1. Mistake
Pagi itu, angin berhembus pelan, kicauan beberapa burung putih di atas sana membelah kebiruan pada langit cerah. Mata sang gadis terpejam sejenak, berusaha menenangkn pikirannya yang sedikit berkecamuk.
Hari ini adalah pelajaran matematika, dia harus fokus. Matematika adalah pelajaran kesukaan Lia, itu menyenangkan. Bagi Lia, mereka yang tidak suka matematika itu aneh dan bodoh. Padahal kan matematika itu seru.
Dia tidak menghiraukan seruan berisik dari teman-teman sekelasnya, matanya kini hanya terfokus pada buku catatan di hadapannya. Lagipula teman-teman gadis itu sudah hafal dengan kelakuannya yang selalu belajar, belajar dan belajar.
"Li, udah kalik belajarnya. Lo belajar mulu padahal kagak ada ulangan."
Yeji berseru kala melihat Lia yang selalu fokus dengan bukunya. Gadis bersurai hitam itu duduk diseberang bangku Lia.
"Lia gak kek lo Ji, yang belajar pas mau ujian doang."
Lia tersenyum mendengar cercaan Renjun. Yeji melirik cowok itu dengan kesal.
"Dih, lo juga gitu kalik. Nilai lo aja masih di bawah gue."
"Cuma matematika doang, sisanya nilai gue lebih tinggi dari Lo."
Lalu perdebatan itu terus terjadi. Yeji dan Renjun―selalu seperti itu. Mereka bagaikan tom and jerry nya kelas. Tiada hari tanpa bertengkar, Lia doakan semoga mereka berjodoh, Amin.
Beberapa saat kemudian bell masuk berbunyi, dan guru matematika mereka masuk. Mengundang keluhan dari beberapa siswa. Apapun yang terjadi, guru matematika tidak pernah absen dan selalu masuk kelas dengan tepat waktu―Lia suka itu.
Pelajaran di mulai, dan Lia hanya terfokus ke depan mendengarkan setiap penjelasan Bu Tita.
"Sekarang, ada yang bisa ngerjain tugas di depan?"
Hanya dua orang yang mengangkat tangan, Lia dan―Na Jaemin. Dua murid yang selalu menjadi rival dalam pelajaran apapun. Selalu berlomba-lomba mendapatkan nilai terbaik.
Baik Lia maupun Jaemin sama-sama tidak mau mengalah. Jika guru bertanya, selalu mereka yang mengangkat tangan. Sekelas pun hafal akan tingkah dua sejoli itu.
Lia menoleh ke belakang melihat Jaemin, cowok itu tersenyum miring menatap Lia yang membuat Lia mendengus kesal. Tiga hal yang Lia benci―ulat, kebisingan dan Na Jaemin.
"Selain Lia dan Jaemin gak ada yang bisa?"
Bu Tuti bertanya memandang murid nya satu persatu yang sukses membuat mereka semua mengalihkan pandang tidak ingin di tunjuk oleh Bu Tuti.
"Oke, kalau gitu Lia maju, selesain soal di depan."
Mendengar perkataan Bu Tuti membuat Lia menoleh pada Jaemin dan tersenyum penuh kemenangan, kilat kejengkelan di mata Jaemin terlihat jelas membuat Lia semakin senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth
Fanfiction❝Jaem, aku hamil.❞ Jaemin dan Lia tidak pernah akrab, mereka saling membenci satu sama lain. Selalu menjadi rival untuk mendapatkan nilai tertinggi di sekolah. Bagi Jaemin, Lia hanya gadis menjengkelkan yang selalu berusaha mengalahkannya. Tatapan...