Siapa Yang Salah?

35 23 16
                                    

Arga saat itu hendak menuju ruang Osis yang berada di sebelah kiri koridor menuju kantin. Namun saat ia baru saja ingin masuk, fokusnya terbagi ke 2 orang yang berada tidak jauh dari posisinya sekarang.

"Kayra? Dean?" Sapanya lambat.

Pastinya tidak terdengar oleh kedua sosok itu, karena saat itu Kayra dan Dean seperti sedang  membicarakan hal yang sangat serius.

Karena tidak dihiraukan, Arga yang tadinya ingin mengacuhkan mereka malah ia mengurungkan niatnya dan berusaha 'menguping?' percakapan dua orang tersebut.

Baru saja ia ingin menguping, Kayra sudah menghentikan pembicaraannya dan beralih dari Dean begitu saja. Sekilas Arga melihat tatapan kesal, marah, dan sedih di wajah Kayra saat itu.

'Apa yang mereka omongin?' Itu adalah pertanyaan yang berputar dibenaknya.

▪︎▪︎▪︎

Hari ini Dean akui adalah hari yang cukup melelahkan baginya. Padahal ia adalah murid baru, tapi kenapa begitu?
Ternyata ia sudah mulai dibebani dengan bermacam-macam catatan pelajaran karena kebetulan sekali timing ia pindah ke sekolah ini bertepatan sebulan sebelum ujian akan berlangsung.

"Main basket dulu kali ya? Biar gak pusing"
Dean sepertinya mulai ada hobi baru, yaitu berbicara sendiri.

Setelah perkataannya tadi, ia segera melangkah ke lapangan basket indoor. Saat itu situasi sekolah sudah sangat sepi. Karena ini sudah lewat 2 jam semenjak jadwal pulang sekolah yang seharusnya.

Kalau kalian penasaran kenapa Dean tetap berada di sekolah, alasannya karena ia sibuk berkutat dengan buku-buku dan catatannya di perpustakaan. Mau bagaimanapun, ia tidak ingin nilainya seburuk dan tidak mengerti apapun tentang materi pelajaran.

Kali ini ia berjalan menembus koridor sekolah yang sepi untuk menuju lapangan basket indoor. Sesampainya Dean di lapangan yang daritadi menjadi tujuan utamanya, ia terkejut dengan siapa yang ada di dalam sana.

"Dean?"

▪︎▪︎▪︎

Tentu saja aku mematung setelah melihat siapa orang di dalam sana.

"Udah lama ya? Terakhir kita ketemu tahun kemarin kan?" Pria yang tidak kubalas sapaannya tadi melanjutkan kata-katanya.

"Wajar sih, kalo lo gak jawab sapaan gue. Tapi sebagai junior, lo bisa sedikit basa basi kek. Sekedar jawab sapaan gue gitu" laki-laki ini mulai mendekat ke arahku.

"Junior? Jadi lo sekolah disini?"

"Iya. Gua lagi main basket disini. Tiba-tiba lo muncul. Lo masih sering ngebasket disini?" Tidak heran lagi dari percakapanku dengannya seperti saling mengenal.

Memang. Aku dan pria itu memang saling kenal. Bahkan lebih dari itu mungkin?
Jangan berpikir aneh dulu. Aku saling kenal karena ada ikatan keluarga. Gilang adalah sepupuku.

"Cih. Bisa-bisanya anak baru, langsung jadi Kapten Basket." Setelah mengatakan itu, Gilang langsung mengoper bola yang daritadi ia dribble dengan penuh tenaga ke arahku.

Tapi maaf saja. Aku menolak dengan menepis operan darinya. Karena merasa muak melihatnya, aku langsung pergi dari tempat yang tiba-tiba terasa busuk itu. Niatku yang tadinya ingin menghilangkan stres dan main basket, aku urungkan.

Authentic YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang