Semangat

9 3 0
                                    

Setelah pertemuan kemarin makan siang bersama, Falisha menjadi mengenal dengan sosok Dipta. Dipta dalam kacamata Falisha adalah sosok laki-laki yang sesuai dengan kriterianya, tetapi Falisha masih belum ingin memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan percintaan karena dirasa waktunya belum tepat.

***
Falisha sedang berada di rumah Afisha karena kemarin belum sempat datang. Pada saat Falisha sedang asyik mengobrol dengan Afisha tiba-tiba dari balik pintu terdengar suara ketukan pintu

Tok tok tok, "Assalamu'alaikum," terdengar ucapan salam seorang laki-laki

Afisha pun tersenyum sumringah kala mendengar suara itu karena dia tahu siapa orang itu

"Afisha, kamu kok senyum-senyum sendiri?" sedikit ngeri Falisha karena takut sahabatnya kenapa-kenapa

"Apaan sih, Sha. Itu kakak aku, aku mau kenalin kakak aku yang 2 minggu lalu baru balik dari Dubai," Afisha yang kemudian langsung menuju ke pintu untuk membukakannya

"Wa'alaikumussalam," Afisha sembari membuka pintu

Saat pintu dibuka, tersenyum sosok laki-laki itu tatkala melihat adiknya yang menggemaskan sangat ceria menyambutnya

"Kakak, ayo masuk aku mau kenalin kakak sama teman aku," dengan semangat Afisha menggandeng paksa kakaknya

"Adek, pelan-pelan kakak susah jalannya,"
laki-laki itu memprotes adiknya

"Ih, Afisha udah ga sabar. Udah kakak diem aja ya ikutin Afisha," tanpa memikirkan kakaknya, Afisha terus menggandeng paksa hingga menuju ke ruang tamu

"Haloo, Falishaaa, ini kakak aku," dengan semangatnya Afisha memperkenalkan kakanya itu

Pada saat Falisha mengarahkan pandangannya ke sosok laki-laki itu, Falisha sangat terkejut seakan-akan tidak menyangka bahwa dia adalah kakak dari sahabatnya

Bukan hanya Falisha saja yang terkejut, laki-laki itupun sama, ketika tak sengaja menatap Falisha, Ia seperti mematung seolah tak percaya dengan situasi ini

Afisha pun tersadar ketika mereka sedang berpandangan

"Halo, haloo mau pandang-pandangan terus atau mau kenalan nih," Afisha mengibaskan tangannya ke kakaknya dan Falisha tepat di depan matanya agar mereka segera mengakhiri sesi saling pandangnya

Falisha pun tersadar dan mengalihkan pandangannya ke bawah sembari mengucap istighfar, "astaghfirullah."

Laki-laki itupun turut salah tingkah, tetapi mencoba untuk tetap tenang

"Eh, iya. Maaf ini Falisha anaknya Pak Hardi kan," mencoba mencairkan suasana yang canggung

Falisha pun sontak kaget karena ternyata mereka sudah saling kenal

"Oh... Jadi kalian sudah saling kenal? Ya Allah emang yah kalo jodoh tidak kemana," meledek kakaknya itu, Dipta. Ya, laki-laki itu adalah Dipta

Falisha pun tersipu malu ketika Afisha berkata seperti itu

"Apaan sih, Dek. Bentar kakak duduk dulu, capek tau," Dipta mendudukan dirinya di sofa tunggal depan Falisha. Kemudian, Afisha pun ikut duduk di samping Falisha

"Jadi, kakak sama Falisha itu sudah ketemu dengan Falisha sejak 3 hari di Indonesia. Tetapi, kita belum sempat berkenalan. Nah, waktu kemarin kakak pergi itu, kakak pergi ke rumah Falisha untuk makan siang dengan keluarganya karena kakak sudah janji untuk main ke rumah. Eh, ternyata Falisha itu teman kamu," Dipta menjelaskan awal pertemuannya hingga akhirnya mengenal sosok Falisha

Falisha pun menyahut apa yang dikatakan Dipta, sedangkan Afisha hanya mengangguk-anggukan kepala kala Dipta menjelaskan

"Iya, kita sudah saling kenal sejak kemarin. Saya juga kaget, ternyata ka Dipta kakaknya Afisha," dengan malu-malu Falisha menyahut

Afisha pun sangat gembira mendengar mereka sudah saling kenal karena memang itu tujuan Afisha untuk membahas masalah galang dana di rumahnya supaya bisa sekaligus memperkenalkan Falisha dengan Dipta

"Kalian tahu nggak sih, aku senang banget dengernyaaa. Akhirnya, sebentar lagi aku bakal punya kakak perempuan, yeyyy," ngawur Afisha yang kemudian ditatap intens oleh kakaknya seolah menyuruh diam Afisha

Afisha yang sadar pun memberhentikan topik pembicaraan itu, sedangkan Falisha sudah tidak karuan perasaannya karena sangat dag-dig-dug

"Oiya, Kak Dipta. Jadi gini, aku sama Falisha ada rencana mau galang dana buat bisa bayar sewa tanah pondok pesantren ayahnya Falisha, menurut ka Dipta kira-kira kita harus galang dana yang gimana?" Afisha meminta pendapat kepada Dipta karena Ia tahu bahwa Dipta adalah laki-laki yang cerdas memiliki banyak ide

Dipta pun sedikit berpikir, apa yang harus dilakukan mereka berdua untuk menggalang dana

"Mmm... Kira-kira batas waktunya sampai kapan dan berapa yang dibutuhkan? Kalau harus cepat kita bisa sih menggalang dana dengan membuka pameran atau menjual barang dengan bertuliskan membeli berarti bersedekah," dengan penuh kharisma Dipta menyumbangkan idenya, sehingga Falisha menambah kagum dengan kakak sahabatnya itu

"Kira-kira sekitar 3 minggu lagi, Kak. Kita juga butuh sekitar dua puluh juta supaya bisa melunasi tunggakan dan menyewa selama setahun lagi" Falisha menjawab Dipta

"Wow, waktu yang cukup singkat ya dan nominalnya juga lumayan gede. Mm.. gimana kalau nanti kita bikin proposal saja, nanti kita ke perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang sosial supaya mereka bisa membantu. Kakak ada channel sih untuk urusan itu, cuma nanti ya harus dibantu dengan berjualan barang mungkin?" Dipta memberikan ide berliannya dengan meyakinkan

"Wah, keren tuh. Ka Dipta berarti ikut bantuin kita kan??" menaik-turunkan alisnya, Afisha membujuk kakaknya

"Iya, iya. Nanti kakak juga akan bantu kalian," Dipta mengarahkan pandangannya ke Falisha untuk memastikan bahwa Falisha sudah lega

Falisha yang dipandang pun menganggukan kepalanya, entah apa yang dirasakan Falisha seperti mengetahui maksud dari Dipta, bahwa Ia tidak sendiri mengahadapi masalah ini

"Terima kasih ya, Kak. Saya sampai bingung mau bilang apa, intinya saya sangat bersyukur ada yang mau membantu kami," Falisha dengan malu-malu berterima kasih dengan Dipta

Dipta pun tersenyum ketika melihat Falisha berterima kasih dengan muka yang lucu karena malu

Dalam hati Dipta, Falisha mirip dengan ibunya yang memiliki hati baik dan juga taat pada agama, sayang kini semua cerita dengan ibunya hanya menjadi kenangan saja karena ibu tercintanya sudah meninggal.

Dia mirip sepertimu, Bu. Andai saja ibu masih disini pasti akan bangga dengan Falisha, batin Dipta.

Kemudian Dipta pun izin kepada mereka berdua untuk ke kamar karena tadi belum membersihkan badannya

"Ya, sudah kalau kalian butuh bantuan bilang saja ya. Kakak mau membersihan badan dulu, habis kerja. Oiya, jangan lupa ya untuk tetap semangat," dengan senyumnya yang manis Dipta menyemangati mereka kemudian pergi

"Terima kasih, Kak, aku semakin kagum dengan kakak" dalam hati Falisha

"Makasih, Kakak Dipta yang ganteng dan baik hati," dengan sedikit teriak karena Dipta sudah melenggang pergi, sedangkan Dipta hanyak mengangkat jempol seperti "oke" dan senyum

Mereka pun kembali membicarakan, bagaimana langkah selanjutnya untuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk galang dana, sedangkan Dipta melanjutkan aktivitasnya seperti biasa, membersihkan diri, makan, melanjutkan pekerjaan yang belum selsai kemudian tidur sampai sebelum tiba waktu asar.

Selaksa HarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang