PROLOG

1K 148 4
                                    

Bacanya sambil dengar lagu diatas, biar dapat vibe-nya.

Selamat membaca dan jangan lupa vote ya!

*****

Langit menampakkan semburat abu-abu. Suara cemeti dewa bergemuruh, menandakan langit hendak memuntahkan berkahnya. Ratusan bulir-bulir air mulai jatuh dari langit, membawa hawa sejuk bagi bumi pertiwi.

Suara bising dari kendaraan bermotor yang melaju diatas aspal, ikut memeriahkan suara gemerincing air hujan. Lautan manusia mulai memisahkan diri, mencari tempat teduh untuk melindungi diri dari bulir-bulir air. Ada juga yang mengeluarkan payung untuk menadahi kepala mereka. Pemandangan lumrah yang menunjukkan betapa monotonnya kehidupan duniawi.

Tris duduk didepan konter dapur kantornya. Manik kelamnya bergulir, mengikuti para manusia yang berjalan didepan jendela. Sesekali menghela nafas lelah, memikirkan apa yang harus ia masak ketika pulang nanti. Dirinya tidak terlalu banyak berharap. Mengingat sekarang telah mencapai akhir bulan, hanya mie instan yang bisa ia andalkan saat ini.

Tris hanyalah seorang OG yang bekerja disebuah perusahaan startup dibidang properti. Dirinya telah bekerja disana selama hampir empat tahunan. Tris tidak bisa mengharap terlalu banyak akan kehidupannya. Berhasil menjadi OG pun ia sangat bersyukur, setidaknya kemampuan bersih-bersihnya masih berguna.

Dirinya tidak pintar dan juga tidak terampil. Tidak bisa memanajemen waktu, public speaking, walaupun memiliki kepercayaan diri yang lumayan. Yang bisa ia lakukan hanyalah bebersih, memasak, dan mengangkut barang. Sepertinya dia memang ditakdirkan untuk menjadi seorang jongos.

Tris tahu kehidupan itu amatlah keras. Hanya yang memiliki kuasa dan uanglah yang menang, sementara dibawah itu hanya terbuang sia-sia menjadi budak kapitalis. Namun sesaat, Tris masih ingin bermimpi. Seorang pemimpi yang menyedihkan.

Ia bermimpi menjadi seorang desainer ternama dan memiliki cabang butik diberbagai negara. Desain bajunya dipakai oleh artis-artis ternama dan orang penting didunia. Impian dimana dirinya bisa mengguncang dunia dengan desain-desain baju buatannya. Namun, poof! Hal itu tidak akan pernah terjadi, kalaupun terjadi hanya akan muncul sebagai bunga tidur. Sebuah mimpi yang berakhir menyedihkan, dimana Tris tidak bisa menggapai hal itu.

Tris terlahir dari sepasang remaja yang terpaksa menikah diusia muda karena sebuah 'kecelakaan'. Sejak lahir, Tris harus menyaksikan kedua orang tuanya cekcok hingga terkadang melibatkan kekerasan dibalik pintu kamarnya. Namun hal baiknya, kedua orang tuanya tidak pernah memukul atau mencaci Tris. Mereka selalu memperlihatkan sisi lembut setiap berada didepan Tris, seolah-olah mereka adalah sepasang kekasih yang diturunkan Tuhan dari nirwana.

Suatu hari keduanya terlibat cekcok hebat, hingga membuat mereka memutuskan untuk berpisah. Dan itulah pertama kalinya Tris mendapatkan perlakuan tak terpuji dari kedua orang tuanya. Kedua orang itu saling melempar perintah untuk mengasuh dirinya, tetapi keduanya saling menolak.

Ibunya telah menemukan seorang pria yang lebih baik dan mapan dari ayahnya. Namun pria itu menolak menikahi sang ibu jika Tris dibawa untuk diasuh bersama mereka. Sementara sang ayah telah menikah terlebih dahulu dengan seorang janda beranak dua. Ayahnya tidak membawa dirinya karena tidak mau terbayang-bayang oleh masa lalu.

Pada akhirnya Tris kecil ditinggalkan didepan sebuah panti asuhan oleh ibunya, dengan alasan hendak membeli minuman disebuah toko swalayan. Tris yang saat itu berumur enpat tahun hanya bisa percaya dan menunggu. Setengah jam ... satu jam ... lima jam ... hingga akhirnya langit berubah gelap gulita, ibunya tidak pernah kembali.

Tumbuh tanpa orang tua disisinya, membuat Tris harus merasakan kerasnya kehidupan sejak dini. Sehabis pulang sekolah, Tris harus melakukan pekerjaan kasar demi bisa membantu keuangan panti. Menjadi kuli panggul di pasar, kenek angkutan kota, bahkan kuli bangunan. Semuanya ia kerjakan demi meraih pundi-pundi uang.

BEATRICE: The Red DamascusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang