Salam Kenal

12 1 0
                                    

Kala kabut bersemuka dengan rerumputan hijau, udara menyelinap di sela-sela jendela berkaca, Falisha merasakan kesejukan jiwa hingga menenggelamkan penat dalam buaian lelap.

Kukuruyuk betok betok, alarm setia tanda penduduk bumi mulai menyibukkan diri.

Falisha masih anteng di tempat tidurnya tak membuka matanya sedikitpun karena terlalu menikmati udara sejuk untuk melepaskan penat dan menenangkan pikiran. Kali ini Falisha tidak salat subuh karena sedang datang bulan sehingga dirinya merasa ini adalah kesempatan terbaik untuk bangun telat.

Tak seperti yang diharapkan Falisha, Ia justru dibangunkan oleh ibundanya, Tiwi.

"Nak, bangun. Ini sudah pukul 05.00 WIB," membangunkan Falisha dengan pelan

Falisha tak berkutik sedikitpun, masih  hanyut dalam buaian mimpi

"Falishaa, Nak. Yuk bangun, katanya hari ini mau pergi ke tempat Afisha untuk diskusi open donasi," dengan sabarnya Tiwi membangunkan Falisha, namun sedikit dikeraskan

Falisha pun perlahan membuka matanya, Ia sedikit jengkel terhadap ibundanya karena menggagalkan rencananya untuk bangun telat

"Ibu, Falisha kan lagi datang bulan. Falisha mau tidur lagi yaa, ke Afishanya nanti aja habis dhuhur," Afisha duduk dengan mata yang masih sayu dan meminta untuk tidur lagi

"No no no, gak boleh. Falisha bangun terus mandi habis itu Falisha ke ruang tamu, Ibu dan Ayah tunggu di sana," memberi perintah kepada Falisha agar segera bangun dari tempat tidurnya kemudian mandi

"Tapi, Bu -" belum selesai menjelaskan, Tiwi sudah memajukan jari telunjuknya ke bibir Falisha agar diam

"Tidak ada tapi-tapian, waktunya bangun harus bangun," kemudian melenggang pergi tanpa membiarkan Falisha menjelaskan apa yang dimaksudnya

Falisha pun tak bisa mengelak, Ia harus mengikuti perintah ibundanya karena memang Falisha adalah anak yang sangat berbakti kepada orang tua.

Selesai mandi, Falisha menuju ke ruang tamu seperti apa yang dikatakan ibundanya

"Assalamu'alaikum, Bu, Pak," salam Falisha kepada bapak dan ibundanya yang sudah sedari tadi duduk di kursi ruang tamu

"Wa'alaikumussalam," bapak dan ibunda Falisha dengan senyuman

"Ini Falisha sudah mandi, memangnya mau ada acara apa, Bu? Falisha nanti harus ke tempat Afisha," penasaran Falisha mengapa Ia harus bangun cepat, padahal Ia sedang tidak salat

"Falisha sudah penasaran ya?" ledek Tiwi

"Biar bapak saja yang menjelaskan," lanjutnya dan mengalihkan pembicaraan ke Hardi, suaminya

"Ibu ada-ada saja, Ibu yang menjelaskan juga tidak apa-apa," kekeh Hardi

"Ndak, Pak. Biar bapak saja, kan yang tahu banyak bapak," sopan Tiwi kepada suaminya

"Ya sudah, biar bapak saja yang menjelaskan ke Falisha," Hardi mengalah dengan sang istri

"Begini, Nak. Hari ini pria yang waktu itu menolong kita, dia mau datang hari ini. Kemarin bapak diberi tahu sama Yayan katanya mau main ke rumah kita. Makanya hari ini kamu ke pasar dengan ibu belanja bahan-bahan untuk masak hari ini. Urusan Afisha nanti bisa dibicarakan lagi. Dia juga bermaksud ingin membantu pondok pesantren kita supaya bisa menemukan jalan keluarnya. Bagaimana, kamu mau?" Hardi menjelaskan tujuan Ia diharuskan bangun cepat

"Maksud Bapak pria yang berkemeja terus bawa temennya itu?" Kaget Falisha karena tidak menyangka pria yang berhasil memikat hatinya akan datang ke rumah

Selaksa HarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang