⁴¹. empatpuluh satu

11.9K 2.1K 512
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca 🌻

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~





Sejak tadi Hana menyandarkan kepalanya ke sandaran mobil, lelah mendengar cerocosan Jieun yang tiada henti. Jay juga sedari tadi cuma diam mendengar cerocosan itu.

Tidak sengaja mobil menabrak lubang besar, otomatis mobil yang mereka naiki itu terguncang, terang-terangan Jieun memeluk Jay sambil mengaduh kesakitan. Hana menggeram marah, dia tidak suka jika gadis itu menyentuh Jay, tapi dia menahan rasa kesalnya dengan membuang muka ke arah jendela.

Kejadian tersesat di hutan memang bukan rencananya, menjadi sakit juga bukan rencananya. Kegiatan kemah yang dia pikir akan menyenangkan malah berakhir menyedihkan dengan mereka dipulangkan duluan. Tapi seharusnya hanya Hana dan Jay. Entah mengapa Jieun juga mengekor.

Jay melirik Hana yang sekarang memperhatikan jalanan tanpa ekspresi. Jay hendak melepas rangkulan Jieun dari lengannya namun gadis itu malah semakin mengeratkannya. Jay menyentaknya membuat Jieun kaget, tenaga Jay begitu kencang. Rangkulannya langsung terlepas.

"Jangan buat gue marah, Jina," hardik Jay sambil menekan tiap kata. Jieun menekuk sedih lalu membuang mukanya. "Masih pusing?" Jay beralih bertanya pada Hana.

Hana cuma menggeleng, tidak memiliki niat untuk membuka mulut. Jay memutar otak memikirkan cara agar Hana mau berbicara. Dia sangat paham Hana tidak terlalu suka dengan kehadiran Jieun, tapi dia tidak bisa menyuruh Jieun pergi.

Selama dua puluh menit perjalanan, suasana mobil menjadi hening mencekam. Ternyata baru lima menit berpikir, Jay langsung tertidur di bahu Hana. Dia bahkan belum melakukan apapun yang membuat Hana berbicara. Tapi hanya dengan tingkahnya itu, sudah sangat membuat Hana gemas. Kedua mata Jay terpejam erat juga bibirnya sedikit manyun saat tertidur, mengobati rasa cemburu Hana yang sejak tadi menekan hatinya.

Deru napas cowok itu berhembus normal, menerpa area tengkuknya. Aroma lavender yang menguar dari rambut Jay juga membuat Hana sangat menyukainya.

Semula tampak baik-baik saja, sampai gumaman Jay membuat Hana menatap cowok itu.

"Jangan pergi. Jangan tinggalin gue." Sambil memejamkan mata dia bergumam lirih. Awalnya Hana menganggap itu gumaman biasa, tapi sorot Jay tidak mengatakan itu benar. Dia tampak pucat dan suhu tubuhnya menjadi dingin. "Jangan kemana-mana." Tiba-tiba tangannya menggenggam Hana erat.

"Jay, lo kenapa?" Perlahan Hana menepuk pipi Jay sepelan mungkin.

Dia menggeleng kecil lalu Hana merasakan lehernya sedikit basah.

"Jay, kenapa?" Hana berusaha mengangkat kepala cowok itu yang terus menitikkan air mata. Tapi tidak bisa, Jay terus menempelkan kepalanya di bahu Hana.

"Gue gak mau ninggalin lo. Jangan bawa gue pergi. Jangan bawa Jay pergi, Oma," isaknya berat dengan intonasi rendah. "Tungguin gue, Hana. Jangan pergi."

"Gue gak pergi kemana-mana, Jay. Stop nangisnya." Hana mulai panik karena Jay seperti ketakutan. Begitu juga Jieun yang melirik Hana.

"Nggak. Lo harus tetap sama gue, Hana. Jangan pergi."

Kali ini Hana bersikeras mengangkat kepala Jay dari pundaknya. Berhasil. Dia menangkup dan mengusap pipi putih bersih itu yang kini basah. Kemudian menepuknya pelan agar Jay membuka matanya.

"Ini gue, Jay. Jangan takut. Buka mata lo," ujarnya lembut.

Perlahan dia membuka matanya yang sekarang sudah memerah, setitik cairan bening menetes lagi. Deru napasnya menjadi naik turun dengan bahu berguncang.

Breastfeeding Prince✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang