~Selamat Membaca~
Paginya rumah Adeena nampak ramai. Semalam tak sedetikpun aku beranjak dari tempatku menemaninya. Misi yang ingin ku jalani tentang cincin, paku dan palu tersebut ku tunda.
Kedatangan Rumi kembali membuatku semakin bingung. Sebenarnya Rumi tulus atau ada maksud, ketika mendengar Adeena kembali drop malam itu dia segera pulang. Sudah ku duga dia juga mencari cincinnya. Sempat menuduh beberapa para maid, contohnya seperti sekarang.
"Kalian masa tidak tahu!" Ku lihat wajahnya menahan geram.
"Sekarang nona juga drop lagi, tidak becus!" kali ini dia benar-benar marah.
Salah satu maid maju. "Eh Rumi, kami juga capek jika harus menjaga nona Adeena, kau kan kepercayaan Nyonya, tidak sepantasnya memarahi kami seolah kau benar. Untuk cincin mu, kami tidak sekotor itu mencurinya," celotehnya.
Mereka semua menangguk. Rumi semakin murka karena merasa tersudutkan. Dia menghentakkan kakinya kesal.
"Lagipula kau kan bisa minta ganti ke nona Adeena, pasti di kasih, kok," ucap Maid tadi lagi.
Rumi maju, menjambak rambut maid tersebut hingga orang-orang panik.
"CINCIN ITU PENTING, HILANG SAMA AJA NYAWA TARUHANNYA!" teriak Rumi.
Para maid mulai melerai. Keduanya juga tidak mau kalah. Dasar perempuan, senang sekali beradu mulut, kalah saing malah memakai kekerasaan.
Setelah hampir sepuluh menit lebih percek-cokan terjadi akhirnya mereka berpisah. Rumi ke kamarnya, yang kuyakini sedang mencari cincin itu dan maid lainnya mulai kembali melakukan aktivitas seperti biasa.
Suara pintu luar menyapa, bel berbunyi. Aku memperhatikan siapa yang datang. Ah, aku kenal dia Nisa teman sekolah Adeena. Tidak sendirian ia bersama satu laki-laki yang memakai masker hitam sama denganku. Menanyakan Adeena mereka berdua bergegas menuju kamar Adeena. Aku yang penasaran ikut.
Duduk pada kursi goyang. Sembari menunggu Adeena menganti baju. Begitupun Nisa dan kawannya.
"Lo ga bawa apa-apa?" lelaki itu bertanya pada Nisa.
"Yaelah, Adeena mah udah kaya, dibawain apaan, mobil? Tekor dong gue," jawab Nisa sambil tertawa kencang.
Adeena keluar dari ruang ganti baju. Mengernyit heran. Ya, kami masuk tanpa sepengetahuan Adeena.
Ku lihat tatapan Adeena mengarah padaku. Kayaknya perasaanku saja. Aku menggaruk tengkukku salah tingkah meski begitu. Apa yang ku harapkan, mana mungkin dia melihatku.
"Ngapain lo pada?" tanyanya, lalu berbaring. Masih pusing sepertinya.
"Dih, gue mau minta kas, seminggu lebih ga masuk enak banget ya, De," sarkas Nisa.
Adeena tersenyum. Tidak bisa dipungkiri aku mengangguminya. Senyuman tersebut menggambarkan sosok Nurma dalam diriku. Tulus dan penuh kehangatan.
"Iya nanti, nah si Oyon, kenapa ikut?" Adeena bangun.
Lelaki itu, Oyon namanya. Kacamata yang tersampir di hidungnya, jika orang melihat mereka akan beranggapan bahwa dia lelaki yang gemar membaca.
Memperbaiki letak kacamatanya. "Masih ga restu nih gue sama Nisa," kata Oyon.
Adeena menangguk mantap. "Ga pantes!" tudingnya langsung. Sangat angkuh rupanya.
"Ish, apaan si lo, De. Dah jangan di dengerin. Gue baru balikan loh," renggut Nisa.
Mereka banyak bercerita mengenai sekolah, topik terbaru tentang banyak orang yang tidak ku tahu siapa itu. Berlanjut pelajaran. Di sini bisa ku lihat Adeena kembali hidup, dia banyak bicara, tidak pucat dan merasa nyaman. Bisa ku rasakan mereka bukanlah orang yang punya niat jahat pada Adeena.
Menghabiskan banyak waktu tidak terasa sudah sore saja, mereka sempat jalan-jalan di sekitaran taman belakang dan makan bersama juga. Akhirnya keduanya ijin pamit.
Adeena sedang beristirahat. Jadi kuputuskan untuk mulai melanjutkan misi ku. Pertama ialah pergi ke rumah tua. Mencari beberapa objek lainnya. Di sana ada ayam dan karung serta alat kebun. Ayam ada beberapa yang sudah mati menimbulkan bau busuk.
Kaki ku mulai berjalan di atas tanah berlapir jerami.
Tunggu.
Langkahku terhenti kala melihat satu ekor ayam yang mengenaskan. Bukan ayamnya yang menjadi alihanku tapi benda yang menyangkut pada tubuh lembeknya. Sebuah paku, ku tarik paku itu. Berkarat, sama sekali dengan yang ku temukan di belakang kulkas.
Lalu aku mulai mengecek kandang tempat ayam yang masih hidup. Tepat, banyak paku berkarat yang berjejer pada jerami itu. Bagaikan jebakan, tapi kenapa Rumi melakukan ini? Berarti di dalam karung itu juga bangkai ayam yang sudah lama sekali. Benar-benar menjijikkan. Ingin sekali aku memberi tahu Adeena.
Aku mulai melangkah keluar, sebelumnya mengambil paku berkarat yang terlapis darah kering dan juga sedikit tertempel dagingnya. Menggeleng, ini bukti bahwa Rumi adalah kandidat terkuat. Jadi aku harus tahu sekarang fungsi ayam ini ditindak dalam keadaan tidak wajar.
•
•
•Assalamualaikum/hi
Apa kabar?Double up
Semoga suka, koreksi jika ada kesalahan, jangan lupa vote, see u next part...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Black Hood (COMPLETED)
Teen FictionSaat aku kembali membuka mata, hal pertama yang menjadi pemandangan manik keabuanku adalah punggung seseorang yang tengah berbaring membelakangi ku. Sejak itulah, kehidupan baru berjalan. Adeena, gadis yang menarikku dalam buku sejarah yang ia baca...