2. After
Pagi tiba, di ruangan bernuansa putih perempuan itu terbangun. Mengerjabkan matanya berusaha menyesuaikan dengan sinar mentari yang mengintip melalui celah jendela yang terbuka.
Lia meringis kala merasakan tubuhnya yang pegal dan sakit, dia akhirnya membuka kedua kelopak matanya―menampilan dua netra terang yang memandang atap dengan sayu.
Perempuan itu masih berusaha mengumpulkan nyawa untuk membuatnya sadar sepenuhnya. Beberapa saat kemudian Lia tersentak, tiba-tiba perempuan itu panik melihat dia terbangun disebuah ruangan asing―bukan kamarnya.
Lia mengedarkan pandangannya, dan nafasnya tercekat melihat keberadaan Jaemin yang juga tengah berbaring di ranjang yang sama dengan Lia.
Mata cowok itu sudah terbuka, dan dia berbaring menghadap Lia, menatap Lia dengan pandangan sesal.
"Maaf Li."
Cowok itu bergumam lirih, dan Lia masih terdiam berusaha mencerna semuanya―apa yang terjadi semalam. Lia hanya ingat bahwa dia datang ke acara ulangtahun Jeno, lalu berkumpul dengan teman-temannya. Mereka mulai meminum alkohol, saat itu Lia pergi ke kamar mandi untuk sedikit menyadarkan diri karena dia sudah mabuk.
Lalu Jaemin menarik Lia masuk ke sebuah ruangan yang kosong, dan―nafas Lia tercekat, serat di relung tenggorokan kala dia menyadari apa yang sebenarnya terjadi.
Kondisi sekarang pun mereka sama-sama telanjang dibalik selimut putih yang menutupi tubuh keduanya. Saat Lia bergerak, dia dapat merasakan selangkangannya yang sakit.
"Jaem, ki-kita―"
Lia bangkit terduduk, menutup dadanya dengan selimut. Air mata meluruh membasahi pipi.
Jaemin ikut bangkit, cowok itu menatap Lia dengan pandangan sesal.
"Semalem gue mabuk Li, maaf."
Ucapan Jaemin bukannya membuat Lia tenang, malah membuat cewek itu menangis keras. Jaemin tidak berusaha untuk menghentikan tangis Lia karena dia tahu si cewek sedang butuh itu.
"Ta-tapi kita masih SMA Jaem."
Bukan hanya itu, bagaimana reaksi kedua orangtua nya saat tahu bahwa Lia sudah tidak perawan. Dia sudah tidur dengan teman sekelasnya sendiri. Demi Tuhan, semua ini membuat Lia takut.
"Iya, gue minta maaf. Semalem gue gak bisa ngendaliin diri gue sendiri."
Jaemin tidak merasa senang atau beruntung sudah mengambil keperawanan Lia. Dia hanya merasa begitu bersalah dan marah kepada dirinya sendiri.
Jaemin sudah merusak cewek ini. kedua orangtua Jaemin selalu mengajari bagaimana menghargai seorang perempuan, tapi lihatlah apa yang Jaemin lakukan sekarang
Semua kenyataan itu semakin memukul Jaemin saat mengetahui bahwa Lia lah gadis yang sudah ia rusak. Demi Tuhan, Jaemin memang membenci Lia semenjak kelas sepuluh karena bisa dikatakan mereka adalah rival disetiap mata pelajaran―Tapi Jaemin tidak pernah berfikir akan merusaknya seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth
Fanfiction❝Jaem, aku hamil.❞ Jaemin dan Lia tidak pernah akrab, mereka saling membenci satu sama lain. Selalu menjadi rival untuk mendapatkan nilai tertinggi di sekolah. Bagi Jaemin, Lia hanya gadis menjengkelkan yang selalu berusaha mengalahkannya. Tatapan...