4. Little Things
"Lia, bangun sayang."
Suara lembut itu terdengar, mengusik tidur Lia. Sentuhan pelan di bahunya membuat Lia mengerang dan akhirnya membuka matanya walau tidak ikhlas.
"Udah jam enam lewat, nanti kamu terlambat."
Yona tersenyum, mengusap kening Lia meminta sang putri agar bangun.
"Mama." gumam Lia.
"Bangun, jangan jadi anak yang males."
Tapi suara lembut Yona malah membuat Lia semakin mengantuk. Lia tidak pernah bertemu dengan seseorang yang kelembutannya bisa mengalahkan suara Yona.
"Ngantuk." sahut Lia.
"Bangun gih, mandi. Kamu emangnya mau terlambat."
Lia menggeleng, walau terlihat tidak ikhlas tapi cewek itu tetap bangun. Menguap sebentar sebelum menyingkap selimutnya dan beranjak turun dari ranjang.
"Abis itu turun ke bawah, kita sarapan bareng."
Lia hanya mengangguk, cewek itu melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri sedangkan Yona merapikan tempat tidur putri satu-satunya itu.
Hanya butuh beberapa menit untuk Lia menyelesaikan acara mandinya. Dia keluar kamar mandi dan sudah tidak mendapati keberadaan Yona.
Mungkin wanita itu sudah keluar, kamar Lia juga sudah dirapikan oleh Yona. Tersenyum, Lia memilih cepat-cepat memakai seragam sekolahnya. Tak lupa dia menyisir rambut dan mengikatnya kuncir kuda.
Mengambil tasnya, Lia kemudian melangkah keluar dari kamar dan menuju meja makan di mana Jeffrey, Yona dan sang ayah sudah duduk.
"Pagi."
Lia menyapa, memberi kecupan lembut di pipi sang ayah dan juga Jeffrey.
"Tumben telat bangun, biasanya selalu yang paling pertama bangunnya."
Jeffrey berucap kala Lia duduk tepat di samping cowok itu. Iya, biasanya memang Lia selalu bangun lebih awal, dan yang pertama datang ke meja makan.
"Semalem Lia belajar buat ulangan hari ini."
Ah Jeffrey tidak terkejut. Lia memang selalu seperti itu, dan tekanan dari sang ayah juga selalu menuntut Lia untuk mendapat nilai yang tinggi.
"Belajar boleh tapi jangan sampai begadang dong Lia." Yona menyahut
"Loh, itu bagus dong Ma. Lia emang harus belajar biar bisa dapet nilai yang tinggi." balas sang Ayah.
Ayahnya memang selalu menekan Lia untuk belajar, belajar dan belajar. Pria itu ingin Lia mendapatkan nilai yang tinggi dan masa depan yang cerah.
"Tapi kalau sampai begadang kan ngga baik Pa." jawab Yona.
"Ngga, bagus kok. Daripada Lia begadang gara-gara pacaran. Mending begadang demi belajar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth
Fanfiction❝Jaem, aku hamil.❞ Jaemin dan Lia tidak pernah akrab, mereka saling membenci satu sama lain. Selalu menjadi rival untuk mendapatkan nilai tertinggi di sekolah. Bagi Jaemin, Lia hanya gadis menjengkelkan yang selalu berusaha mengalahkannya. Tatapan...