2

950 128 4
                                    

Bocah pengganggu itu datang lagi.

Mark buru-buru berbalik arah menghindari Haechan yang berlarian di lorong sambil berteriak, "Senior Mark!"

Tidak lihat, tidak dengar, rapal Mark dalam hati.

Teman-temannya sudah hafal dengan kelakuan Haechan yang satu itu. Bahkan mereka dengan jahilnya malah membantu gadis itu dan membiarkan Mark terjebak bersamanya.

"Haechan! Mark di sini!" teriak Hendery saat Mark bersembunyi di balik mesin minuman otomatis. Mark mengerang kesal pada pria berdarah Macau tersebut.

"Fuck you!" umpat Mark sambil mengacungkan jari tengah yang malah membuat Hendery tertawa semakin girang.

"Senior Mark!" Haechan sudah sampai di depan Mark dan tidak ada cela bagi Mark untuk kabur lagi. Gadis itu tersenyum lebar sekali. "Cantik tidak?"

"Huh?" Alis Mark naik satu. "Kau lupa makan obat, ya?"

"Heh, kau pikir aku gila?" Sungut Haechan. Ia menggoyangkan tangan Mark ke kiri dan kanan. "Cantik tidak?" tanyanya lagi yang malah membuat kerutan di dahi Mark semakin dalam.

"Apanya?"

"Hah... dasar tidak peka." Haechan menunjuk rambutnya. "Ini, aku baru potong poni. Cantik, tidak?"

Oh iya, Mark baru sadar. Gadis berambut sepunggung itu sekarang punya poni yang menutupi dahinya. Dengan rambut yang dikuncir di tengkuk dan poni, di mata Mark dia tampak seperti, "Beruang."

"Ha?" Senyum Haechan luntur.

"Seperti beruang."

"Ihhh jahat!" pekik Haechan sambil memukuli lengan Mark. Heh, dia pikir pukulannya tidak sakit, apa?

"Aduh! Sakit!" rintih Mark. "Ya habis bagaimana? Memang seperti beruang."

Mark memegangi kedua pundak Haechan, membawanya ke depan lift yang memantulkan wajah mereka berdua. "Lihat, tinggal tambah telinga di sini jadi beruang." Ia menunjuk kepala Haechan.

Haechan manyun. Ia melirik kesal pada Mark. "Kau pikir kau tidak mirip paprika?" Sungutnya lalu pergi meninggalkan Mark.

"Hah?" Giliran Mark yang memandanginya dengan bingung. Ia memandangi punggung kecil gadis itu yang menghilang di belokan toilet. Mark menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu masuk ke lift begitu pintu terbuka.

.
.
.

Haechan terisak di kamar mandi. Ia berkali-kali membasuh wajahnya dengan air, mencegah air mata keluar dari matanya. Tidak bisa. Hatinya terlanjur sakit dan perihnya membuat mata Haechan tidak berhenti mengeluarkan air mata.

Ia memandangi pantulan dirinya di cermin. Poni rata yang ia potong semalam membingkai wajahnya sehingga tampak semakin bulat. Ya tidak heran sih kalau Mark bilang dia seperti beruang.

Padahal dia potong rambut kan karena melihat Bae Suzy berponi. Dia pikir dia akan jadi secantik itu kalau dia juga memotong poninya.

Ia mengambil tissue lalu mengelap wajahnya yang basah cepat-cepat saat melihat gerombolan Goeun datang. Ia membuang tissue ke tempat sampah lalu berjalan menunduk melewati empat gadis itu.

"Mau kemana, Haechan?" tanya Goeun tiba-tiba.

Langkah Haechan terhenti. Ia tidak berani berbalik. "Saya ada kelas, Senior."

Goeun berjalan ke hadapan Haechan yang masih menunduk. Ia meraih dagu Haechan agar gadis itu mendongak menghadapnya. Ia memandangi wajah sembab Haechan. "Kamu pikir kamu cantik dengan poni begitu?"

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang