"Om, malam-malam ke sini emangnya mau ngapain?" tanya Kia kepada laki-laki itu.
"Mau maling." Arsen menjawabnya dengan sedikit kesal.
Kia tersenyum memperlihatkan deretan giginya. "Gue minta maaf, Om. Gue kira tadi beneran maling."
"Memangnya wajah saya seperti maling, huh?"
Kia mengangguk polos.
Arsen menatapnya dengan tatapan datar.
"Udah, lah, Om. Sebenarnya tujuan ke sini mau ngapain? Mau cari siapa?"
"Saya ingin bertemu calon istri saya."
Kedua mata Kia menyepit. Samar-samar dia mendengar ucapan dari laki-laki di depannya. "Loh, emangnya calon istrinya om itu siapa? Mamahnya gue, ya? Atau Mbok Sri?" Kia menebaknya dengan bingung. Ya, karena perempuan di rumah ini hanya ada dirinya, Mamahnya dan juga pembantu yang telah lama berkerja di sini.
"Ah... sudah, lupakan saja."
"Gimana, sih? Kalau nggak ada kepentingan, mendingan pulang aja. Ganggu orang lagi nonton."
"Saya mau mencari Bu Renata, Mamah kamu."
"Oalah, bilang kek."
"Kek." Arsen tanpa sadar menirukannya.
"Om ngapain bilang kek?"
"Kan, tadi kamu yang suruh saya bilang kek, ya sudah, saya turuti."
"Arghhhh! Maksud gue bukan gitu Jaenudin! Udah, lah, Bu Renata nggak ada di rumah! Beliau ikut suaminya ke luar negeri!"
"Sebenarnya saya sudah tau, tapi saya diam."
Wajah Kia berubah masam. "Kalau udah tau ngapain tanya?" Mengusap wajahnya dengan kasar. "Sabar, Kia. Lo itu nggak boleh marah-marah," semangatnya pada diri sendiri.
Arsen mengeluarkan sesuatu dari saku celana. Berbentuk kotak kecil berwarna merah yang sekarang berada digenggaman tangan Arsen.
kia mengernyitkan dahinya. "Itu bukan bom 'kan, Om?"
"Iya, itu bom."
"Nggak usah ngadi-ngadi, deh! Kalau itu beneran bom, gue nggak segan-segan buat tendang lo, Om!"
"Terserah kamu."
Dengan hati-hati Kia mengambil benda itu. Mengamatinya dengan serius. "Kotaknya, boleh gue buka apa nggak?" tanyanya.
Arsen menggeleng. "Jangan. Jangan dibuka sebelum Mamah kamu tahu. Pendam aja rasa penasaran kamu itu, saya aja juga nggak tahu apa isinya."
"Loh, terus?"
"Itu dari Ibu saya."
Kia mengangguk pelan. "Oh, ya udah. Kalau nggak ada keperluan lain, mendingan langsung pulang aja."
"Ceritanya kamu mengusir saya?"
"Niat gue, sih, emang gitu."