Abhigata

13 9 2
                                    

*
*
*
*
*
*
*

Aghata sedari tadi terlihat gelisah, Bagaimana tidak? Jika dia sekarang sudah berada di dalam bus sekolah, pikiran nya memikirkan kejadian tadi malam, jujur ia masih sedikit trauma, bayangan tadi malam selalu muncul di otaknya.

Dimana ketika sang papah membanting gelas, menarik rambut nya lalu di benturkan ke dinding, entahlah rasanya ia tidak ingin kembali kerumah.

Untuk saat ini ia merasa dunia terlalu kejam baginya, dan adapula saat ketika ia merasa dunia terlalu istimewa untuk di tinggal kan.

Dengan tatapan kosong ia berjalan menuju rumah, Indra penglihatan nya menangkap beberapa kendaraan yang ada di depan rumah nya.

Alisnya berkerut, ada apa pikir nya? Suara riuh mulai terdengar dari dalam sana, iapun bertanya-tanya, adaapasih? Pikir nya.

"Assalamualaikum," ujarnya ketika memasuki rumah.

Ia sedikit terkejut kala melihat beberapa saudara nya yang telah lama tidak berkunjung di rumahnya.

"Waalaikumsalam," jawab beberapa yang yang mendengar ucapan aghata barusan

Aghata tersenyum senang lalu berlari memeluk bude nya, terlihat jugadisana beberapa sepupu aghata yang sedang sibuk dengan gadgetnya masing-masing, agahta terlihat acuh lalu kembali melirik sang mamah.

"Ganti dulu Ghata, tadi bude bawa in burger tuh dibelakang," ujar sang bude, selaku kakak nya sang papah.

"Udah gede ya sekarang?" Tanya sang bude dan memperhatikan postur tubuh Agahata

Aghata tersenyum jahil, tanganya terangkat "bude juga mangkin gede," ujarnya dengan tangan yang menggambarkan postur tubuh sang bude.

"Hehg!" tegur sang bude, "kamu mau bude kutuk jadi kutil badak?"

"Gamau bude, maunya jadi kutil buaya," jawab Aghata.

Sang bude menggeleng kan kepala, " jadi kutil monyet ajah biar bisa manjat- manjat," bude ikut mengarang.

"Jadi kutil buaya ajah bude! BUAYA DARAT!" Seru aghta sambil berlari kebelakang.

****

Sepekas sholat isya, aghata dan saudaranya, memutuskan untuk Mabar, akhirnya mereka memilih teras rumah yang di sertakan dengan lampu kelap kelip, dan bagitu astetik menjadi tempat mereka Mabar.

"Woi cepetan aelah kalah kan!" Sarkas Aghata kala melihat tim nya ketika bermain ml kalah.

"Elu si aelah, coba lu ga ngedumel pasti gua bisa fokus!" Marah balik leo, yaitu Abang sepupu aghata anak dari kakak kedua sang ayah.

"Yah coba kalian tuh bener mainnya pasti kita ga akan berisik!" marah balik Syafira yaitu adik leo.

"Bacot anying!" Devano memutar bola mata malas, kupingnya terasa panas jika berada di posisi ini, Devano yang notabennya anak pertama dari kakak kedua yang memiliki sifat seperti es, selalu berusaha agar terlihat friendly pada saudara nya.

"Ngalah Wee! cewe emang selalu bener!" Lerai Dirga yaitu adik Devano.

"Maksud anda? Saya sebenernya jago loo, saya pro player, tapi karna ada pantulan Lampu yang mati hidup, jadi rada susah ngeliat." Elak Aghata

"Iyah, kami percaya kok," jawab Dirga.

"Bodo amat ahg! Mending gua ngewp!" kesal Aghata.

Dirga menaikkan alisnya, lalu menarik baju Aghata, "sejak kapan lu baca wp?" Tanyanya penuh interogasi.

"Sejak aku di ghosting oleh virtual!" Aghata berdecak malas sekali rasanya jika harus mengingat tanggal dan bulan beserta jam pada saat menginstal watpadd.

AbhighataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang