03 : Tanda Tanya

52 30 11
                                    

~Vote-Vote Dahulu Baru Baca Kemudian~

Tak Kenal Maka Tak Sayang!
Biar Disayang Wajib Vote dan Komen!

🌟Happy Reading🌟


"Maaf ngerepotin lo, dan juga makasih," ucap Keyla pada seorang laki-laki yang baru saja mengantarkan dirinya.

"Kalau ngerepotin sih nggak, tapi makasih aja nggak cukup."

"Mau apa?."

"Hm..gue mau lo," ucap laki-laki tersebut sambil tersenyum jahil.

"Najis," balas Keyla sambil menatap jengkel laki-laki di depannya ini.

Vino menanggapi itu dengan kekehan."Cantik-cantik mulutnya pedes."

Keyla tak menghiraukan perkataan Vino dan memilih masuk ke dalam rumahnya. Tapi saat Keyla membuka pintu rumahnya Vino tiba-tiba menyelonong masuk dan langsung duduk di sofa.

"Heh siapa yang suruh lo masuk terus duduk di sofa gue," tanya Keyla ketus.

"Nggak ada yang nyuruh, inisitif gue sendiri. Biasanya kan juga gitu,"jawab Vini tanpa beban sama sekali.

Tak mau ambil pusing dengan manusia aneh ini, Keyla lebih memilih untuk meninggalkannya dan menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua. Biaralah Vino duduk di sofa itu sendirian, Keyla tak peduli itu.

"Wahh kayak nya camer lagi nggak ada di rumah Key, cuma kita berdua waktunya bagus buat...," Vino tidak melanjutkan perkataannya karena Keyla memegang vas bunga dan itu mengarah padanya.

"Kenapa nggak dilanjutin ngomong nya hm?," ucap Keyla dari lantai dua dengan wajah galak nya. Vino menggelengkan kepalanya dan tersenyum sambil memperlihatkan deretan giginya.

"Sekali lagi gue denger lo ngomong yang aneh-aneh vas ini bakalan melayang," lanjut Keyla dengan muka yang tidak ada ramah-ramahnya sekali.

"huftt bisa mampus gue kalau tadi vas itu beneran di lempar." ujar Vino setelah Keyla masuk ke kamarnya.

"Keyla kalo marah galak nya sebelas dua belas sama emak gue."

****


Di markas Geng Thunderex.

Kelima anggota inti Geng Thunderex sedang berkumpul di markas mereka, itulah alasan mereka tadi menunggu Raka. Karena mereka akan ke markas bersama-sama.

Sudah hampir lima menitan mereka diam, tidak ada obrolan hanya duduk dan saling menatap satu sama lain.

Flashback on

Kelima lelaki itu memakirkan motornya di sebuah rumah yang bisa tidak bisa dibilang kecil atupun besar tapi memiliki perkarangan yang luas . Atau biasa juga mereka sebut dengan Markas

Raka dan keempat sahabatnya memasuki markas tersebut, lalu mereka semua duduk di sebuah sofa yang ada disana.

"Tadi kalian mau ngomong apa," ujar Raka pada teman-temannya.

"Lo aja yang ngomong," kata Denis kepada Kenzi.

"Kok gue, lo aja Fa."

Daffa menghela nafas."Tadi kita lihat Keyla dijemput sama cowok."

"Cowok? Siapa?" ucap Raka penasaran.

"Kita nggak lihat wajahnya soalnya ketutup helm," jawab Daffa.

Fauzan menyodorkan handphone miliknya pada Raka dia menunjukkan foto Keyla dan laki-laki itu yang ia ambil tadi. Raka masih mengamati foto tersebut lalu matanya menatap Kenzi.

"Dia punya sih sepupu laki-laki tapi kata bunda gue sepupunya udah nikah dan nggak tinggal disini."

Flashback off

Raka sadar suasananya berubah menjadi canggung sebab dirinya. Lalu dia mengeluarkan handphone miliknya."Kalian mau pesen apa biar gue yang bayar," ucap Raka setelah keheningan tadi.

"Gue sih apa aja yang penting gratis,"ucap Denis

"Berarti kalo tai lo mau, kan gratis," timpal Kenzi. Alhasil kepalanya mendapat jitakan dari Denis.

"Ini nih kalau goblok dari lahir, emangnya tai itu makanan nyett," jawab Denis.

"Lah tai kan terbuat dari makanan," balas Kenzi tak mau kalah.

"Ya nggak gitu juga konsepnya monyet. Sekarang gue tanya lo mau nggak makan tai," ucap Denis jengkel.

"Ya ogah lah," jawab Kenzi nyolot.

Tangan Denis terangkat untuk menoyor kepala Kenzi. "Ya lo sendiri aja ogah ngapa nyuruh-nyuruh orang makan tai."

"Lah lo emngnya orang," ucap Kenzi santai.
Tapi bagi Kenzi tampang itu sangat menjengkelkan.

Denis yang kesal pun menarik leher Kenzi dan memitingnya. "Udah salah ngatain gue pula. Dasar anak monyet."

"Ayo gelut lo berdua yang kalah nggak dapet makanan gratis. Iya nggak Ka," kata Daffa dan diangguki oleh Raka.

"Berarti lo sama Fauzan juga harus gelut, Fa." Imbuh Raka seraya tersenyum jahil. Ucapan Raka membuat Daffa terdiam lalu dia menatap Fauzan yang kini juga menatapnya dengan wajah datarnya.

"Nggak jadi deh kalau gitu," Sanggah Daffa lalu dia mengambil spidol yang ada dimeja dan melempar kearah Kenzi dan Denis. Mereka berdua yang sedang gebuk-gebukan menggunakan bantal sofa pun menoleh. "Heh yang nggak bisa diem nggak dapet makanan."

"Lo kok plinplan sih," kata mereka berdua serempak.

"Mau makanan nggak?," mereka berdua mengangguk. "Yaudah diem," mereka pun langsung terdiam. Raka dan Fauzan tertawa kecil menyaksikan tingkah mereka.

"Tadi lo di panggil pak Setyo kenapa?" ucap Fauzan setelah hening beberapa detik.

"Oh iya gue hampir lupa, besok minggu kita disuruh pak setyo tanding futsal sama anak SMA sebelah."

"Dilapangan sekolah kita jam delapan harus udah ada disana," lanjut Raka lagi.

"Pak Setyo nggak asik. Padahal besok gue mau bangun siang," ujar Kenzi.

"Nggak usah bangun sekalian," sebuah bantal sofa melayang kearah Daffa setelah mangatakan itu.

Dan tak lama kemudian pesanan mereka datang.

.
.
.
.
...Bersambung...

RAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang