereka akan sangat menantikan festival bersama orang tersayang.

UNDERTAKER (Revisi besar besaran) jangan dibaca , simpen aja di perpus duluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang