6

1K 139 7
                                    

"Seniorrr!" seru Haechan di lorong kampus begitu ia melihat Mark keluar kelas. "Ayo makan siang!" ajaknya dan langsung menarik Mark menuju kantin.

Ia tidak lagi peduli apa kata orang. Toh Jaemin dan Mark memang tidak pacaran. Jadi boleh dong dia mendekati Mark lagi?

Mark menghela napas sambil mengikuti langkah Haechan yang masih menariknya menuju kantin. Yah... ternyata setelah tidak galau lagi, gadis itu malah kembali mengganggunya. Entahlah, Mark tidak tahu apakah ia menyesal atau bersyukur tentang hal ini.

Haechan tidak berhenti tersenyum di depannya sampai Mark harus menutupi wajah gadis itu dengan tangan. "Kamu kaya orang gila kalau senyum terus."

"Gak ada orang gila secantik aku."

Mark tertawa lebar. Cewek ini benar-benar punya tingkat percaya diri setinggi langit.

Tangan Mark nyaris mau mencubit pipi tembam Haechan seandainya dia tidak cepat-cepat sadar.

Mark, kau kenapa, sih?

"Haechan!" Suara berat membuat keduanya menoleh. Senyum Haechan mendadak pudar. Gadis itu menunduk.

Kevin datang dan tanpa tedeng aling-aling duduk di sebelahnya. Pria itu sama sekali tidak peduli dengan keberadaan Mark yang sudah seperti ingin menelan orang mentah-mentah. Mark memutar mata, tapi tidak mengusir pria itu.

"Besok sibuk, tidak?" tanya Kevin.

Kalau Mark tidak salah ingat, ini kan laki-laki brengsek yang membuat Haechan dirisak di sekolah?

"Mau apa, Kak?" tanya Haechan.

"Di BEM FE kita mau bikin lagu anthem tahunan. Kita butuh orang untuk bikin guide-nya. Kamu bisa, kan?"

"Ajak Goeun sana," celetuk Mark lalu menyuapkan sesendok nasi ke mulut. "Apa?" tanyanya sambil balas menatap Kevin yang terlihat terganggu sekali dengannya.

"Aku tidak bicara denganmu."

"Oh iya, aku juga lagi bicara sama angin."

Haechan menunduk, berusaha menahan tawanya agar tidak terdengar. Tapi bahunya sudah bergetar.

Wajah Kevin memerah padam. Tangannya mengepal. Ia berusaha tidak peduli dengan sindiran Mark.

"Jadi bagaimana, Haechan?" tanya Kevin.

"A... um... " Haechan tersenyum meringis. "Aku pikirkan nanti, Kak."

"Aku bisa minta nomormu? Biar aku mudah menghubungimu nanti."

"Tidak." Lagi-lagi bukan Haechan yang menjawab, melainkan Mark. "Tidak boleh."

Dahi Kevin berkerut. "Kau ini siapanya Haechan? Sejak tadi tingkahmu menyebalkan sekali."

Mark malah diam.

Iya, kenapa dia bertindak seperti ini?

Haechan bolak-balik memandang dua laki-laki yang saling adu urat. "Kak, kamu bisa menemuiku di kampus saja," tandas Haechan tidak mau dua laki-laki yang nampaknya sudah siap saling adu jotos ini benar-benar memecah keributan. "Atau nanti aku yang ke fakultasmu."

Kevin mengulum senyum. "Kutunggu jawabanmu, ya," katanya sambil mengusap pucuk kepala Haechan lalu pergi meninggalkan Mark dan Haechan berdua.

Dahi Mark berkerut dengan sorot mata tidak suka. "Kamu masih berhubungan sama dia?"

Pipi Haechan menggelembung. "Inginnya tidak. Kan Senior lihat sendiri, dia yang ujuk-ujuk datang."

Mark menghela napas. Sedikit kasihan melihat gadis ini. "Kau jangan berhubungan lagi dengan orang seperti itu. Laki-laki macam apa yang bisa mendekati perempuan lain saat masih terikat hubungan?"

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang