Langit mulai menggelap dengan matahari yang berada di ufuk timur. Layaknya kanvas, angkasa dihiasi oleh warna oranye bercampur dengan warna ungu kehitaman. Awan-awan putih mulai berubah warna menjadi abu-abu kemerahan. Walaupun begitu, pasar malah terlihat semakin ramai.
Lampu sihir berjejer disepanjang jalan, memancarkan cahaya berwarna kuning yang semakin menceriakan suasana jalanan. Jalanan pasar semakin ramai, mulai dari anak-anak kecil yang datang bersama orang tua mereka serta pasangan yang berjalan sembari bergandengan tangan. Tak jarang juga terlihat beberapa bangsawan berjalan ditemani beberapa pelayan serta ksatria yang mengekori mereka. Sama halnya seperti Beatrice.
Beatrice masih berjalan mengelilingi pasar. Didalam ingatan Beatrice terdahulu, dipasar ini ada yang menjual kue berbentuk ikan berisi beraneka krim yang sangat lezat. Jajanan itu merupakan hal ikonik yang terdapat didalam pasar. Beatrice terdahulu tidak terlalu sering memakannya, karena tuntutan sang ayah yang menginginkan putrinya memiliki tubuh yang ramping serta selalu memakaikannya korset.
Namun, karena yang ada ditubuh ini bukanlah Beatrice, melainkan Tris. Ia akan memakan kue itu, ia tak peduli akan menjadi gendut. Toh, dia kaya sekarang, lagipula memakan beberapa kue itu tidak akan membuatnya gendut mendadak.
Beatrice melangkahkan kakinya mengikuti arahan Lena. Tepat setelah melewati sebuah tikungan, ia dapat melihat sebuah kedai roti yang ramai oleh pengunjung. Dietalase kedai tersebut, terdapat berbagai macam roti, namun yang paling diincar adalah si roti ikan. Terlihat asap membubung tinggi, keluar dari jendela yang memisahkan penjual dan pembeli.
Beatrice tersenyum tipis kala melihatnya. Walaupun sekarang telah menjadi kaya, ia tetap ingin merasakan roti tersebut. Ia berjalan girang kearah kedai yang mirip dengan perawakan food truck tersebut. Bahkan para pelayan yang selalu mengikutinya nya terlihat terkejut dengan perubahan sikap sang nyonya. Mereka saling bertukar tatapan bertanya-tanya, namun pada akhirnya hanya pasrah mengikuti sang madam.
Setelah sampai didepan food truck dirinya tiba-tiba langsung linglung. Tris sekarang telah menjadi bangsawan kelas atas. Jadi haruskah ia mengantri makanan bersama para rakyat jelata?
"Lena!" panggilnya pada sang pelayan.
"Ya, Yang Mulia?" tanya gadis bersurai oranye itu sopan.
Beatrice membuka kipas tangan yang dibawanya lalu menutup mulut dengan anggun. "Pesankan roti ikan itu, aku akan menunggumu dikursi itu." Kipas itu kembali tertutup untuk menunjuk kearah kursi taman yang ada didepan air mancur.
Lena mengangguk sopan, sementara Beatrice berbalik badan berjalan kearah kursi taman tersebut. Sesaat ia melirik para pelayan yang mengikutinya. Pelayan-pelayan ini nampaknya juga menginginkan roti ikan tersebut. Mereka memandangi kedai tersebut dengan tatapan penuh damba.
"Kalau mau beli, silahkan saja." Seorang pelayan langsung menatap Beatrice penuh harap.
"Sungguh, Yang Mulia?!" tanyanya riang.
Gadis bertitel Grand Duchess itu mengangguk singkat. "Ya, sampaikan juga pada Lena agar membeli roti untuk para pengawal. Kalau ada yang lebih bisa bagikan kepada rakyat, roti kalian biar aku yang bayar. Hanya membeli beberapa roti tidak akan membuatku bangkrut."
Para pelayan yang diperkirakan berumur 17-18 tahun itu melompat kegirangan. "Oh iya, bilang juga pada Lena, aku ingin yang rasa coklat. Aku lupa mengatakannya tadi," tambah Beatrice lalu mendudukkan diri diatas bangku taman.
Salah satu pelayannya telah berlari kearah kedai itu untuk menghampiri Lena. Sementara yang satunya lagi berdiri tepat disisi Beatrice layaknya ksatria. Manik merah itu melirik gadis muda yang berdiri disampingnya. Pelayannya itu terlihat sangat manis dengan wajah yang terdapat freckless serta rambut berwarna coklat dikepang dua. Manik berwarna hitam itu memancarkan kemurnian dan kepolosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEATRICE: The Red Damascus
Fantasy[Warn: 18+ | Harsh Word | Mature Content] [Judul awal: Madame Beatrice/The Red Madame] Freedom series #2 Tris hanyalah seorang OG disebuah perusahaan startup. Hidup seorang diri sejak kecil membuatnya paham akan kerasnya kehidupan. Namun untuk sesa...