15

411 52 5
                                    

Dari balik kemudi, Jihoon menatap fokus ke arah pintu keluar gedung kantor yang ada di hadapannya. Perlahan terlihat orang-orang mulai berjalan keluar dari dalam sana. Matanya semakin fokus, mencari sosok Nisa diantara orang-orang itu. Hingga akhirnya, dia melihat Nisa yang sedang asyik mengobrol sambil sesekali tertawa bersama seorang pria yang keluar dari sana. Dengan cepat, Jihoon keluar dari dalam mobilnya dan bergegas menghampiri Nisa.

"Kak!" seru Jihoon sambil berlari kecil menghampiri Nisa. Nisa yang mendengar seruan Jihoon langsung menoleh dan melambaikan tangannya pada Jihoon.

"Loh Ji, ngapain kesini?" tanya Nisa begitu Jihoon sampai di hadapannya.

"Jemput lo. Mama bilang lo gak bawa mobil, makannya gue jemput sekalian jalan-jalan" jawab Jihoon. 

"Siapa Nis?" tiba-tiba pria di samping Nisa ikut berbicara. Sontak tatapan Jihoon langsung beralih ke pria itu.

"Eh lo udah ada yang nganter Kak? Sorry jadi ganggu" ucap Jihoon kikuk. Entah kenapa suasana mendadak jadi canggung disana.

"Ngga kok ngga. Gue pulang bareng lo aja Ji. Tadinya dia emang mau anter gue balik sih, tapi karena udah ada lo, jadi gue balik bareng lo aja. Btw kenalin, ini Mino temen gue" timpal Nisa sambil memperkenalkan Mino. Mendengar itu, Mino segera mengulurkan tangannya ke hadapan Jihoon. Dengan cepat, Jihoon menyambut tangan Mino.

"Mino" ucap Mino singkat.

"Jihoon" timpal Jihoon. Setelah itu mereka melepaskan jabatan tangan mereka.

"Dia adek gue" ucap Nisa tiba-tiba sambil menoleh menatap Mino.

"Oh yang lo ceritain itu?" timpal Mino sambil membulatkan matanya. Setelah itu matanya beralih menatap Jihoon.

"Lo nomor berapa?" tanya Mino pada Jihoon.

"Nomor 2 Bang" jawab Jihoon sambil tersenyum.

"Berarti lo punya 10 adek? Gilaaaa. Apa gak pusing tuh ngurus bujang 10 biji?" tanya Mino, masih dengan wajah takjubnya.

"Pusing sih Bang, tapi lama-lama jadi biasa aja. Lagian kayaknya yang bakal lebih pusing Kak Nisa deh, punya adek 12 biji" timpal Jihoon sambil tersenyum. Mendengar itu membuat Nisa tertawa. 

Setelah itu mereka pun saling berpamitan dan memulai perjalanan pulang ke rumah.

Kali ini, Jihoon yang menyetir pulang. Sepanjang perjalanan, keduanya hanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga akhirnya, Jihoon membuka percakapan.

"Yang tadi cowok lo Kak?" tanya Jihoon.

"Si Mino? Bukan lah. Dia mah temen gue dari pas jaman kuliah. Bisa dibilang sahabat lah" jawab Nisa.

"Oalah. Btw Kak, lo udah kerja disana berapa lama?" 

"Hmm, hampir 2 taunan kayaknya. Gue kerja disana dari pas lulus kuliah" jawab Nisa.

"Enak gak sih kerja disitu?" tanya Jihoon lagi, mulai mengarahkan pembicaraan ke tujuan utamanya.

"Dimana-mana juga kerja mah gak ada yang enak Ji. Tapi yaa gue bertahan aja. Demi Mama, demi kehidupan gue" jawab Nisa sambil menerawang, menatap keluar jendela.

"Ya tapi tetep aja sih Kak, seenggaknya kan kalo kerja jadi ada kegiatan, gak akan gabut banget lah dirumah" 

"Ya iya sih, tapi tetep aja..."

"Kak?" potong Jihoon tiba-tiba.

"Hmm?"

"Gue juga pengen deh kerja kayak lo. Gue gabut nih di rumah" ucap Jihoon.

"Ya lo cari lah. Banyak kok lowongan di lingkedin" 

"Gue maunya kerja bareng lo tapi Kak. Gue belum berani menghadapi kejamnya duni kerja sendirian" ucap Jihoon, sedikit dramatis.

The Mafia : Accardi's Family || TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang