"Pelabuhan yang merupakan jalur kita mengirim memang sedang di curigai, bahkan beberapa agen negara pun turut hadir. Tapi jika kita tidak membawa barang keluar. Barang akan tersimpan lama dan kualitas nya berkurang. Seperti jantung dan organ manusia akan semakin menurun jika terlalu lama di simpan. Kita bisa menggunakan jalur hutan untuk mengeluarkan barang." Ujar seorang pria dengan nametag David Guetta.
Jeno yang sedari tadi diam mendengarkan para anggota intinya menyampaikan pendapat mulai angkat bicara. Menyetujui apa yang baru saja diucapkan bawahannya. Barang seperti organ memang tidak bisa di simpan terlalu lama, semakin lama maka harganya semakin menurun.
Berbeda dengan manusia, semakin lama maka kualitasnya semakin bagus. Karena orang-orang yang ia culik akan di beri pelatihan khusus. Membuat semakin lama akan semakin bagus, kebanyakan dari mereka akan di jadikan jalang.
"Itu benar, cari celah melalui udara. Kalian pantau terus apa yang di lakukan orang-orang tidak berguna itu. Sedangkan yang lainnya keluarkan barang dari daerah hutan." Jeno berujar yang langsung di angguki para bawahannya yang lain.
Adu argumen kembali terjadi, kali ini Jeno banyak menyimak. Ingin tahu sampai mana pengetahuan anak buahnya. Jeno juga terus memantau perkembangan otak para bawahannya. Siapa yang dapat menyelesaikan masalah akan di rekrut satu tingkat dari posisinya. Di tengah keheningan yang tiba-tiba melanda, salah satu bawahan Jeno angkat bicara.
"Kami sudah menemukan pengkhianat yang memberi tahu informasi Tuan muda Na. Saat ini sudah berada di ruang bawah tanah. Hanya tinggal menunggu kedatangan anda, Tuan."
Seringai tipis langsung terbentuk di wajah tampan Jeno. Membuat yang ada di sana bergidik ngeri melihatnya. Jeno itu tidak sesimpel kelihatannya. Karena nyatanya banyak rahasia di balik pria dewasa itu. Jeno bisa sangat mengerikan di satu waktu bersamaan.
"Biarkan dia di sana. Jangan lupa berikan pelayanan terbaik yang kita miliki. Ah, satu lag--"
Brakk
Perkataan Jeno terpotong begitu saja kala seseorang dengan tidak sopan nya mendobrak pintu ruang diskusi. Pria yang baru saja masuk itu langsung memucat begitu menyadari kesalahannya. Namun mengingat tujuannya kemari membuat pria tersebut angkat bicara.
"Tuan! Mansion di serang!"
______
Langkah tegap Jeno di bawa berlari menyusuri Mansion yang tengah kacau tersebut. Tujuan sang ketua kali ini adalah kamar seorang pemuda yang beberapa hari ini menjadi tahanannya. Berbeda dengan para anak buahnya yang tengah baku hantam dengan klan musuh.
Penyerangan tiba-tiba seperti ini sebenarnya sangat melanggar aturan. Hukum di dunia bawah sangat melarang hal seperti ini. Namun, terlihat wajar karena dunia bawah bukan lah orang-orang yang konsisten. Jika membunuh orang terlihat mudah, maka melanggar aturan jauh lebih mudah bukan?
Hukum memang bersifat memaksa, namun jika orang-orang yang di atur tidak memiliki nurani. Maka jangan harap aturan tersebut akan di ikuti.
Berjalan cepat, Jeno dapat melihat anak buahnya yang di tugaskan untuk berjaga di depan kamar Nana kini tengah bertarung dengan musuh. Lima orang anggota yang selalu berdiri di belakangnya kini mulai maju, ikut membantu anggota lain menghajar musuh.
Menggiring musuh agar menjauhi pintu kamar itu. Setelah melihat celah, baru lah Jeno masuk dengan kunci yang dibawanya. Pemandangan pertama yang menghampiri netra Jeno adalah Nana yang tengah senam aerobik di atas kasur.
Pemuda itu tidak menyadari kehadiran Jeno yang kini sudah menatap cengo dirinya. Tetap melanjutkan senam aerobik dengan gaya absurdnya. Hingga suara pistol yang di tembakkan mampu masuk ke dalam ruangan kedap suara itu lewat celah pintu yang terbuka.
Nana berhenti, kemudian berbalik. Mata pemuda itu langsung mendelik begitu mendapati Jeno yang berdiri di ambang pintu. Wajahnya memerah samar, merasa malu dengan sikapnya barusan meski sudah di tutupi raut ketus yang ketara.
"Ngapain lo ngintip gue?!" Pekiknya membuat Jeno melotot. Pria dewasa itu segera mendekat sebelum membungkam mulut Nana dengan tangannya.
Nana yang tidak tahu apa-apa mulai berfikir negatif, padahal Jeno melakukan hal itu agar keberadaan keduanya tidak di ketahui oleh musuh. Memberontak, Nana mencoba menendang Jeno dengan kakinya yang terbebas. Teringat kejadian terakhir kali yang membuat bokongnya sakit.
"Sttt ... diam Na!" Jeno sedikit membentak hingga Nana yang berada di dalam dekapannya itu terdiam seketika. Menghela nafas pelan, Jeno sebenarnya tidak suka menggunakan nada keras dengan Nana.
"Maafkan aku, tapi situasi saat ini tidak mendukung Na. Aku minta maaf telah membentakmu. Mansion ini di serang oleh musuhku, dan kita harus melarikan diri." Ujar Jeno pelan. Hendak memberi pengertian yang membuat netra Nana membola dengan sempurna.
Jeno bukannya takut dan ingin kabur dari musuh. Namun jika di pikir lagi, kedatangan musuh yang menyerang tiba-tiba adalah karena rahasia berliannya yang terbongkar. Sudah jelas alasan mereka kemari adalah karena ingin mengambil kelemahannya. Jeno akui, tiga tahun belakangan Nana adalah kelemahan sekaligus kekuatannya.
Melindungi Nana adalah kewajibannya. Oleh sebab itu, Jeno sangat marah saat musuh tau bahwa kelemahannya bukan lagi emas di dasar laut, tapi Nana. Tidak ada yang menjamin para musuhnya mengambil Nana darinya. Jeno tidak akan bisa, ia bahkan rela menyerahkan nyawanya untuk pemuda bernama Na Jaemin.
Membawa Nana ke Mansion miliknya tentu telah melewati perhitungan. Jeno benar-benar menyeleksi para bawahan yang ia tugaskan untuk menjaga Nana dan mansion yang akan ia tinggali. Namun siapa yang sangka jika salah satu tangan kanannya ternyata adalah penghianat?
"Musuh?" Nana membeo pelan sebelum kembali berujar," gak heran sih, secara mukak lo aja udah bikin eneg." Lanjutnya yang di balas tatapan datar dari sang empu.
Jeno menarik tangan Nana hingga tubuh ringan itu membentur dada bidangnya. Seringai licik terlihat di wajah Jeno membuat Nana mengangkat salah satu alisnya bingung.
"Aku bisa bercinta dengan mu saat ini jika aku mau, masih ingin bicara Lee Jaemin?" Bisiknya sembari menjilati leher jenjang Nana dengan sensual.
Nana yang di perlakukan seperti itu hendak ingin menjauh, namun Jeno menahan pinggang rampingnya dengan erat. Bisikan Jeno benar-benar membuat Nana merinding. Nafas hangat itu benar-benar mengenai bulu lehernya hingga membuat tubuh Nana berdesir.
"Lee mesum Jeno! Gila hah?!" Pekik Nana sembari mendorong tubuh Jeno menjauh darinya dengan sekuat tenaga. Nana baru hendak memberikan tendangan pada Jeno sebelum suara tembakan di luar sana semakin menjadi.
Tubuh Nana menegang, sekarang ia baru sadar bahwa Jeno bukan hanya sekedar berkata bahwa ada musuh yang menyerang. Tapi nyatanya memang benar-benar saat ini telah kedatangan tamu.
Langkah kaki terdengar, membuat Jeno dengan sigap menarik Nana ke balik punggung tegapnya. Hingga beberapa orang yang keluar dari ambang pintu terlihat.
"Oh, di sini rupanya ..."
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love U [Mature Content] ✓
Fanfic"Jadilah milikku, maka akan ku berikan apapun yang kau inginkan." LJ "Ingatlah satu hal, Tuan. Aku tidak menjual apapun." NJ Jeno tidak tahu mengapa bisa jatuh cinta pada Na Jaemin, murid brandal di sekolah miliknya. WARNING! CERITA MENGANDUNG ADEGA...