sebelum lanjut, pastikan vote terlebih dahulu ya maniezzz😜🤍
Happy Reading
Esok harinya, Kia sudah sampai di Kampus lebih awal dari sebelumnya. Sebenarnya jam segini, dirinya masih leha-leha di atas kasur. Semua ini karena Mamahnya yang membangunkannya jam empat subuh. Bayangkan, jam empat! Karena kedua orang-tuanya itu akan melakukan perjalanan bisnis di luar negeri. Lebih tepatnya Papahnya, sedangkan Mamahnya itu hanya menemani ke mana suaminya itu pergi.
Kia berjalan di koridor sembari bermain handphone. Saat sedang asyik dengan benda itu, ia menjadi tidak fokus ke depan. Alhasil, Kia menabrak tubuh seseorang hingga dirinya terjauh.
"Kalau jalan itu pakai mata, bodoh! Nggak liat apa, ada bidadari lagi jalan?" Kia mendengkus seraya mengelus pantatnya.
Ia mendongak, ingin tahu siapa yang sudah membuatnya jatuh. Sebenarnya, sih, ini juga salahnya karena sibuk bermain handphone dan tidak melihat ke depan. Tetapi, Kia tetap lah Kia, ia tak mau kalah! Memang perempuan selalu saja seperti itu. Dasar spesies aneh!
Kedua bola matanya membulat dengan sempurna. Ternyata, seseorang itu adalah laki-laki yang telah menyerempetnya kemarin.
"O-om Arsen? Om Arsen punya mata apa nggak, sih?!"
"Saya?" Arsen menunjuk ke arah dirinya sendiri. "Ini mata saya," jawabnya dengan polos.
"Kalau punya mata, kenapa main nabrak aja, huh? Kemarin di jalan, sekarang di kampus!"
Mengernyit heran. "Bukannya yang tidak melihat jalan itu kamu? Kamu yang sibuk mainan handphone," berdeham pelan. "Dan, untuk kejadian kemarin. Saya benar-benar minta maaf. Itu benar-benar tidak sengaja."
"Ya, bodoamat, sih. Nggak mau tau, pokoknya ini semua salahnya Om. Titik!" Kia berjalan meninggalkan laki-laki itu dengan wajah bete.
Gemes batinnya.
***
"Lo kenapa, sih? Dari tadi ngedumel terus. Gue mulu yang kena imbasnya!" Alsya mendengkus kesal menatap ke arah Kia. Ya, memang, bagaimana tidak? Sahabatnya itu sedari tadi mengeluarkan semua kebun binatang dan juga memukul lengannya berkali-kali.
"Lo tau apa nggak?" sebelum Kia melanjutkan ucapannya, lebih dahulu dijawab oleh Alsya. "Nggak tau."
Kia memukul lengan sahabatnya sekali lagi. "Gue belum selesai ngomong anjir!"
Alsya menyengir, memperlihatkan deretan giginya. "Hehehe. Ya udah, sok mau ngomong apa."
"Kemarin, gue keserempet mob—" belum sempat Kia menyelesaikan ucapannya, langsung di sela oleh Alysa.
Wajahnya itu begitu panik. "Apa? Lo nggak bohong, kan? Terus, sekarang keadaan lo gimana, Ki? Ada yang sakit, atau tulang lo ada yang patah? Terus orang yang menyerempet lo gimana. Mau tanggung jawab apa nggak, huh?" tanya Alsya bertubi-tubi.
Kia menghela napasnya jengah. Menatap ke arah sahabatnya dengan datar. "Lo bisa apa nggak, tanyanya itu satu-persatu? Nggak langsung segitu banyaknya, Sya."
Lagi dan lagi Alsya menampilkan cengirannya. "Namanya juga panik, Ki. Udah buruan jelasin semuanya."
"Kemarin gue pulang dari Kampus, tiba-tiba ada mobil searah yang nyerempet gue. Alhamdulillah nya gue nggak kenapa-kenapa, kok, cuma sedikit lecet aja. Dan gue ada sedikit cerita tadi pagi. Gue nggak sengaja tabrakan sama orang, dan orang itu yang udah nyerempet gue waktu kemarin."