04. [Rencana Pertunangan?]

34 1 0
                                    

Andreas Jonathan Pramudya, putra dari pengusaha tersukses yang ada di kota Jakarta. Putra sulung dari pasangan Jessica Ivanca Priatmaja dan Wisnu Pramudya. Aditya tidak pernah menampakkan dirinya di publik dan jarang yang mengetahui bagaimana sosok putra tunggal dari keluarga Pramudya itu. Tidak ada yang mengetahuinya. Kecuali, kondisi bahwa putra dari Wisnu itu cacat dan juga bodoh. Dia cacat saat mengalami kecelakaan diwaktu berusia 20 tahun. Namun, tidak ada bantahan dari pihak keluarga mengenai berita itu, mereka seakan menutup telinga dan menebalkan muka. Publik semakin yakin bahwa rumor yang beredar itu benar adanya.

"Nathan, Mama sama Papa akan menikahkanmu dengan anak rekan bisnis Papa." Pernyataan dari seorang wanita setengah yang masih sangat cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi menarik perhatian pria yang dipanggil dengan sebutan Nathan.

"Nathan tidak mau, Ma. Pasti dia hanya mengincar harta kita saja, dan yang paling mengerikan dia akan mengejek Nathan, saat mengetahui kondisi Nathan seperti ini." Suara dari sosok pria tampan yang duduk di kursi roda itu jatuh, terdengar jernih dan khas. Namun, jika dilihat - lihat ia tidak seperti orang lumpuh kebanyakan. Duduknya tegap tidak seperti pria cacat malah seperti orang normal kebanyakan yang duduk di sebuah kursi.

"Mama sudah menyelidiki semua tentang gadis itu, dia adalah anak gadis dari teman Mama dulu waktu SMA, tapi temen Mama itu sudah meninggal. Pokoknya kamu tidak akan menyesal, dan Mama sangat prihatin pada gadis itu." Penjelasan dari sang Mama-Jessica-menarik perhatian pemuda itu, bulu matanya tampak bergetar seperti ingin mendengar kelanjutan dari kisah itu yang menggelitiknya.

"Maksud, Mama?" Nada suaranya acuh seakan tak perduli. Namun, Jessica menarik senyum kecil saat mendengar pernyataan dari putranya yang cukup penasaran dengan sosok yang ia ceritakan.

Jessica memperbaiki posisi duduknya di depan sang putra, senyum cerah tercetak lebar di bibir ranumnya yang merah merona. "Kau sendiri tahu bukan, kenapa seorang pengusaha tiba-tiba ingin menjodohkan putri atau putranya secara tiba-tiba."

"Bisnis." Nathan langsung menebak tanpa berkedip sedikitpun. Ia paham sekarang, pasti gadis itu dipaksa menikah oleh orang tuanya untuk memenuhi bisnis mereka. Sial! Ternyata hal seperti itu masih berlaku, oh tidak. Memang hal tersebut lumrah di keluarga konglomerat.

Jessica mengangguk kemudian berdiri membelakangi putranya dan berbalik kembali masih dengan senyum yang sama. "Kau tahu, gadis itu sangat dibenci oleh Ayahnya sendiri. Dia diperlakukan seperti anak tiri di rumahnya sendiri, sedangkan orang yang seharusnya diperlakukan demikian mendapatkan semua kasih sayang itu."

Nathan mengangkat sebelah alisnya, entah apa yang ia pikirkan mengenai penjelasan dari sang Mama. Jeda sejenak, kemudian Jessica melanjutkan lagi, "Ketika mendengar bahwa Devian ingin menjodohkan putri kandungnya secara tiba-tiba dengan imbalan bantuan dana ke perusahaan membuat Mama menahan napas tidak percaya, dia tega merenggut kebahagiaan putrinya sendiri demi kepentingannya sendiri? Hm, tapi Mama tentu tak ingin menyia-nyiakan hal ini karena Mama mau merawat gadis itu memberikannya segala kasih sayang yang ia tak pernah dapatkan."

"Oh, kalau begitu Nathan setuju."

'Hmm, menarik, boleh dicoba!' batinnya.

"Sebentar malam kita akan bertemu dengannya, bagaimana? Kau setuju?" Jessica tersenyum ke arah putranya karena ia sudah setuju dengan perjodohan ini. Maka, tinggal mengambil langkah selanjutnya.

"Terserah Mama, tapi Nathan tidak mau bertemu dengan keluarganya. Cukup dengan gadis itu saja. Mama saja yang bertemu dengan mereka," ucap Nathan datar setelah itu meninggalkan sang Mama di ruang baca.

"Baiklah, Mama yang urus." Percakapan mereka berakhir. Jessica tersenyum lebar karena ia akan mendapatkan menantu sekaligus anak perempuan sesegera mungkin. Ia tak menyangka saat mengetahui betapa menderitanya anak dari sahabatnya.

"Gimana Ma, Nathan setuju?" tanya pria setengah baya yang menghampiri sang istri di ruang tamu. Pria yang bernama Wisnu Pramudya itu melirik sang istri yang tersenyum lebar ke arahnya.

"Iya Pa, Nathan setuju, tapi dia tidak mau bertemu dengan keluarga gadis itu. Katanya cukup gadis itu yang menemuinya," jawab Jessica sambil menyandarkan tubuhnya di bahu sang suami.

"Itu tidak masalah, Papa yang atur," tuturnya meyakinkan.

"Kasian Gisel, ya Pah, Mama nggak tahu kalau anak sahabat Mama begitu menderita. Kenapa juga Mama nggak pernah cari tahu tentang Amel dan keluarganya." Suaranya terdengar suram, kecewa karena tak menemukan Gisel begitu cepat. Padahal suaminya telah lama bekerjasama dengan G.A Group-perusahaan ayah Gisel-suami dari sahabatnya.

"Iya Sayang, tapi sebentar lagi dia tidak akan seperti itu. Gisel adalah gadis yang kuat," ucap Wisnu. "Papa, sudah mencari tahu semua tentang Gisel. Dia adalah anak yang sangat cerdas," ujarnya melanjutkan.

"Iya, Mama juga percaya kalau Gisel adalah gadis yang cerdas seperti ibunya di masa lalu." Jessica tersenyum lembut, suaranya terdengar manis saat mengingat sahabat lamanya yang telah terlebih dahulu pergi ke tempat yang lebih bahagia.

"Mama sudah tahu belum, jika Gisel sejak kecil mempunyai bakat pengobatan yang sangat mumpuni yang diturunkan langsung oleh Kakeknya yang orang asli Tionghoa, jadi jangan heran kalau Mama mendapati Gisel bekerja di salah satu Rumah Sakit ternama, yang paling mengejutkan lagi, Mama mau tahu?" Wisnu berhenti sejenak menceritakan betapa hebatnya Gisel gadis malang yang selalu dicap bodoh dan sampah masyarakat.

"Apa itu, Pa?" Jessica bertanya dengan nada yang sangat penasaran dia begitu terkesima dengan kejutan serta rahasia yang Gisel simpan.

Wisnu tersenyum kemudian mengecup pelan puncak kepala istrinya dan lanjut bercerita, "Dia lulusan terbaik di Universitas Singapura, tapi tak banyak yang mengetahui fakta ini karena Paman Gisel-kepala rumah sakit di tempat Gisel mengabdi sangat merahasiakan hal ini, takut Gisel akan dilukai. Papa juga tidak habis pikir dan terkejut ternyata rumah sakit itu atas nama Amel sahabat kamu yang telah diwariskan kepada Gisel untuk dikelola nantinya jika ia sudah siap." Wisnu mengakhiri ceritanya dengan senyum lebar dan bangga tercatat di raut wajahnya.

"Mama nggak tahu ternyata Amel telah menyiapkan hal yang begitu besar untuk Gisel, ya Pa. Mama hanya heran karena Gisel selalu dicap sebagai anak bodoh dan sampah masyarakat, apanya yang sampah masyarakat jika anak itu saja mempunyai intelektual yang sangat bagus sertai prestasi dalam maupun luar negeri yang sangat wah." Jessica terheran-heran mengetahui fakta yang beredar di luar sana. Bahkan teman sosialitanya juga sering menyebut-nyebut Gisel sebagai anak yang tidak tahu diuntungkan dan juga bodoh.


"Entahlah, mereka hanya mampu melihat dari luarnya saja tanpa mengetahui fakta yang sebenarnya. Sangat disayangkan ketika Ayahnya sendiri menyia-nyiakan permata seperti Gisel." Wisnu cukup terkejut saat berbicara dengan Devian karena pria itu ingin menjodohkan putrinya dengan putranya yang notabenenya adalah pria bodoh dan cacat reputasinya sangat buruk, itu sama saja menghancurkan masa depan putrinya sendiri. Namun, menurutnya Devian bukan orang yang seperti itu, tapi entahlah mungkin itulah sifat aslinya yang sesungguhnya.

"Semoga saja Mama bisa membahagiakan Gisel, gadis itu seperinya sudah sangat menderita. Tuhan sepertinya sudah lelah melihat Gisel yang sering dipermalukan seperti itu, jadinya Tuhan mengirim kita untuk memberikannya kebahagiaan yang selama ini ia dambakan, semoga."

"Semoga, kita beroa saja yang terbaik untuk Gisel." Wisnu memeluk tubuh istirnya dengan lembut mencoba menyalurkan kehangatan, juga mencoba membuat sang istri lebih tenang. Ia juga hanya bisa mendoakan semoga Gisel selalu diberikan kemudahan dalam hidupnya.



Extraordinary Girl : AnaWhere stories live. Discover now