02. [Destiny]

42 1 0
                                    

Hi, fren
Terimakasih sudah membaca, ya.😊

Selalu, beri dukungan, ya supaya aku selalu semangat untuk next.

[] [] []

Ok, chek this!
⚘⚘⚘

Berita mengenai pernikahan sang kakak telah tersebar. Berita bahagia itu tersebar bagai anala menerjang setiap pelosok negeri. Sedang Gisel hanya mampu menunduk karena dia telah kalah, menyalahkan dirinya yang terlalu bodoh. Namun, ia tak menangis karena telah dikhianati oleh Marcel yang hanya mendekatinya untuk menyenangkan hati sang kakak yang selalu ingin melihat dirinya dalam penderitaan yang tidak berkesudahan.

Bruk!

Suara tabrakan terdengar diringi suara ringisan dari seseorang saat menabrak sebuah benda keras. Gadis itu tak lain adalah Gisel baru saja dia berjalan sebentar menikmati suasana taman kota. Akan tetapi, ia malah menabrak seseorang.

"Awh, maaf Pak saya tidak sengaja." Suaranya mengalun merdu tatapannya mengarah ke bumi memandangi kakinya yang terasa sakit. Niat hati ingin meringankan beban pikiran. Namun, dia malah mendapat kemalangan untung saja kakinya tak berdarah saat menabrak sebuah kursi roda. Dirinya merutuk dalam hati, karena kebiasaannya berjalan sambil menunduk membuatnya menabrak seseorang.

Gisel perlahan mengangkat pandangannya. Netranya menangkap siluet seorang pria yang berusia sekitar 27 tahun tengah terduduk di kursi roda.

'Astaghfirullah, ini manusia apa titisan dewa? Pahatan wajahnya nyaris sempurna, ternyata masih ada manusia yang diciptakan dengan wajah yang begitu sempurna. Namun, sebagian anggota tubuhnya tidak baik-baik saja, tapi bukan itu masalahnya, sepertinya dia tidak sehat. Meskipun, wajahnya tak menunjukkan raut kesakitan sedikitpun,' gumam Gisel dalam hati sambil menelisik setiap jengkal wajah pria yang ia tabrak. Pria itu juga menatap Gisel dengan pandangan yang sulit untuk diartikan tiada senyum yang terukir di bibir pink pucat itu.

Keheningan mendekap kebersamaan mereka sampai kedatangan seorang pria paruh baya menghancurkan dinding kesunyian tersebut. Tatapan pria paruh baya itu syarat akan kekhawatiran. Keningnya mengkerut dengan napas memburu seakan habis berlari.

Saat pria paruh baya itu mampu mengontrol deru napasnya ia lantas bertanya, "Tuan muda, apa Anda tidak apa-apa?" Pria yang dipanggil tuan muda itu mengangguk sembari mengalihkan perhatiannya dari Gisel.

Gisel seakan ingin mengatakan sesuatu. Namun, tak satu pun kata yang terlontar. Ia hanya menatap kedua orang yang berbeda usia itu dengan pandangan yang sulit untuk dijelaskan. Ia masih berpikir siapa orang ini? Apakah dia seorang yang sangat penting? Jika, dilihat dari model pakaian yang dia kenakan itu bukanlah pakaian murah semuanya bermerek.

"Kita pergi." Pria tampan itu berucap setelah sekian lama terdiam suara baritone mengalun merdu di indera pendengaran mereka. Pria tampan itu menyuruh pria paruh baya tersebut untuk mendorong kursi rodanya. Hanya pria paruh baya itu yang mengucapkan kata pamit dan berlalu dari hadapan Gisel, tetapi kenapa ia berharap pria itu untuk berbagi satu dua kata dengannya? Sepertinya pikirannya saat ini sedang kacau.

"Dia memang lumayan tampan, tapi kepribadiannya sangat dingin dan sulit untuk ditebak." Gisel mengkritiknya sebelum ikut berlalu.

Hari ini Gisel pergi ke taman hanya ingin mengingat masa kebersamaannya dengan ibunya. Gadis cantik ini tidak mengetahui bahwa pertemuan singkatnya itu akan membawa dampak yang besar baginya di kemudian hari.

Extraordinary Girl : AnaWhere stories live. Discover now