1

16 1 0
                                    

Hari Senin.

"Eugenia, sekarang hari Senin ada Upacara, segera berangkat ke sekolah, sudah pukul tujuh kurang limabelas menit !" suara mamah terdengar dari ruang tamu. "Iya mah, Eugenia berangkat," Eugenia terburu-buru pakai sepatu dan menyambar tas dari atas kasur. Eugenia tidak lupa bercermin sebentar, dan ....sesudah itu, terdengar suara motor siap berangkat.

"Eugenia berangkat mah," tanpa mendengar jawaban mamah Eugenia segera melarikan motorku secepat kilat. Ah, untung tidak ada anak kecil, Euginia aman selamat keluar dari gang kecil rumah. Tidak berapa lama jalan raya sempit padat mobil segera dijelajahi. Sesaat terdengar beberapa kali klakson mobil dan motor dikanan-kiri. Tapi peduli amat. Yang penting sudah tiba di gerbang sekolah.

Tidak ada teman yang menyambut seperti biasa. Yah....seperti biasa, karena memang Eugenia datang pas bel masuk berbunyi. Eh enggak, ada juga yang sama terlambatnya dengan Eugenia, cuma Eugenia gak kenal, dan mereka pun gak kenal Eugenia. Jadi....memang tidak ada yang menyambut di gerbang sekolah, selain ..... kepala sekolah !

"Selamat pagi, pak, maaf terlambat," Eugenia menundukkan kepala, tidak ingin wajahnya dikenal beliau, ........ "Eugenia, kamu selalu terlambat datang, jam berapa kamu bangun tidur ?" Wadduuuuhhh........belum sempat dijawab, tiba-tiba ada suara lembut ikut terdengar, "Assalaamu'alaikum pak, maaf," ah, bu Michelia Champaka, ternyata guru pun ada yang suka terlambat, Eugenia menahan senyum. "Eugenia, masuk sana, segera ikut upacara," suara kepala sekolah mengagetkan Eugenia. "Ya pak," Eugenia segera menyahut dan bergegas pergi.

Untunglah upacara baru akan dimulai. Eugenia cepat lari melewati beberapa teman yang juga sama-sama terburu-buru menuju lapangan. Uh kelas masih jauh, masih harus naik tangga. Untungnya ada di lantai dua. Coba kalau di lantai sepuluh ! Malas membayangkan yang gak perlu.

Dan.......tidak sampai sepuluh menit Eugenia sudah berdiri di barisan belakang. Entah kelas berapa, gak kenal mukanya. Jujur saja, upacara hari Senin itu gak guna. Mending olah raga saja, eh..tapi malas. Masa pagi harus basah keringat ? Atau....langsung belajar ? Bosan ah. Itu-itu saja yang dipelajari. Lebih enak sih.....main game ! "Yeay !" Kontan seketika semua mata memandang Eugenia. OMG ! Eugenia lupa lagi upacara ! Yaaah ......pasrah saja deh.

Selesai upacara jemari halus bu Michelia sudah langsung meremas telinga Eugenia. Aneh tuh orang, doyannya jewerin telinga melulu. Uuuhhh sakiitttt.......! Eugenia tertahan teriak dalam hati. Wajahnya entah gimana, gak karuan menahan sakit. "Sudah bu, sudah,...aduh sakit..!" akhirnya suara Eugenia keluar juga. Tangan bu Michelia pun lepas dari kuping. Matanya masih terlihat marah.

"Sudah kan ya, bu ? Eugenia ke kelas ya, janji deh kalau upacara bakal khidmat, gak kayak tadi," ah entah dari mana pula Eugenia temukan kata "khidmat". Lalu tanpa menunggu jawaban bu Michelia, Eugenia segera berlari ke kelas.

Selesai tugas di lapangan bu Michelia pun masuk ke ruang guru. Segera diambilnya buku absen, buku paket pelajaran PKn, dan kotak pensil. Bu Michelia pun keluar ruang guru menuju ke sebuah ruang kelas. Baru beberapa langkah bu Michelia dihadang seorang anak lelaki.

"Ibu memanggil saya ?' tanyanya dengan nafas tersengal karena habis lari rupanya.
"Tidak, siapa yang bilang kamu dipanggil ibu ?"
"Eugenia, katanya Omat, dipanggil bu Michelia," wajah Omat terlihat polos.

Saat bu Michelia masih berpikir keras, di kelasnya XII IPA-3 Eugenia tersenyum sendiri sambil menyalin pr Sejarah dari buku Omat, teman sekelasnya. Sambil menulis Eugenia membayangkan jam pelajaran pertama Sejarah lalu PKn, terus istirahat, setelah itu Fisika, istirahat lagi, dan terakhir pelajaran Agama disambung Geografi. Whoahhh..........kayak kereta aja pelajaran di sekolah sambung menyambung dari datang sampai pulang. Eugenia malas bangettt........... Gak tau kenapa Eugenia juga tidak suka dengan bu Michelia ......... ... .........OMG !

Benar saja, begitu selesai pelajaran Sejarah, bu Michelia langsung masuk kelas. Tanpa senyum dan sapaan bu Michelia duduk di kursi guru. Bu Michelia juga meminta para siswa untuk membuka buku pelajaran PKn dan mengerjakan tugas Latihan Bab 3. Melihat Eugenia agak malas-malasan membuka buku, wajah bu Michelia menjadi tidak senang.

"Eugenia ! Kamu mau belajar tidak ?!"

"Mau bu,"

"Kenapa sikap kamu seperti malas begitu ?!"

"Ibu, banyak yang seperti Eugenia, tapi .......,"

"Tapi apa ?!"

"Tapi.......mengapa hanya Eugenia terus yang ditegur ?"

Wajah bu Michelia bertambah tidak senang mendengar kata-kata Eugenia.

"Kamu tidak pantas bicara seperti itu !"

"Lalu harus bicara bagaimana, bu ?"

"Dasar siswa kurang sopan ! Mulai sekarang kamu tidak bisa lagi bicara ke ibu !"

Gisca menyentuh tangan Eugenia dengan tangannya, dia menyuruh Eugenia supaya diam. Tapi Eugenia malah tidak perduli. Dia bersikap cuek sambil menulis Latihan di buku tulis. Tidak terlihat sedikitpun wajah ketakutan, sedih, ataupun jengkel kepada bu Michelia. Tepat sepuluh menit sebelum bel istirahat berbunyi, Michelia menyerahkan hasil pekerjaannya kepada bu Michelia. Bukunya ditaruh di atas meja tepat di depan bu Michelia tanpa mau tahu apakah pekerjaannya diterima dengan baik oleh bu Michelia ataukah tidak. Ternyata benar, hasil pekerjaan Eugenia tidak dinilai sama sekali. Bahkan buku tulisnya dibiarkan saja di atas meja guru sampai bel istirahat berbunyi.

"Elu sih, hobinya melawan melulu, bisa ngalah gak sih ?! Bu Michelia kan guru, masa harus dilawan dengan sikap elu ?! "

"Sudahlah, gua kan cuma anak sekolah yang baru tumbuh gede, wajar dong kalau gua tuh gak bisa bersikap yang benar ?"

"Elu kan jagoan balap motor, masa iya gak ngerti kayak ginian ?"

"Itu kan cuma main-main doang,"

"Dasar elu mah susah dinasehatin,"

"Ampun, Gisca, gua emang anak gak ngerti apa-apa,"

Gisca yang memang sudah jengkel dengan sikap Egugenia ingin rasanya membekap kepala Eugenia. Tapi eugenia kan lebih besar. Gisca kurang tinggi buat menjangkau kepala Eugenia. Eugenia seperti biasa berjalan dengan tingkahnya yang genit-genit cuek kepada anak-anak cowok. Sementara Gisca hanya bisa manyun bibirnya. Eugenia memang susah dinasehatin. Gisca mengenal Eugenia sejak SD. Yaaahhhh......begitulah. Mamahnya juga gak bisa menaklukan Eugenia. Tapi ini...........dengan bu Michelia !

Masa iya sih harus dilawan ? Mereka kan sudah kelas 12, sebentar lagi mau lulusan........eh enggak, masih 9 bulan lagi. Cuma kelakuannya itu lho, bukan main ! Balapan motor, nongkrong tengah malam sampai jam 4, dan........merokok ! Untungnya sih, masih ada untung...! Eugenia bukan tipe cewek yang suka pergaulan bebas. Eugenia malah cuek dengan cowok yang ingin jadi pacarnya. Hadiahnya sih diterima, sebelnya.....tetap aja jadi teman biasa. Dasar Eugenia !


MASIH ADA PAGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang