🚫 Warning 🚫Jika di part ini kalian menemukan adegan kekerasan dan sebagainya, harap untuk tidak di tiru. Aku menulisnya agar pembentukan karakter di cerita Aku terlihat hidup dan bisa tersampaikan ke kalian.
Sekali lagi, tidak untuk di tiru.
_________________________________________
Tidak sepantasnya ia mendapatkan luka. Lihatlah, bagaimana hidupnya. Di penuhi dengan kehancuran, bahkan semesta pun tak ingin berpihak padanya.
-
-
-
"Berhenti peduli kepadaku...."
"Apa bedanya kamu dengan Ayah kamu yang brengsek itu?"
"Kalian sama-sama senang melihat kehancuran ku sekarang."
"Kalian bahagia di atas penderitaan yang aku alami."
"Jika waktu bisa untuk di putar kembali, aku tidak akan pernah ingin menjadi istrinya dan tidak akan pernah ingin melahirkan anak sepertimu..."
"Aku membencimu!!"
"Aku membenci kalian!!"
Psitt..
Aletta meringis kuat, menahan mati-matian rasa sakit saat alat pemantik api itu menyala tepat di kulit wajahnya. Dan pelakunya tak lain Ayudya-Sang Ibu kandung yang lima bulan terakhir ini mempunyai penyakit kelainan jiwa (Mental disease).
Wanita yang dulunya memiliki hidup normal, kini berubah layaknya sebagai makhluk yang paling mengerikan. Ayudya tidak akan segan-segan melukai Aletta saat gadis itu terus memaksanya untuk meminum obat-obatan yang menurutnya adalah racun yang akan mempersingkat hidupnya, padahal tidak.
-Flashback off-
Aletta menghela nafas lega saat wanita paruh baya itu sudah tertidur lelap di atas kasur beralaskan tikar rajut yang sudah terlihat kuno.
Benar-benar miris, jika dulu Ibunya itu bisa tertidur lelap di dalam kamar ber-AC dan kasur king size nya, tapi sekarang tidak lagi. Semenjak Ayahnya memilih untuk menikah lagi dengan Selena-Si janda beranak satu, posisi Ibunya bahkan dirinya pun selaku sang anak ikut tersingkirkan.
Tapi di sisi lain, Aletta masih bisa bersyukur karena ia bisa merasakan tidur yang nyenyak di dalam kamar tamu meskipun dengan desain yang sangat sederhana. Berbeda dengan Ibunya yang kini harus menempati gudang sebagai kamarnya. Alasan Wijaya sangat simpel, perempuan dengan kelainan jiwa memang sepantasnya ia tempatkan disana, bahkan tak segan-segan Wijaya menguncinya dari luar sampai berhari-hari.
Aletta hanya bisa tersenyum miris, di pandanginya wajah damai sang Ibu yang kini sudah tertidur lelap dan berpikir bagaimana kehidupan mereka selanjutnya. Apakah jika sudah bosan, Wijaya juga akan melempar mereka kejalanan?
Sungguh, memikirkannya saja Aletta sudah tidak sanggup.
Drrt...
Drrt...
Deringan ponselnya yang berada di atas nakas seketika membuyarkan Aletta dari lamunannya. Gadis itu mengambilnya dan melihat nama yang sudah terpampang nyata di depan matanya.
Raja is calling...
Ya, itu adalah panggilan telepon dari Raja. Cowok brengsek yang berhasil membuat dirinya di keluarkan dari sekolah sejak dua hari yang lalu.
Aletta tampak terdiam sejenak. Haruskah ia menjawab panggilan dari Raja atau justru tidak?
Setelah membulatkan tekad, jemari Aletta akhirnya menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASKALETTA
Teen Fiction"𝗡𝗶𝗸𝗺𝗮𝘁𝗶 𝗹𝘂𝗸𝗮𝗻𝘆𝗮, 𝗿𝗮𝘀𝗮𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗮𝗸𝗶𝘁𝗻𝘆𝗮, 𝗹𝗮𝗹𝘂 𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗶𝘀 𝗯𝗲𝗿𝘀𝗮𝗺𝗮." Kehidupan Aletta yang dahulu begitu bahagia bersama keluarga kecilnya, kini harus berubah seratus delapan puluh derajat setelah ayahnya memil...