Saat ini Gisel berada di kelasnya. Usai mengikuti mata kuliah bisnis ia memilih untuk berdiam diri di kelas, sedangkan teman-teman kampusnya yang lain telah meninggalkan ruangan tempat mereka belajar. Ia menatap papan tulis berwarna putih di depannya dengan pandangan kosong, Gisel memikirkan tentang apa yang harus ia lakukan setelah meninggalkan kediaman Prayoga, dirinya masih bingung. Masalah pembayaran kuliahnya nanti ia tak akan khawatir karena dirinya mendapatkan biaya siswa jadi ia tak terlalu mengkhawatirkannya.
Dorrr ...!
"Astagfirullah!"
Gisel terkejut saat seseorang mengagetkannya dari belakang. Ia mengusap dadanya untuk menetralkan serangan kejutan yang tiba-tiba muncul. Setelah di rasa tenang, Gisel melihat dua orang manusia berdiri di depan mejanya, mereka berdua tak lain adalah sahabatnya sendiri yang membuat dirinya menggeleng prustasi atas apa yang mereka lakukan pada dirinya.
"Lagi mikirin apa, Gisel Sayang?"
Salah satu dari kedua orang itu bertanya dengan lembut. Rezha-namanya-ia adalah sahabat pria Gisel yang begitu menyayanginya dengan tulus
"Sayang, Sayang. Pala mu Sayang. Untung gue nggak punya riwayat jantung."
Gisel menatap pria itu dengan tatapan kesal. Dirinya tidak habis pikir, kenapa teman-temannya sangat suka mengangetkan dirinya. Sedangkan Rezha dia malah tertawa terbahak-bahak saat melihatnya begitu kesal yang membuat Gisel memutar bola mata malas.
"Lu kenapa, Sel? Berantem lagi sama Ayah lu?" Kini giliran sahabat wanitanya yang bertanya. Meskipun mereka terkadang sering bertengkar. Namun, jika satu di antara mereka sedang dalam masalah pasti mereka tak akan tinggal diam.
"Ha ha, Gue hampir gila, Hel. Gue lagi gak baik-baik aja!"
"Sel, sini cerita ke kita. Lu kenapa?" Rezha mengangguk untuk mengiyakan ucapan dari sahabatnya itu. Ia juga mulai menatap khawatir ke arah Gisel. Meskipun mereka sudah tahu kenapa Gisel seperti ini.
"Ha ha, gue Cuma becanda. Kalian jangan ambil serius, ok." Dia tertawa dan mengatakan jika dirinya hanya bercanda. Namun, keduanya tahu bahwa Gisel sedang tidak baik-baik saja. Akan tetapi, mereka juga tak ingin menggali lebih dalam masalah sahabatnya itu karena mereka takut hal itu akan menyakiti Gisel.
"Kalau Sayangnya Rezha belum mau cerita ngak pa-pa. Asalkan Sayangnya Rezha selalu beritahu kita kalau lagi dalam masalah, ya." Rezha berkedip setelah menyelesaikan pidatonya yang membuat Helena beserta Gisel hampir munta mendengar nada sok manja dari Rezha sahabat mereka.
"Serah lu deh, Zha." Helena dan Gisel hanya mampu berucap pasra akan tingkah laku sahabat mereka.
"Eh, pulang kampus kita nonton yuk, udah lama nih kita enggak nonton," ucap Rezha tiba-tiba tanpa memperdulikan wajah cemberut dari kedua sahabatnya itu.
"Di traktir 'kan?" tanya Helena sembari menaik turunkan alisnya.
"Iyalah, emang gue orang kere, duit gue enggak bakal habis kalau buat traktir sahabat-sahabat gue," balas Rezha sembari melipat tangan di depan dada.
"Mulai lagi," ujar Gisel mencibir tingkah sahabatnya itu.
"Iya deh, Tuan kaya raya," balas Helena.
"Lah, emang iya." Rezha menatap keduanya dengan pandangan bingung kemudian tawa bahagia keluar dari bibir ketiganya.
"Weh, napa sih? 'Kan gue jadi ngikut ketawa juga kek orgil, njim!" Rezha mencoba menghentikan tawanya. Namun, tetap saja mereka lanjut tertawa seakan tak puas.
Gisel di kampus mempunyai dua orang sahabat yaitu Helena Teressha dan Rezha Anggara. Kehidupan Helena jauh lebih baik daripada Gisel walaupun bukan dari orang kaya raya. Namun, Helena sangat disayang oleh keluarganya. Sedangkan Rezha, dia adalah putra dari salah satu pengusaha sukses di Indonesia. Rezha sendiri adalah seorang pria tampan yang sangat digemari banyak wanita di kampus mereka, tidak hanya dari keluarga mapan. Namun, dirinya juga sangat tampan hal itu yang membuat Rezha begitu dikagumi. Berbeda dengan Gisel, dirinya hanyalah putri yang tak diinginkan dari keluarga kaya raya. Meskipun demikian, ia tetap bersyukur karena dipertemukan dengan sahabat yang sangat baik seperti Helena dan Rezha.
YOU ARE READING
Extraordinary Girl : Ana
Teen FictionAna dicampakkan oleh tunangannya sendiri dan memilih kakak tirinya untuk dinikahi. Ayah kandungnya membencinya netizen mencibir dan mengejeknya sebagai sampah. Setelah pembatalan pertunangan gadis yang dikenal buruk rupa oleh publik itu merubah pen...