9. SIAPA DIA?

59 9 26
                                    


9. Siapa Dia?


Setelah makan malam selesai. Dimas, Indra,
Fiki dan juga Bintang pamit untuk pulang.

"Tante, kami pamit pulang dulu ya. Makasih banyak, kami sudah diajak makan. Maaf kalau kami merepotkan Tante" ucap Bintang dengan santun. Ke empat teman Fajar itupun mencium tangan Mama Dian.

"Wahh, nggak merepotkan sama sekali kok Nak. Kalau bisa juga, sering-sering kesini ya. Temani Fajar di rumah. Tante malah seneng, rumah jadi rame kan" kata Mama Dian dengan senyumnya yang teduh. Mereka berempat pun tertawa malu.

"Jar, kita pulang dulu yak. Sampai ketemu besok di sekolah." Kata Indra pamit sambil bersalaman ala kebanyakan anak cowok, lalu di ikuti Fiki, Dimas dan juga Bintang.

"Hati-hati" katanya singkat, lalu menutup pintu rumah. Keheningan itu kini mulai terasa kembali setelah teman-temanya pulang. Karena yang tersisa sekarang hanya Fajar, Mama Dian dan juga Bibi alias Mbok Darmi. Fajar biasa memanggilnya. Beliau merupakan seseorang yang bekerja di rumah Fajar, yang biasa membantu Fajar dalam sehari-hari. Baru saja saat Fajar hendak masuk ke dalam kamarnya, Mama Dian memanggilnya.

"Nak. Mama pergi dulu ya. Mama ada urusan yang nggak bisa Mama tinggal. Nanti kalau sudah selesai, Mama kesini lagi" kata Mama Dian meminta izin Fajar untuk pamit. Tergambar jelas raut wajah sedih tak enak hati dari Mama Dian. Fajar pun hanya mengangguk berat dan mencium tangan Mamanya.

"Hati-hati Ma. Jaga kesehatannya." singkat dan jelas, namun penuh perhatian. Ya, itulah Fajar Gumilar Praditya. Meski diusianya yang masih muda, namun dia sudah bisa bersikap dewasa. Sejak perpisahan kedua orangtuanya, membuat dia banyak belajar. Belajar untuk menjadi sosok yang kuat, sosok yang bijaksana, dan juga sosok yang tangguh. Fajar juga pernah berjanji pada dirinya sendiri. Jika suatu hari nanti, dia menemukan seseorang yang mampu membuatnya jatuh cinta, dan menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Dia akan berusaha sekuat yang dia bisa untuk menjaganya. Karena baginya, perpisahan adalah hal pahit yang paling menyakitkan, yang membuat hidupnya menjadi sepi. Oleh itu, dia tidak mau hal itu terulang kembali pada dirinya sendiri.

Setelah Mamanya pamit, Fajar kembali masuk kedalam kamarnya. Foto itu membuat rasa penasaran Fajar semakin mendominasi. Dia tidak sabar untuk cepat membuka kembali foto yang terjatuh tadi. Foto Jingga bersama seoarang cowok. Siapa dia? pertanyaan itu berulang kali keluar dari mulutnya, setelah melihat kembali foto tersebut.

"Kalau nggak salah liat, ini yang waktu itu ketemu Jingga dilapangan itu kan? apakah dia mantan Jingga?" Fajar bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Pikiranya sibuk pada foto yang dia pegang. Lalu menaruhnya kembali di buku Jingga saat di rasakan matanya sudah mulai mengantuk.









****

"Males banget aslinya, pagi-pagi gini udah sibuk di dapur cuma buat bikinin cowok resek itu nasi goreng. Kalau saja bukan karena sportif, ogah banget gue ribet buatin dia kayak gini" Jingga terus menerus menggerutu karena mengingat sikap Fajar yang seenaknya terhadap dirinya. Kedua tangannya masih sibuk menyiapkan nasi goreng untuk Fajar. Hingga tak menyadari, ibu nya sudah berada di ruang meja makan.

"Masih pagi Jinggaaa. Kenapa malah ngomel-ngomel sendiri? terus itu kamu lagi masak apa? tumben sekali kamu bangun lebih awal dari ibu, mau masak pagi-pagi lagi." ucap Ibu Linda dari meja makan saat melihat putri satu-satunya itu sedang sibuk di dapur. Jingga yang awalnya tak melihat kehadiran ibunya langsung kaget dan menoleh.

"Lohh ibu kok udah ada disitu. Dari kapan Bu? perasaan tadi Ibu masih tidur pules banget" katanya dengan ekpresi bingung.

"Kamu aja yang terlalu fokus masaknya. Ibu udah dari tadi disini kok, udah ada 10 menitan malah. Ibu liatin kamu lagi masak sambil ngomel-ngomel. Kenapa sih? ada apa?!" Bu Linda bangun dari tempat duduk meja makan tersebut dan menghampiri putrinya.

FAJAR & JINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang