Pasang lagu coba, bener-bener episode terakhir.
Jangan lupa vote sebelum membaca 🌻
~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~
Hana mencatat hal-hal yang telah dia lakukan selama seminggu di rumah sakit. Hanya tinggal meminta tanda tangan Dokter bimbingannya, skripsinya selesai. Dia akan pulang ke Kanada, menunggu hasil skripsinya keluar, kemudian lulus dari kampus dan telah menjadi perawat. Kuliah di luar negeri memang sesingkat itu, apalagi Hana mahasiswi yang cukup pintar.
Jam sudah menunjuk pukul tujuh malam, Hana masih berada di kursi rumah sakit, menulis tambahan hal-hal yang dia ketahui. Hingga ponselnya bergetar.
Kak Heeseung☃️ is calling
Dia mengabaikannya, terus mencatat dan berpikir.
Seseorang yang baru memasuki lobi menarik perhatiannya. Pandangan mereka saling bertemu. Hana menahan diri, termasuk rasa pedihnya, dia lanjut menulis. Sudah seminggu ini dia mencoba mengajak Jay bicara, tapi cowok itu terus acuh dan menatapnya seperti 'pengganggu', Hana tidak kuat lagi jika ditatap seperti itu. Dia memilih menahan diri agar tidak bertambah sakit lagi.
Padahal dia sangat ingin menangis di hadapan Jay, memeluknya erat, dan menceritakan semua hal yang dia rasakan selama ini. Namun, dia tidak bisa. Sangat sakit rasanya. Selama ini dia menunggu Jay dengan penuh harapan, membayangkan sosoknya tiap saat. Namun, setelah ada di hadapannya, Hana tidak bisa melakukan apa pun selain diam menahan napas.
"Dokter Jeonghan dimana?"
Hana meremat bolpoinnya. Perlahan dia mendongak, membalas tatapan Jay. "Udah pulang. Ini bukan jam kerja lagi."
Jay masih menatap Hana menggunakan tatapan khasnya. "Terus kenapa lo masih di sini?"
"Saya bukan pekerja di sini. Lagi pula, saya di sini cuma nyusun skripsi. Besok saya pulang ke Kanada."
Dengan cepat Hana mengemas barang-barangnya. Tidak kuat berbicara seperti itu pada Jay, dia langsung beranjak dan menelepon Kak Heeseung. Tidak menyadari bolpoinnya tertinggal di atas meja. Jay mengambilnya. Setelah melihat kepergian Hana, dia mendapat sebuah panggilan.
Yeonjun is calling
Jay mengamati bolpoin Hana, menggenggamnya erat. Kemudian dia berjalan memasuki mobilnya. "Gue gak akan nyakitin lo lagi." Tatapannya tertuju pada gantungan kunci yang ada di dashboard mobilnya. Gantungan kunci, yang terdapat wajah Hana di dalam. "Gue bakal balik ke lo, Hana. Udah cukup semuanya."
°°°
Hari ini Hana akan kembali ke Kanada. Tapi dia merasa perlu mengunjungi suatu tempat. Rambut panjangnya terjuntai ke belakang. Dia menatap hamparan laut yang terbentang luas. Suara ombak menjadi soundtrack ketenangannya, diiringi semilir angin yang menerpa rambut dan kulitnya.
Dia memejamkan mata, menikmati suasana itu lamat-lamat. Sudah dua tahun sejak terakhir kali dia berkunjung ke pantai itu. Ini kali pertama dia menginjakkan kakinya setelah waktu yang lama. Pantai itu masih sama, bersih dan tidak berpenghuni, hanya dihinggapi burung-burung kecil dan hewan lainnya.
Dia memeluk tubuhnya sendiri, menikmati suasana sore di Korea yang akan dia rindukan. Jujur dia lebih nyaman tinggal di tempat asalnya dibanding negeri orang lain. Namun, dia sadar tidak bisa hidup di Korea lagi. Keluarganya sudah ada di sana, dia akan tetap di sana.
Tangannya terjulur mengambil batang kayu kecil, menggambar di atas pasir orang-orang yang paling dia sayangi di dunia. Pertama dia menggambar Papanya sendiri. Kedua Mamanya, ketiga Kakaknya, keempat Riki. Dan yang terakhir ... dia menggambar sosok itu. Jay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breastfeeding Prince✓
Hayran KurguPark Jay, cowok bengis yang dijuluki Pangeran oleh seantero sekolah karena parasnya yang memukau. Sikapnya angkuh, cuek dan egois, bermata elang dan mengintimidasi. Meski dikenal paling sempurna, tidak ada yang tahu bahwa dia tidak bisa mengonsumsi...