"Loh, Haechan?" Panggil Hendery saat melihat Haechan di pojok perpustakaan. "Sedang menunggu Mark?"
Haechan segera membereskan cara duduknya yang berantakan. "Iya, Senior. Aku lagi nunggu Senior Mark."
Dahi Hendery mengerut bingung. "Tapi Mark sudah pergi dari tadi."
"Loh?" Haechan buru-buru mengambil tasnya. "Ih, dasar nyebelin! Padahal aku nungguin dari tadi."
"Makasi ya, Senior!" Katanya lalu berlari meninggalkan Hendery yang berdiri dengan kebingungan.
Haechan berlari sambil mendial nomor telfon Mark. Tapi tidak ada jawaban. Biasanya lelaki itu cepat sekali menjawab panggilannya. Haechan jadi bingung. Kakinya melangkah menuhu ruang kelas yang biasa Mark huni selama semester ini. Tapi tidak ada. Lelaki bermarga Lee itu tidak ada di manapun.
Haechan menggelembungkan pipinya kesal.
"Ih, lihat aja nanti!" Dengusnya lalu berbalik menuju kosannya.
.
.
.Mark melirik jam tangannya berkali-kali, memastikan pukul 12 siang dan papan pengumuman kedatangan kereta asal Busan. Benar, kok. Mark tidak terlambat.
Mark mendial sebuah nomor yang dikirimkan Jeno padanya semalam. Tidak ada jawaban. Telfonnya mati.
"Nyusahin," keluhnya lalu beralih menelfon Jeno. "Halo."
"Halo Kak. Sudah bertemu Jaemin?" Tanya Jeno.
"Belum. Telfonnya tidak diangkat. Pacarmu kemana, sih?"
"Hah... kebiasaan" ia bisa mendengar hela napas Jeno. "Coba ke mini market, Kak. Biasa dia pasti lagi cari makan kalau jam segini. Kemarin Nana bilang dia pakai jaket merah muda."
Mark mengedarkan matanya ke deretan pertokoan di stasiun. "Ada ciri-ciri yang lebih spesifik, tidak? Kalau hanya jaket, banyak yang pakai jaket pink."
"Umm... bentar. Aku kirim foto terakhirnya."
Tak lama, Mark melihat foto yang dikirimkan Jeno. Lalu kembali melihat-lihat ke mini market. Hampir saja ia terlewat kalau tidak sadar dengan seorang perempuan berjaket pink dan koper merah yang sedang mengantre kopi di kasir. "Kayanya aku ketemu."
"Oke."
Mark mendekati perempuan itu. "Na Jaemin?"
Gadis itu tersentak kaget lalu memasang ekspresi garang di wajahnya. "Siapa, ya?"
"Aku Mark Lee, sepupunya Jeno."
Sedetik kemudian wajah gadis itu berubah cerah. "Oh iya! Kukira kamu penculik," candanya membuat Mark tersenyum masam. Sepupunya dan pacarnya tidak ada bedanya...
"Eh maaf, aku mau bayar minumanku dulu. Sebentar ya, Kak," kata Jaemin laku menyelesaikan pembayarannya.
Mark membantu gadis itu menyeret kopernya sementara gadis itu menenteng gelas kopi dan tas ransel hitam.
"Jadi kamu ikut program pertukaran pelajar di sini?" tanya Mark membuka topik.
"Iya. Aku ikut program pertukaran ke Universitas Yonsei selama satu semester ini. Sebenarnya aku tidak diijinkan orang tuaku, tapi Jeno bilang kalau dia punya kakak sepupu di sini, makanya orang tuaku jadi berubah pikiran," cerita Jaemin.
"Kamu fakultas apa?"
"Ekonomi, Kak. Kalo Kakak?"
"Aku fakultas musik," jawab Mark membuat Jaemin mengangguk.
Mereka pergi naik taksi menuju alamat kosan yang sudah Jaemin catat. Omong-omong, ponsel gadis itu mati karena dipakai untuk main game sepanjang perjalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Love
Fanfiction[END] Mark menyukai Baekhyun sejak ia masih kanak-kanak hingga ia dewasa. Namun hatinya patah saat tahu Baekhyun akan menikah dengan Chanyeol. Di tengah masa berkabungnya karena Baekhyun, ia terus diusik oleh kehadiran setan kecil berwujud Lee Haech...