PDG. 20

2.6K 240 2
                                    

   Siang ini irene menjenguk jisoo sekalian membahas kasus yang menimpa jisoo. Dengan wajah dingin namun dapat memikat irene memasuki rumah adiknya. Ia bertanya pada salah satu maid keberadaan jisoo dan irene langsung menuju kesana setelah diberi tau.

"Sooya" panggilnya sambil menyembul dibalik pintu.

Jisoo mengalihkan pandangannya dari jendela melirik asal suara lalu ia tersenyum dan menyuruh irene masuk.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya irene sambil mengambil duduk disamping jisoo.

"Baik eonni" jawabnya sambil tersenyum.

"eonni membawa pesananmu" irene membuka kotak makan yang ia bawa.

Sebelum kesini irene sudah mengabari jisoo dan bertanya apa yang diinginkannya dan jisoo meminta dibuatkan bibimbab dengan senang hati irene buatkan. Irene memberikannya pada jisoo.

"Makanlah kau harus cepat pulih" kata irene.

"Terima kasih eonni" jisoo memakan bibimbab dengan cepat.

"Eonni akan menemui pemilik hotel itu dan menyogoknya. Kemarin ia tak ada disana dan saat pertama kesana pun eonni harus menyogok managernya untuk melihat cctv tapi tak ada bukti. Ah~ sial sekali" gerutu irene

Jisoo menyimpan bibimbabnya tak lupa ia juga minum. Lalu ia mempokuskan dirinya pada irene.

"Eonni, seberapa keras pun bukti itu tak ada. Mungkin orang yang menjebakku memang menginginkan rumah tanggaku hancur. Aku sudah lelah eonni, jika memang pada akhirnya kita harus berpisah aku tak akan menolaknya. Bukan aku tak mencintai taehyung lagi, tapi...sampai kapan kita satu atap tapi seperti orang asing." jelas jisoo dengan suara bergetar.

"Soo__"

"Mungkin kebahagian taehyung bukan dariku. Aku akan melepasnya agar ia bahagia. Dan untukmu eonni terima kasih untuk kebaikannmu aku akan selalu mengingatnya"

Jisoo menangis setelah mencurahkan semua yang ingin ia katakan. Ia sudah tak sanggup lagi harus seperti ini lagian umurnya sudah tak lama lagi. Taehyung berhak bahagia itu yang jisoo tanamkan dalam hatinya.

"Tidak, kau tidak boleh meyerah sooya. Eonni tau kau tak bersalah, eonni akan membantu mencari buktinya. Percayalah pada eonni"

"Bagaimana aku tidak menyerah jika kedua orang tuaku saja tidak mempercayaiku lagi. Lalu aku bertahan sampai kapan? Aku tak bisa mianhae"

Irene tak bisa berkata-kata lagi semuanya sudah hancur. Tapi tekat irene untuk menemui pemilik hotel tempat dulu acara itu digelar. Jika ia menemukan bukti tersebut irene bersumpah akan menghajar orang yang menjebak adik iparnya.

"Oke, eonni tak akan memaksa tapi jangan halangi eonni untuk tetap mencari bukti. Eonni pergi sekarang"

Irene pergi dari kediaman adiknya dengan kecewa.

Satu minggu kemudian.

Jisoo sudah pulih ia sudah bisa berjalan seperti semula meski harus dengan perlahan tapi ia bersyukur. Jisoo menghampiri kamar taehyung terlebih dahulu. Jisoo masuk dengan perlahan takut membangunkan sang pemilik. Jisoo menyiapkan keperluan taehyung dengan pelan lalu menyimpannya dimeja. Sebelum pergi ia mendekati ranjang taehyung terlebih dahulu.
"Aku menyayangimu, jaga diri baik-baik" bisik jisoo.

Setelahnya jisoo pergi dari sana untuk membangunkan jisung.

Dengan perlahan taehyung membuka matanya. Sebenarnya ia sudah bangun semenjak jisoo menyiapkan keperluannya. Tapi ia sengaja menutup matanya karena malas untuk bangun. Taehyung menyentuh dadanya.

"Kenapa dada ini sesak sooya?"

Hatinya gundah setelah jisoo membisikkan kata sayang. Seolah ia akan pergi jauh.

"Ah~ buang pikiran itu jauh-jauh lagian kenapa aku harus memikirkannya"

Taehyung memilih mandi untuk menjernihkan semuanya.

"Sudah satu tahun tapi penyesalan ini masih hinggap dihatiku, jisoo. Aku harus apa agar semuanya kembali seperti semula. Rasanya aku ingin mati saja" kata seseorang dibalik jendela depan rumah jisoo.

Please! Don't GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang