3

972 131 1
                                    

Seperti biasa, Haechan kembali mengintili Mark ke mana-mana. Mark sudah menyerah dengan segala upaya yang bisa ia lakukan untuk mendorong gadis itu menjauh. Pada akhirnya, dia membiarkan gadis itu ada di sebelahnya dalam salah satu studio musik di kampus.

"Ini lagu buatan Senior?" tanya Haechan membaca sebuah lembar partitur. "Wah... bagus sekali."

Haechan menggumamkan lagu buatan Mark, hanya sepotong karena lagu itu tidam pernah tuntas. "Ini tidak mau dilanjutkan?"

Mark melirik sekilas. "Oh... lagu itu. Tidak."

"Kenapaaa? Bagus, loh!"

"Buatmu saja."

"Eh, mana bisa begitu. Ini buatan Senior!" Haechan merengut. "Kau ini gampang sekali menyerahkan sesuatu, ya? Kemarin topi, hari ini lagu. Senior lagi mengadakan giveaway?"

Mark memutar mata. "Sana, deh. Aku lagi mau mengerjakan tugasku. Kamu menganggu."

Haechan manyun. Ia duduk di salah satu kursi, sedangkan Mark bersiap di sebuah kursi lain menghadap keyboard. "Coba mainkan, aku mau dengar melodinya kalau sudah pakai keyboard."

Mark menghela napas. Ia memainkan sepenggal lagu yang ia buat dua tahun lalu. Lagu itu seharusnya menjadi lagu untuk ulang tahun Baekhyun. Sayang, lagu itu tidak pernah selesai dan tidak pernah ia berikan pada Baekhyun. Mood menulis lagunya langsung buyar setelah Baekhyun mengumkan pernikahannya. Hah...

"Aku jadi penasaran, lagu ini kalau selesai jadi seperti apa," gumam Haechan yang masih terpesona pada lagu tersebut.

Mark menoleh pada Haechan. "Nih, aku kasih PR. Kamu lanjutkan saja lagunya. Kalau sudah jadi, tunjukkan padaku." Ia melipat kertas partitur itu lalu menyodorkannya pada Haechan. "Sekarang pergi. Kamu mengganggu konsentrasiku."

Haechan manyun. "Bilang saja mau mengusir aku." Ia mengambil kertas di tangan Mark lalu pergi ke studio musik di sebelah Mark yang masih kosong.

Studio itu berupa ruang kedap suara kecil dengan sebuah keyboard. Pintunya yang berkaca bening membuat siapapun bisa melongok ke dalam.

Haechan berulang kali memainkan melodi yang Mark buat sambil berpikir ulang tema dari lagu itu.

Ia melihat di belakang kertas itu ada sepenggal lirik yang Mark tuliskan.

Aku terus memandang langit yang membentang
Ketika aku tak merasakan apapun
Di saat itulah aku memikirkanmu
Hal seperti inilah yang membuat hatimu singgah
Aku tak mampu melepaskannya
Aku tahu kalau sekarang aku masih kecil
Aku belum bisa meraihmu
Tunggulah sebentar lagi
Seiring berjalannya waktu
Saat aku tumbuh dewasa
Aku akan lebih memahamimu my love
Jangan pernah melepaskan tanganmu dariku

(When I Grow Up - Seventeen, lyric translated by caxxxdy)

Liriknya indah sekali. Seperti orang yang jatuh cinta pada sosok yang lebih tua.

Bukankah itu seperti perasaan Haechan pada Mark?

Jadi Haechan bersenandung, menyelesaikan lagu yang Mark berikan padanya. Berhari-hari ia mendekam di dalam studio musik saat sedang tidak ada pelajaran. Ia menambah melodinya, menulis lirik yang ia ganti berkali-kali.

Keberadaan Haechan menghilang bagaikan tersapu badai.

Mark menyadari ada yang hilang saat fluffball cerewet itu tidak lagi menghampirinya seusai kelas. Ia tiba-tiba merasa kehilangan yang aneh.

"Kau di mana?" tanya Mark di telfon setelah lima hari Haechan tidak muncul di hadapannya.

"Uh... aku lagi di studio. Aku masih mengerjakan lagumu, nih," kata Haechan. "Nanti ya, aku tunjukkan padamu kalau sudah jadi."

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang