2. Lee Jeno dalang penculikan.

4.8K 422 2
                                    

Kelopak mata itu berkedip lambat. Sebelum membuka dengan binar redup yang terlihat samar, pusing langsung mendera kepalanya begitu saja saat baru membuka mata. Hingga kepingan memori sebelum menutup mata berputar samar. Membuat tubuh Nana sontak terlonjak bangun dari tidur nyenyaknya.

Mata pemuda itu meliar, menatap sekitar yang terlihat asing. Dalam hati merasa deg-degan karena ingat bahwa ia tidak dalam kondisi baik-baik saja. Nana di culik, setidaknya itu yang ia pahami sekarang. Namun siapa yang menculik pemuda Badung sepertinya?

Kembali memutar ke belakang, saat ini Nana benar-benar cemas akan konsisi Mark dan Renjun. Apakah mereka memiliki nasip yang sama dengannya? Atau bahkan lebih buruk? Sungguh, Nana tidak bisa berfikir demikian. Ia benar-benar khawatir akan kondisi kedua sahabatnya itu.

Derit pintu yang terbuka membuat lamunan pemuda itu buyar seketika. Atensinya kini beralih pada seorang pria yang berdiri di ambang pintu. Pria itu melangkah pelan, masuk mendekati Nana sebelum membungkukkan tubuhnya.

"Selamat pagi, Tuan muda. Anda di suruh turun untuk segera sarapan." Ujar pria berpakaian serba hitam itu. Tentu saja perkataan pria itu mampu membuat Nana bungkam, merasa bingung dengan kondisinya saat ini.

"Gue mau pulang." Nana tentu sadar, bahwa tidak seharusnya ia berada di dunia yang asing. Meskipun kini tempat tidur mewah yang ada di bawahnya serta sambutan pria di hadapannya yang membuat Nana sadar bahwa ada sesuatu di balik ini semua.

"Anda bisa bicarakan masalah itu dengan Tuan besar, sekarang makan lah. Beliau sudah menunggu anda sedari tadi." Lanjut pria itu membuat Nana bangkit. Ia menurut tanpa perlu membersihkan diri, mengikuti langkah lebar pria di depannya.

Hingga langkah pria itu berhenti untuk berbalik ke arahnya. Nana mengernyitkan dahi, merasa bingung. Alisnya terangkat satu dengan maksud bertanya ada apa. Meskipun Nana tahu bahwa ia tengah di culik, ia tetap memasang wajah tenang. Tidak ingin mengambil tindakan tergesa yang malah justru membuatnya celaka kelak.

"Em ..." Pria itu terlihat berfikir sejenak," sebaiknya anda berjalan duluan, saya tidak pantas berada di depan anda. Silahkan, akan saya tunjukan jalannya dari belakang." Ujarnya membuat Nana hanya bisa menurut.

Ingin segera menemui seseorang yang di panggil 'Tuan besar' oleh pria tadi. Nana yakin sekali, pria itu lah dalang di balik penculikannya. Ia berjanji, tidak akan melepaskan pria itu. Seingatnya, Ia tidak pernah memiliki masalah dengan siapapun.

Hingga sampailah Nana di sebuah ruangan luas yang di sebut meja makan. Rumah besar itu hampir membawanya tersesat, beruntung pria tadi benar-benar memandunya untuk sampai kemari. Mata itu meliar ke sana kemari, hingga bola matanya berhenti tepat di salah satu kursi meja makan. Di sana terdapat seorang pria dewasa yang masih menyantap makanannya dengan khidmat.

"Oh, hai Nak." Sapa pria tersebut saat netranya menangkap kehadiran seseorang yang selama ini selalu di tunggunya. Langkah pemuda itu mendekat, dan Jeno tidak pernah melepaskan perhatiannya barang sebentar. Melihat kaki mulus itu berjalan tergesa cukup membuat Jeno menelan Saliva.

"Anda pemilik sekolah tempat saya bersekolah bukan?" Tanya Nana yang di balas anggukan santai oleh Jeno. Pria itu kembali memotong bacon dan memasukannya ke dalam mulut.

"Lalu, apa anda yang menculik saya?" Tanya Nana kembali, dari nadanya terdengar sangat meragu. Bagaimana jika ia salah dan malah menuduh pemilik sekolahnya itu? Pasti ia akan langsung di keluarkan dari sekolah.

"Iya, aku yang menculikmu." Namun jawaban Jeno tersebut membuat Nana menjatuhkan rahang tidak percaya. Bagaimana mungkin dan untuk apa?

Tanpa sadar ia menggebrak meja hingga membuat Jeno sedikit terlonjak di posisinya. Bahkan para Maid dan anak buah Jeno yang ada di sana pun bungkam sepenuhnya. Ingin menangkap pemuda tidak sopan itu, tapi teringat kata-kata tuannya tempo hari.

Because I Love U [Mature Content] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang