5

1K 135 2
                                    

"Masa orang-orang kira aku pacaran sama sepupu kamu?!" gerutu Jaemin pada Jeno yang tersambung melalui video call. Ia memakan buah apel di hadapannya dengan kesal.

Jeno tertawa di seberang sana. "Habis gimana? Pacar aku cantik. Terus sepupu aku yang satu itu jomblo." Cowok bermata sabit itu menggedik bahu.

"Ya tapi masa cowok dan cewek makan bareng langsung dianggap pacaran? Kaya anak kecil aja."

Jaemin mengunyah apelnya. "Terus ya, ternyata tetangga sebelah aku ini katanya dekat dengan Kak Mark. Tapi aku bingung. Masa, ada orang bilang kalo aku harus hati-hati sama dia. Takutnya dia ngerebut Kak Mark. Ih aneh banget!"

Malam itu, Jaemin mengadu pada Jeno tentang kesehariannya selama di Seoul. Mereka sama-sama di Seoul tapi di universitas berbeda. Jeno kuliah arsitektur di Universitas Korea. Kalau bukan karena ingin bertemu Jeno, sudah dapat dipastikan Jaemin tidak akan mengajukan diri pada program pertukaran pelajar ini.

"Kamu ke sini kan hari Sabtu?" tanya Jaemin. "Menginap?"

"Boleh?" tanya Jeno balik.

"Boleh. Gak ada aturan tidak boleh bawa tamu, kok. Sekalian nanti aku kenalkan pada tetangga sebelah aku yang katanya dekat sama Kak Mark," tawar Jaemin membuat Jeno tertawa.

"Ya sudah, nanti aku ke sana."

Jaemin melambaikan tangan ke layar. "Dah Nono, sampai ketemu lagi Sabtu!" Pamitnya lalu menekan tombol merah.

Hah... nasib LDR ya begini. Padahal sudah satu kota, tetap saja Jeno sulit dihubungi. Kuliahnya sebagai anak arsi benar-benar memakan waktu hingga kadang rasanya Jaemin tidak punya pacar.

.
.
.

"Huh?" Haechan mengerjap sambil membersihkan sudut-sudut matanya yang berkerak belek. Ia memandangi Mark yang sudah rapi dan wangi di depan pintu kamar kosannya. Tumben sekali laki-laki itu menghampirinya.

"Ada apa, Senior? Tumben sekali mencariku."

"Nih." Mark menyodorkan sekotak doshirak yang ia beli di mini market. "Tadi tiba-tiba kepikiran."

Senyum di wajah Haechan mendadak mekar. "Aiihh... Senior kenapa manis sekali, sih?" Ia menakup kedua pipi Mark gemas.

Mark menggerutu. "Sana mandi. Kau bau!"

Haechan langsung manyun. "Aku tidak bau, ya! Enak saja!" Ia melirik satu kantong plastik lain yang ada di tangan Mark. "Oh, Senior juga bawa makanan? Mau makan bareng?"

Mark ikut melirik kantong plastik di tangannya. "Ini titipan Jaemin."

Berangsur-angsur senyum di wajah Haechan menghilang. "Oh..." katanya lemah yang mana membuat alis Mark naik tinggi-tinggi.

Lelaki itu memandangi wajah Haechan yang mendadak lesu. Tidak tahu, rasanya aneh sekali melihat fluffball kelebihan energi seperti Haechan mendadak lemas begini.

"Kau sakit?"

Haechan menggeleng. "Tuh pacarnya udah siap. Makasi ya makanannya, Senior."

Mark menoleh ke pintu sebelah, mendapat Jaemin sudah keluar kamar dengan menenteng tas selempangnya. Keduanya berjengit kaget saat mendengar suara pintu dibanting Haechan.

Mata Jaemin mengerjap. "Aku mengganggu kalian, ya?"

Mark menggeleng. "Tidak tahu. Dia mendadak aneh," ujarnya lalu menyodorkan kotak makan titipan Jaemin saat ia berjalan ke sini. "Nih, sarapanmu."

"Hehee... terima kasih, Kak," katanya.

Mark kembali melirik pintu kamar Haechan yang tertutup rapat sebelum mengikuti langkah Jaemin yang sudah lebih dulu menuruni tangga.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang