Menjadi berbeda mungkin sudah terbilang biasa. Namun yang tidak aku sadari perbedaan yang aku alami ini sangat menyakitkan.
✹✹✹
Matahari menyapa aku dengan lembut di pagi ini. Indra penglihatanku reflek terbuka dan siap untuk menjalani hari ini. Tapi siapa sangka hari ini akan menjadi awal dari rentetan peristiwa memilukan untuk ku. Aku Narashyla Djuanda, dan ini kisahku.Setelah mandi aku pergi menemui ayah, ibu serta kakak perempuan ku di meja makan.
"Pagi ayah, bunda dan kak Theressa"
Aku segera menarik kursi yang ada di sebelah kak Theressa dan duduk dengan manis. Bunda membantu menyendokkan nasi dan lauk di piring.
Setelah selesai sarapan, aku langsung berpamitan pada bunda kesayanganku. Memegang tangannya lalu mencium punggung tangannya. Aku memang anak yang berbakti bukan?
"Bunda! Nara pergi dulu ya!"
"Hati-hati ya nak!" Bunda mengelus surai hitam rambutku dengan lembut sambil menunjukkan senyum manisnya.
✹✹✹
Setelah sampai ke sekolah, aku tak lupa menyalim tangan ayahku, lalu segera berlari melewati koridor untuk mencari sahabat sohibku, Ghaitsa Wicandra.
"Saaaa!!!" Aku berjalan masuk ke kelas dan mengambil tempat duduk di sebelah sahabatku.
"Hai Nara! Liat deh Sergio ganteng banget astaga!!!" Ghaitsa menjerit tertahan sambil memukul-mukul meja.
"Hush Sa.. kasian meja nya dipukul-pukul sama lo, memangnya ada ap-" Saat aku ikut melihat apa yang diperhatikan oleh Ghaitsa. Oh my God! Niel Abiantara, laki-laki gagah yang selama ini diam-diam aku sukai. Tapi ada satu halangan yang membuatku berusaha menutup hati tentang Niel, itu karena kami memiliki suatu perbedaan.
"Yeah, I'm happy for you Ghaitsa" Seraya mengalihkan pandanganku.
"Hey Nar.. gue ga bermaksud untuk ngingetin lu tentang itu... tapi apa lu ga mau coba move on? banyak kok yang lebih ganteng dari Niel" Ghaitsa memegang bahuku dengan erat.
"Gue udah berusaha Sa! tapi selalu ga bisa! Gue capek Sa.." Aku menghela nafas pelan karena frustrasi.
✹✹✹
Bel sekolah sudah berbunyi, ini waktu yang sedari tadi aku tunggu-tunggu. Aku langsung menggandeng Ghaitsa berjalan ke kantin.
Setelah mendapatkan tempat duduk, aku dan Ghaitsa memesan bakso pada mang Udin. Namun tak disangka saat aku makan bakso, pujaan hatiku dan Sergio datang.
"Hai, gue boleh duduk sini ga? Udah pada penuh" tanya salah satunya, Niel. Remaja tinggi bermata sipit itu kerap kali menjadi buah bibir satu sekolahkarena bakatnya dalam bermain basket serta visualnya yang bukan kaleng-kaleng.
"Kalau belum biar Niel yang pesenin tuh," lanjut seorang di samping Niel, Sergio Kimanuel. Berbeda dengan Niel yang berbakat di bidang olahraga, Sergio lebih unggul di bidang akademik. Bukan sekali dua kali ia menyumbang piala untuk sekolah karena mengikuti berbagai olimpiade.
"Kok gue sih?" ucap Niel tak terima.
Ghaitsa terkekeh, "udah kok. Tadi gue udah pesen, kalian juga pesen gih."
"Lo nggak pesenin kita, Sa?" tanya Sergio pada Ghaitsa.
"Mana gue tau kalau kalian mau makan bareng kita," Balas Ghaitsa
KAMU SEDANG MEMBACA
LUXURIES | 2HYUNJIN
FanfictionTentang sepenggal kisah antara dua orang yang saling memiliki rasa. Namun, kisah mereka memiliki afeksi dan akhir yang berbeda.