Suasana kantin cukup ramai. Banyak sekali mahasiswa maupun mahasiswi sedang menikmati makanan. Termasuk dengan Kia. Setelah terjadi drama beberapa saat lalu, dirinya mendinginkan pikirannya di tempat ini.
"Hahaha, apa gue bilang. Kalau lo punya tugas, langsung dikerjakan." Alsya menyeruput es jeruknya. "By the way, enak 'kan dimarahin sama Dosgan?"
Mengerutkan dahinya. "Dosgan? Maksudnya?"
"Hadeh, lo jadi anak kudet banget, sih? Masa Dosgan aja nggak tau. Dosgan itu artinya Dosen Ganteng. Ya, itu sebutan buat Pak Arsen. Dosen yang paling ganteng di Universitas ini."
"Kayak gitu dibilang ganteng?" Kia tertawa dengan raut wajah terpaksa. "Istighfar, deh, lo. Orang udah jelas-jelas Pak Arsen Dosen paling nyebelin, dibilang ganteng. Orang yang paling jelek, angkuh, suka semena-mena yang ada di list gue. Kalau ada yang bilang dia ganteng, itu berarti orang aneh."
"Heh, yang aneh itu lo, markonah! Orang udah jelas-jelas Pak Arsen udah terverifikasi gantengnya, kok. Mendingan sekarang ikut gue ke rumah sakit." Alsya menarik pergelangan tangan milik Kia.
"Eh— mau ngapain?" tanyanya bingung.
"Mau ke Dokter mata. Gue mau periksa mata lo, siapa tau lo kena katarak."
Kia melebarkan kedua bola matanya. Tas yang sedang ia pegang, langsung ia layangkan ke Alsya. "Yak! Kurang ajar lo cengunguk! Mata gue sehat asal lo tau."
"Siapa tau, 'kan?" Alsya memajukan bibir bawahnya.
Lebih baik Kia diam. Daripada darah tingginya naik, bisa-bisa dirinya menghancurkan gedung yang ada di Universitas ini. Memang meladeni orang seperti sahabatnya itu tak akan ada habisnya. Terlalu mengagung-agungkan seseorang yang padahal orang itu biasa saja.
Tetapi, jika dilihat-lihat memang terlihat sedikit tampan, sih. Tetapi ketampanannya itu tidak seberapa, karena Kia sudah ilfeel dengan sifat yang dimiliki oleh orang itu. Huh, memikirkannya saja membuat dirinya menjadi kesal sendiri.
Saat sedang asyik bermain handphone dan juga menyeruput jus alpukat, dirinya dikejutkan dengan seorang teman kelasnya yang tiba-tiba berdiri di sampingnya.
"Kenapa, Fir?" tanya Kia dengan kepala mendongak.
"Itu, tadi gue disuruh sama Pak Arsen buat kasih tau ke lo, kalau lo disuruh ke ruangannya. Kalau telat satu menit, hukuman lo bakalan ditambah."
"Loh, emangnya disuruh ngapain?"
Mengedikkan bahunya. "Nggak tau, mungkin lo bakalan kena hukuman gara-gara tadi lo nggak ngerjain tugas."
Menghela napas. Lalu berdiri dari tempat duduknya. "Oke, makasih." Kia langsung berjalan meninggalkan kedua orang itu.
Di Koridor menuju ruangan Dosen yang paling menyebalkan itu, dirinya tak berhenti mengumpat. Sepertinya semua hewan-hewan yang berada di Kebun Binatang sudah ia keluarkan semua. Hahaha.
Sampai di depan pintu yang ia yakini adalah ruangan milik Dosen menyebalkan itu, dengan tanpa mempunyai sopan santun Kia langsung masuk begitu saja.
Arsen yang sibuk dengan laptop di depannya langsung mendongak ke depan. Menatap gadis yang berada di depannya itu dengan sangat datar. Kacamata miliknya ia sedikit turunkan. "Anak jaman sekarang, sopan santun sudah hilang," ucapnya.
"Udah, nggak usah basa-basi lagi, deh. Kalau mau kasih hukuman ke gue, langsung kasih aja." Kia berucap dengan ketus. Dirinya masih marah kepada laki-laki itu.
"Apa orang tua kamu, tidak mengajarkan kamu sopan santun?"
Kia menghembuskan napasnya panjang. Tersenyum terpaksa. "Maaf. Jadi, kenapa Pak Arsen yang terhormat memanggil saya ke sini," ucapnya dengan lemah lembut.