10

21 1 0
                                    

"Assalaamu'alaikum Eugenia," sapa Fahmi setelah dekat.
"Wa'alaikumsalam, Fahmi," balas Eugenia dengan gembira.
"Ini benar tempatnya ?"
"Benar,"
"Kalau disini tempatnya tadi harusnya aku tidak usah cari-cari. Aku tadi sempat tersasar," Fahmi tertawa mengingat kejadian barusan.
Eugenia pun ikut tertawa. Penuh suka cita rasa bahagia.
"Apa acaranya sekarang ? Atau aku kenalkan dulu ke guru ngajiku ya ?"
"Rumahnya jauh ?"
"Tidak. Itu sudah kelihatan," tangan Fahmi menunjuk ke arah depan. Tidak jauh dari sana terdapat musholah sederhana. Di belakang musholah sebuah bangunan rumah yang juga sederhana terlihat asri dengan tanaman hias gantung di teras rumah.
"Teman-temanmu mana ?"
"Ada, itu mereka sedang melihat ke arah kita," Eugenia menoleh ke arah samping kiri.
"Mereka masih remaja ?"
"Tidak semua, ada yang sudah berusia hampir 30 tahun. Tapi memang wajahnya awet muda sih,"
"Kalau aku sudah terlihat tua, ya ?"
"Tidak juga. Fahmi cuma terlihat lebih tegas dan berwibawa,"

Fahmi tersenyum mendengar kata-kata Eugenia. Sementara dalam hati Eugenia kegelisahan semakin menjadi. Eugenia tidak tahu apa yang akan terjadi terhadap Fahmi. Eugenia tidak ingin Fahmi terluka sedikit pun. Jeffry memang aneh orangnya. Mungkin dia Psikopat. Kalau sudah dendam emosinya bakal terbakar. Untung saat itu malam hari. Meski ada lampu listrik dari rumah-rumah warga, tetap saja cahayanya remang-remang. Tidak bisa menerangi dengan jelas. Masalahnya wajah Eugenia sudah semakin pucat dan dia tidak berani menatap Fahmi sama sekali.

Karena dekat, mereka pun sudah sampai di rumah guru ngaji Fahmi. Fahmi pun mengajak teman-teman lelaki Eugenia untuk ikut bertamu ke rumah ustadznya Fahmi. Untunglah mereka bersedia datang. Bahkan tekun mendengarkan nasehat ustadz. Karena sudah malam mereka pun memohon diri untuk pamit. Fahmi lalu mengajak  mereka ke sebuah aula terbuka semacam saung. Disana Fahmi meneruskan nasehat ustadz.

"Mengapa Rasulullah mengajak umatnya untuk menghormati ibu kita ? Karena hadits dinyatakan bahwa Al Jannatul Tahta Akdamil Ummahat. Ibu kita yang melindungi kita dari segala bahaya di luar kandungàn, kemudian ibu kita juga yang merawat dan mengasihi kita sejak lahir hingga dewasa. Jika kalian mengatakan bahwa tidak semua ibu bersikap demikian, itu benar. Akan tetapi kita tetap harus menghormati dan mendoakan ibu kita terus-menerus agar tidak bersikap yang tidak baik.

Adakah yang punya pendapat lain ? Saya bisa coba untuk menjawabnya. Ini bukan karena saya merasa pintar, tetapi saya hanya ingin berbagi pemikiran dengan sahabat-sahabat baru saya. Jika tidak bisa hari ini boleh juga besok atau lusa. Saya terbuka untuk diajak tanya jawab dan diskusi,"

Teman-teman Eugenia hanya bisa terdiam tidak tahu harus berbuat apa. Mau nanya tidak tahu apa yang mau ditanya. Tidak bertanya malah jadi malu sendiri.
"Kalau begitu kita ngaji aja ya. Nanti saya ambilkan Qur'an dari rumah pak ustadz," Fahmi bangkit dari duduk lesehannya. Kakinya buru-buru berlari ke rumah pak ustadz.

Belum lama Fahmi pergi Jeffry datang. Dia bersama teman-temannya kira-kira 10 orang. Masing-masing saling berboncengan berdua. Jeffry pun turun dari motor diikuti teman-temannya. Jeffry kemudian menghampiri Eugenia.

"Gua bener kan datang ?" ucap Jeffry kepada Eugenia.
"Baguslah," Eugenia terlihat masa bodoh.
"Sekarang gua minta motor gua dan kuncinya,"
"Nih," Eugenia memberikan kunci motor ke Jeffry.
"Sekarang balapannya,"
"Kayaknya gak sekarang deh. Kita mau ngaji dulu,"
"Hah ?! Ngaji ?! Lu udah tobat ?"
"Seenggaknya gua bisa membuat teman-teman gua jadi bener,"
Seketika Jeffry tertawa terbahak-bahak.  Sampai Fahmi datang pun Jeffry masih tertawa, suaranya yang keras serak-serak di tenggorokan. "Eh ini ada lagi nambah satu orang !" Jeffry memicingkan matanya.

"Ini teman Eugenia waktu di jalan tol itu ya ?" sapa Fahmi. Ditangannya megang 10 buah Al Qur'an yang langsung dibagi-bagikan ke 5 orang Eugenia. Fahmi memberi Eugenia khusus Al Qur'an yang baru. Jeffry melihat bagaimana sikap Fahmi kepada Eugenia. Jeffry mulai merasa tidak suka. 

"Ayo kita ngaji sebentar mumpung lagi pada ngumpul," ajak Fahmi kepada Jeffry.

"Sorry, gua udah belajar ngaji sejak kecil, sudah khatam. Sekarang gua cuma mau ngajak balap, elu tau kan balap motor ?" jawab Jeffry dengan sinis.

"Oh mau balap motor ? Tapi baiknya ngaji dulu, biar dapat hikmahnya,"

"Elu gak bisa balapan ??? Woy.......anak-anak, cowok satu ini gak bisa balap motor !" Jeffry mengejek Fahmi. Teman-teman Jeffry pun tertawa serentak. "Itu mah anak baru gede," sahut seorang teman Jeffry. "Bukan baru gede, baru lahir, lahirnya juga dibuang orang tuanya," timpal satu orang.

"Kalau balap motor saya tahu, pernah juga balapan tapi gak pakai taruhan dan itu pun cuma buat nyantai bersama di acara keluarga," Fahmi menjelaskan dengan tenang.

"Ya udah balapan aja, ngapain lama-lama pake acara ngaji segala," kata Jeffry mulai kesal.

"Maaf, tidak bisa, kami mau ngaji bersama setelah itu pulang," jawab Fahmi.

Jeffry terlihat marah. Bagi Jeffry, Fahmi adalah anak kemarin sore yang perlu menghormati senior yang sudah banyak pengalaman. Apalagi kalau seniornya Jeffry, harus benar-benar hormat. Siapa yang tidak kenal Jeffry ??? Jagoan motor, preman yang ditakuti warga, punya ilmu bela diri, anak tokoh terkenal, dan anak buahnya banyak. Makanya Jeffry tidak suka kalau Fahmi mendekati Eugenia. Fahmi yang beda banget dengan Jeffry membuat Jeffry cemburu. Fahmi cerdas, pintar ngaji, aktif di organisasi pengajian, dan punya ...........wajah tampan idaman para remaja perempuan.

Fahmi tidak memperdulikan Jeffry lagi. Dia sudah memulai pengajian, sementara Jeffry bersama teman-temannya ada yang mencari tempat buat duduk dan ada juga yang duduk di motor. Mereka mengobrol sambil tertawa keras, belum lagi kepulan asap rokok yang tebal hingga membuat kabut di tempat itu. Jeffry ingin benar memberi pelajaran buat Fahmi biar dia tahu rasa apa akibatnya kalau berani menentang Jeffry. Fahmi masih melanjutkan pengajiannya. Dia membacakan surah Al Zalzalah dan hendak membahas artinya. Belum sempat Fahmi membahas artinya, tiba-tiba asap knalpot motor menyembur ke arah mereka diiringi raungan berisik suara gas motor Jeffry dan teman-temannnya. 

Banyak warga sekitar yang mulai terganggu dengan suasana gaduh akibat ulah Jeffry dan teman-temannya. Tetapi karena jumlah warga hanya sedikit dan lingkungan sekitar juga sepi meski di tepi jalan, ditambah lagi tempat berkumpulnya Jeffry dan yang lain memang sudah biasa jadi basis tongkrongan anak-anak motor.

Eugenia yang selama ini berusaha menahan diri melihat suasana yang tidak enak antara Jeffry dan Fahmi, mulai bertindak. Dia langsung melangkah cepat ke arah Jeffry. Eugenia ingin sekali menampar Jeffry. Namun keburu Jeffry menangkap tangan Eugenia dan ganti menarik tubuh Eugenia serta memeluknya dari belakang sambil tangan Jeffry mencengkeram erat tangan Eugenia. Eugenia berontak melepaskan dari dari cengkeraman Jeffry. Sayangnya Eugenia kalah kuat. Kejadian itu berlangsung cepat sekali. Fahmi tidak mengira kalau Jeffry sampai berbuat yang tidak pantas kepada Eugenia. Fahmi pun cepat berlari hendak menolong Eugenia.

"Lepaskan Eugenia !" Fahmi membentak Jeffry.

"Gua akan lepaskan perempuan ini setelah gua puas memeluk dia !" kata-kata Jeffry berubah jadi menakutkan.

Tanpa menunggu waktu lagi, Fahmi langsung menendang tubuh Jeffry. Tidak sia-sia bila selama ini Fahmi belajar Tae Kwon Do. Jeffry pun melepaskan tangannya dari tubuh Eugenia. Eugenia dengan cepat menampar wajah Jeffry dan cepat lari ke arah Fahmi. Jeffry yang jatuh terjerambab ke tanah memarahi teman-temannya. "Hei elu ! Bukan nolong gua malah pada bengong ! Keroyok tuh orang !" Jeffry memberi perintah. Teman-temannya pun langsung lari ke arah Fahmi, teman-teman Eugenia juga berlarian untuk menolong Eugenia dan Fahmi. Kemudian terjadilah perkelahian saling keroyokan. Mereka saling pukul, pakai tangan, pakai kayu, mukul sekenanya. Ada yang mau mukul di depan malah kena yang belakang. Saling tendang meski kakinya kurang panjang. Mau nendang kepala yang kena pohon. Maklum teman-teman Jeffry baru saja habis minum minuman keras, akibatnya biarpun jumlahnya banyak semuanya jadi berantakan.

MASIH ADA PAGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang