Chapter 3

396 53 0
                                    

Perhatian!
Mengandung kata-kata kasar, menyiksa diri, dan sebagainya. Jika ada kesamaan kata, Nama, Latar, sama sekali tidak ada hubunganya dengan dunia nyata.

 Jika ada kesamaan kata, Nama, Latar, sama sekali tidak ada hubunganya dengan dunia nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuk

Tuk

Tuk

Ku benturkan kepalaku berkali kali.

Suara benturan kepalaku ini membuatku semakin mengingat kejadian semalam.

Tolong selamatkan harga diriku.

Kuharap ini mimpi saja.

Aku meratap lenganku yang dengan lancangnya memeluk pria tak dikenal.

BAIKNYA KUPOTONG SAJA!

"Ugh..."

Yah sudahlah tak usah dipedulikan.

ARGHH BAGAIMANA BISA TAK DIPEDULIKAN BODOH?!

aku jadi berdebat sendiri dengan pikiranku.

"apa kau mendengarkan?"

"Huh?" Aku kembali sadar karna suara lilian.

"Apa kau punya masalah?."

"Entahlah~" aku terbujur lesu diatas meja.

aku sedang bersama dengan rekan kerja rahasiaku. Minum bir. Diam-diam. Memakai penutup mulut hingga hidung saja sih. Rambut kami digerai seperti biasa dan memakai baju lusuh pejuang wanita pembunuh bayaran. Kami sekarang tidak membunuh kok.

"nona-nona, ingin bermain dengan kami?"

aku menyesap birku sekali teguk tak peduli dengan godaan para pria yang sepertinya adalah seorang ksatria pengawal dari seragamnya.

Lihatlah, kenapa aku tidak mabuk saat aku meminum segelas bir penuh. Ah aku ingin mabuk melupakan masalahku.

Apa penyihir itu memasukan sesuatu ke gelasku?

Salah satu ksatria hampir menyentuh milik Jisabeth.

Kuperhatikan ketiga rekan kerjaku, mereka sedang menyalak tajam kearah mereka.

Aku tak sadar terkekeh kecil melihat pengawal kerajaan yang mulai ciut satu persatu.

"Beraninya wanita rendahan seperti kalian-" wajah angkuhnya sangat menyebalkan.

UNDERTAKER (Revisi besar besaran) jangan dibaca , simpen aja di perpus duluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang