9. Berbagi Kasih

16.7K 316 13
                                    

___

___

___

Habibi pov

Hari ini adalah giliranku untuk bersama Dika. Persetujuan kesepakatan kami sudah deal. Bahkan kata Papi, Dika menyetujui usul untuk cukup tiga hari saja bekerja dengan Papi dan setelahnya belajar bersamaku sepulang sekolah karena dia sudah mulai kelas tiga.

Tok tok tok

" Bang Abi! " panggil Dika sambil mengetuk pintu pelan. Mendengar suaranya membuatku berlari untuk membuka pintu kamar dengan cepat.

" Bantuin adek belajar bang, " katanya dengan menatapku imut ketika pintu ku buka. Tanpa tatapan seperti itu pun sudah membuatku luluh sebenarnya. Namun itu adalah bonus untukku yang haus dengan keimutannya.

" Yuk masuk, " aku mempersilahkan dia masuk dan menutup pintu lalu ku kunci dari dalam.

Dika menuju karpet depan PS. Dia mengatur meja di sana dan menggelar buku-bukunya di atas meja.

" Ajarin apa? " Tanyaku ambigu namun bermaksud menanyakan pelajaran.

" Matematika bang "

" Baiklah. Tapi kasih bang Abi hadiah ntar ya, " aku duduk di sampingnya dan dia mulai membuka bukunya.

" Iya. Adek udah ada uang sekarang. Kan adek udah kerja dan juga punya gaji, " tentu saja dia punya gaji, bahkan aku ragu kalau dia punya pekerjaan yang jelas di kantor sana selain melayani Papi.

" Ye sombong mentang-mentang udah ada gaji " aku meledeknya.

" Hehehe " tawanya menggelengkan kepala seperti anak-anak.

" Nah, yang mana adek nggak paham pelajarannya? " dia mulai menunjukkan bahan yang ingin ku ajarkan. Karena agak kesusahan mengajar dari samping, aku menyuruhnya duduk di pangkuanku sambil terus mengarahkannya.

Aku mengajarkannya dengan fokus berharap dia cepat paham sehingga kami memiliki banyak waktu untuk bermain dan bersantai nantinya.

Tiba di sesi latihan, aku membiarkannya bekerja sendiri.

Sedangkan aku memainkan tubuhnya seperti menjilati lehernya dan meremas dadanya yang sudah terasa ketika ku genggam. Aku yakin Papi sering memainkannya hingga bisa sebesar ini. Sambil begitu, aku juga menekan-nekan kemaluanku pada pantatnya.

" Gimana kalo kita belajarnya nggak usah pakek baju? " bisikku di telinganya hingga membuatnya berhenti menulis dan berpikir sejenak.

" Baiklah, " angguknya kemudian bangkit dan berdiri lalu aku menyusulnya untuk melakukan hal yang sama. Kami sudah sama-sama telanjang dada.

" Celananya juga? " Tanyanya melirik padaku.

" Bagusnya iya. Dek Ika mau kan? " Tanyaku penuh harap.

Dia mengangguk dan mulai menurunkan celananya. Aku sedikit ragu untuk mengikutinya karena penisku sudah tegang dan aku takut kalau-kalau dia tidak suka. Namun aku berusaha percaya diri karena kalau ragu-ragu terus kapan lagi hubungan kami bisa meningkat.

Akhirnya aku bugil tanpa berusaha menyembunyikan penisku yang sudah keras menantang.

" Gajah bang Abi gede banget.. " dia tampak terkesima melihat penisku tanpa berkedip.

Melihat gelagatnya yang terlihat menyukai penisku, membuatku senang dan semakin memamerkan penisku di depannya. Aku menggoyangkannya kiri kanan menggodanya sehingga penis besarku tampak gondal-gandul.

" Bang Abi nggak cukuran ya? " tanyanya menunjuk jembutku yang sedikit panjang karena sudah lama tidak bercukur.

" Dek Ika nggak suka berbulu begini? Apa terlihat nggak bagus? " Tanyaku memastikan.

Ku Dapat Bapak Dan Anaknya (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang