Hukuman

5 1 4
                                    

Yahh, ini adalah kedua kalinya aku masuk di ruang disiplin atau biasanya di sekolah lain namanya adalah ruang BP/BK.
Sudahlah, bukan nama ruangan  yang terpenting sekarang.

"Astaga Dean, padahal belum sebulan kamu disini tapi udah berani-beraninya kamu melanggar aturan di sini. Kapten macam apa ini, mimpin diri sendiri aja gabisa. Apalagi anggota timnya!"

Aku hanya bisa diam dan menunduk pasrah. Siapa tahu ternyata guru yang bertugas di ruang ini adalah pelatih basketku sendiri.

"Saya gak tau gimana di sekolah kamu yang sebelumnya. Tapi kalau disini, terlambat itu udah termasuk pelanggaran yang berat"

"Iya pak, saya sadar saya tidak displin, untuk itu mohon maafkan saya" ucapku sambil menunduk tanda serius meminta maaf.

"Maaf maaf apa? Yaudah kamu sekarang ke lapangan basket sana. Dribble bola sambil keliling lapangan non stop sampai jam istirahat. Lapangan outdoor, bukan indoor"

Setelah mengatakan itu, pak guru atau pelatihku sendiri yang ku lihat dari name tag nya adalah Pak Roby memberiku sebuah bola basket.

Kemudian langkah kaki ku segera menuntunku menuju lapangan basket sesuai perintah Pak Roby tadi.

'Aneh banget dah, masa bawa-bawa status di eskul' dengusku sambil menuju lapangan basket di luar gedung sekolah ini.

Setelah sampai disana, aku memulai arahan bapak tadi dan me-dribble bola ini sambil berkeliling lapangan. Dan sialnya lagi, cuaca tidak berpihak padaku. Matahari yang muncul dengan terik tepat di atas kepalaku seperti menantang untuk dihadapi.

Semoga saja hukuman ini cepat berakhir.

▪︎▪︎▪︎

Kini pikiranku teralihkan dari apa yang ku lihat tadi pagi. Walaupun sekarang adalah pelajaran favoritku yaitu ekonomi, tetap saja apa yang kulihat tadi lebih menarik fokusku.

'Kayra? Apalagi dia sama Gilang, ada Dean juga. Apa ancamanku kemarin belum cukup? Seharusnya kan dia nggak boleh keluar sekarang.'

Aku melamun dan pandanganku menatap lurus kearah pemandangan di luar jendela yang terdapat Dean sedang menyanggupi hukumannya.

"Arga! Bisa ulangi apa yang ibu jelaskan tadi?"

"Heh arga, lo di panggil guru tuh"

Seketika lamunanku buyar karena teguran dari teman yang duduk di sebelahku.

"Maaf buk, saya kurang fokus" aku menjawab perkataan guru tadi sambil menggaruk belakang kepala dengan canggung.

"Bukan kurang fokus lagi, kamu lagi benar-benar gak fokus. Keluar cuci muka sana" perintah guru tadi dan langsung ku iyakan dengan senyuman canggung.

Syukur saja guru yang mengajar sekarang cukup baik dan perhatian. Setidaknya aku tidak terlihat memalukan di depan teman-teman lainnya.

Selama melangkah menuju toilet, aku masih membayangi kejadian tadi pagi. Kayra? Gilang sama Dean? Ada apa hubungan mereka? Apa Kayra sudah kenal mereka dari lama? Ahh tapi tidak mungkin. Bagaimana pertemuannya dengan Gilang aku sudah tahu. Tapi Dean? Dia sepertinya tidak goyah sama sekali dengan ancamanku.

"Cih, biasanya dia kalau udah dapat teguran dari papanya juga takut. Gak mungkin kan papanya nggak marah dengan pengaduan gue kemaren?"

Banyak pertanyaan di pikiranku sekarang. Pasalnya aku melihat mereka tadi ketika di tegur dengan anggotaku yang menyisir wilayah sekolah untuk menemukan pemberontak atau pelanggar aturan.

Dan benar saja, ada banyak yang tertangkap olehku dan anggotaku. Tapi yang paling mengejutkan malah ada Kayra, Gilang dan Dean di tembok belakang sekolah tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Authentic YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang