Bab 11

7 0 0
                                    

Bab 11

Misi Gagal

Ojichan menyatakan misi penggalian informasi gagal. Aku dianggap mengacaukan segalanya. Wajahnya merah saat meluapkan seluruh amarah. Bentakan-bentakan kasar kerap terdengar. Namun, itu tak berlangsung lama.

“Kau tidak belajar apa-apa dari wanita Indonesia itu, Chiyumi! Mereka hanya pelacur biasa, bukan ninja yang dilatih khusus.” Nada suara Ojichan sangat tinggi. Aku terduduk diam saat Ojichan melampiaskan seluruh amarahnya.

“Kau tak tahu, betapa pentingnya misi ini bagi negara!”

Sebenarnya aku ingin membantah, tapi memilih bungkam. Kenapa aku dituntut bekerja maksimal, sedangkan hasil mengerjakan misi tak pernah dibahas? Aneh.

“Kenapa tak mengatakan bahwa bos mafia itu akan berbuat demikian, Ojichan? Pasti hal seperti itu sudah diketahui seorang Anbu, ‘kan?” Aku tak terima jika kegagalan misi dibebankan padaku semuanya.

“Beraninya kau.” Wajah Paman memerah, matanya mendelik. Napasnya mendengkus kesal.

“Baiklah, lupakan saja hal itu.” Ojichan mamalingkan wajah. Ia berusaha untuk menahan amarahnya.

“Untuk mempelajari teknik-teknik khusus kunoichi, kau harus belajar langsung pada kunoichi. Walaupun sudah tidak ada lagi kunoichi di clan kita, tapi kita masih bisa belajar pada clan lain. Masih ada satu kunoichi tua yang tersisa di dekat sini, kau harus belajar padanya,” ucap Ojichan.

Setelah Ojichan menjelaskan tentang latihan khusus, aku dikirim ke desa seberang. Ada sebuah rumah kecil yang berdampingan dengan hutan. Di sanalah aku  tinggal dan berlatih.

Wanita tua yang menempati rumah itu ternyata tinggal sendiri. Wajahnya penuh lipatan-lipatan keriput. Rambutnya memutih sempurna. Berjalan pun, ia perlu bantuan tongkat. Benar-benar sudah sangat tua.

“Melihat dirimu, aku selalu teringat sang kunoichi pertama, Mochizuke Chiyome. Kau begitu mirip dengannya. Mata, hidung, dan bibirmu sama persis.” Nenek tua itu memegang-megang beberapa bagian wajahku. Walaupun terlihat sudah sangat tua, tapi ia masih lancar berbicara dan tidak pikun.

“Banyak yang bilang begitu, Obaasan.” Aku membungkuk tanda hormat.

“Semoga saja kemampuan dan semangat Mochizuke-sama turun padamu.” Obaasan mendekatkan wajahnya pada wajahku, menatap tajam mataku, lalu berkata, “Peraturan pertama, jangan panggil aku Obaasan. Aku adalah gurumu, panggil Sensei!” Nada suara wanita ini meninggi pada dua kata terakhir. Aku berkata iya dan membungkuk takzim.

“Pelajaran pertama. Kunoichi mempunyai kemampuan manipulasi psikologis. Sebelum kau gunakan kemampuan ini, kau harus bisa menguasi dirimu sendiri. Termasuk mengendalikan rasa takut dan hal-hal yang tidak disukai lainnya. Besok, kita akan mulai lebih lanjut, persiapkan dirimu.”

Aku membungkuk walau sebenarnya ingin bertanya.

***

Pagi hari, setelah beberapa jam matahari terbit, ada seorang pria dewasa membawa kapak datang ke rumah ini.

“Aah, bahan pelajaranmu untuk hari ini sudah datang.”

Apa maksudnya bahan pelajaran?

“Kendalikan dirimu, berikan apa yang diinginkan, tebak bagaimana sifatnya.”

Tukang kayu itu menatapku dengan pandangan penuh nafsu. Lalu, ia melempar kapak sebelum masuk ke rumah, dan membuka bajunya. Apa-apaan ini? Aku menatap wanita tua dengan penuh heran.

“Ini maksudnya apa, Sensei?”

“Datangi dia, buka bajumu. Ingat, kendalikan dirimu,” ucap wanita tua idatar.

Jugun Ianfu no Kunoichi (21+) (Full Version) (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang