¹⁸. delapanbelas

21.5K 3.1K 612
                                    

Ada yang nunggu ceritanya nggak? Absen di sini ya. Ayo muncul, biar aku semangat.

Kalau komennya sampe 300, aku bakal update besok 🦅

Jangan lupa votes sebelum membaca♥

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~




"Jay?" Bitna yang tadinya hendak menyiram tanaman menghentikan pergerakan saat tak sengaja menemukan seorang cowok bertubuh tinggi sedang berdiri di depan pagar rumahnya. Saat mengetahui itu benar-benar Jay, Bitna langsung meletakkan selang yang baru dia pegang, berjalan mendekati pagar. "Kamu kenapa berdiri di sana?"

Benar. Jay sedang berdiri di depan pagar rumahnya, namun tidak melakukan apapun, hanya berdiri memandang jendela kamar atas.

"Hana di rumah, Tan?" tanya cowok itu, berintonasi berat.

"Hana? Ada kok. Kalau kamu nyariin Hana, langsung masuk aja ke rumah. Nggak usah sungkan. Apalagi ini udah mau malem, jangan cuma berdiri di luar."

"Tadi cuma lewat, terus liat lampu kamarnya mati."

"Ah, iya. Hana suka gelap, lampu kamarnya sering dimatiin. Eh kita ngobrolnya di rumah aja, biar lebih enak."

"Nggak usah, Tan. Jay cuma lewat. Tolong sampein ke Hana, ponselnya jangan dimatiin terus."

"Jadi kamu nggak mampir dulu?"

"Nggak usah." Dia berlalu pergi begitu saja. Dengan cepat Bitna masuk ke rumah, menaiki tangga, lalu membuka pintu kamar putrinya asal. Hana yang baru selesai mandi terkejut melihat Mamanya tiba-tiba masuk.

"Mama ih, kebiasaan banget." Gadis itu mengusap dada gusar.

"Hana, jawab yang jujur, kamu cuekin Jay?"

"Cuekin gimana?" Dia mengeringkan rambut menggunakan hair dryer.

"Ya itu tadi, dia cuma berdiri di luar sambil liatin jendela kamar kamu. Pasti kamu ngejelekin dia lagi, kan? Makanya dia tersinggung dan nggak mau masuk ke rumah? Tante Aera cerita ke Mama, Jay itu mudah tersinggung."

"Hana nggak bilang apa-apa, Ma."

"Kamu jangan gitu ih, Na. Kalau Kak Ojun yang ada di posisi dia, gimana?"

"Nggak ada sangkut-pautnya sama Kak Ojun." Hana menghela napas.

Eh tapi apa tadi? Jay di luar rumahnya? Ngapain? Sudah tadi di sekolah mengganggunya habis-habisan. Ya kalian pikir saja, tiap jam dia mengirim pesan singkat pada Hana. Entah apa fungsinya. Jelas-jelas jam pelajaran sedang berlangsung. Menyebalkan sekali. Akibatnya juga, nama Hana semakin tenar di sepenjuru sekolah. Betapa tidak? Kejadian Rona itu menyebar begitu cepat layaknya virus menyerang, hanya dalam beberapa menit seisi sekolah membicarakan dirinya sebagai 'cewek yang paling dicintai most wanted sekolah'.

Hish, mendengarnya saja sudah membuat bulu kuduk Hana merinding.

"Emangnya kamu nggak suka sama dia? Ganteng, loh. Tajir melintir lagi."

"Ma, udah deh, jangan bicarain dia lagi. Enggak di sekolah, enggak di rumah, bahasannya dia terus. Udah ya, stop."

"Tapi dia—"

"Mending Mama turun ke bawah. Bentar lagi Hana nyusul." Dia menutup pintunya setelah mengeluarkan sang Mama.

"Sayang, tadi Jay juga bilang ponsel kamu jangan dimatiin."

Tanpa merespons, Hana kembali melanjutkan kegiatannya mengeringkan rambut. Suara Bitna tidak lagi terdengar. Hana jadi memikirkan perkataan Mamanya. Jay tadi di luar rumahnya? Padahal baru beberapa menit lalu mereka berpisah. Tapi dia datang lagi ke rumahnya? Untuk apa?Cowok itu benar-benar aneh. Sudah di sekolah membuatnya kebingungan, sekarang pun juga.

Breastfeeding Prince✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang