Chapter 16 : Selamat jalan, Bunda

96.2K 8K 1.7K
                                    

_

_

Apakah air mata kesakitan yang selama ini aku teteskan tak cukup untuk menggambarkan betapa hancur dan menderitanya diriku? Apakah aku perlu memperlihatkan kepada kalian air mata darahku agar kalian paham dengan kondisi ku sekarang? Tolong hentikan... Aku sudah tidak kuat lagi.

_________________________________________

Selama dalam perjalanan pulang, Aletta tak kunjung menolehkan kepalanya kearah Milo yang sedang duduk di kursi kemudi. Gadis itu hanya menatap keluar dari jendela mobil Milo dengan tatapan kosong sementara air matanya terus mengucur deras.

Setelah mendapat kabar dari Bi Hanum bahwa Ibunya yang menderita mental disease telah tewas karena melakukan bunuh diri, Aletta tidak sanggup untuk menahan Bulir-bulir bening itu agar tidak keluar dari dalam matanya.

"Bunda nggak mungkin ngelakuin itu..." Aletta menggigit bibirnya dengan kuat. Suaranya ia kecilkan agar Milo yang sedang berada di sampingnya tak mendengar suara Isak tangisnya.

"Aletta, Lo baik-baik aja kan?" Milo bertanya lantaran sejak tadi gadis itu enggan membalikkan badannya. Milo juga tidak tahu mengapa Aletta meminta bantuannya untuk mengantarnya pulang setelah menerima panggilan.

Aletta mengangguk pelan, ia menghapus air matanya, tapi tetap saja terus mengalir. Aletta tidak kuat menahannya.

"I'm oke, Milo." Kamu nggak perlu tahu luka ku, Milo. Cukup aku saja yang merasakannya. Lanjut Aletta dalam hati.

Bersamaan dengan itu, mobil Milo berhenti tepat didepan bangunan lebih tepatnya rumah berlantai tiga. Itu adalah rumah Aletta, rumah yang dahulu di penuhi dengan keceriaan seketika berubah dalam waktu yang sekejap menjadi neraka untuknya.

Aletta menatap sendu rumahnya dari balik jendela mobil Milo. Gadis itu menghirup nafas dalam-dalam, mengisi setiap kekosongan pada kerongkongan nya. Setelah dirasa energinya sudah cukup dan mentalnya sudah siap padahal sebenarnya tidak, Aletta membuka pelan pintu mobil Milo dan keluar dari sana dengan langkah terpincang-pincang.

Melihat Aletta yang tampak kesulitan saat berjalan, Milo dengan cepat keluar dari mobilnya dan memapah tubuh Aletta dari samping.

"Aku bisa sendiri, Milo." Ucap Aletta sambil terus melangkahkan kakinya mendekati gerbang rumahnya.

"Nggak papa, gue bantu. Kaki Lo pasti sakit, kan? Cara jalan Lo aja sampai terpincang-pincang begitu." Milo terus memapah tubuh Aletta menuju gerbang.

Sementara Aletta sedikit tersentak saat mendengar ucapan Milo. Jadi sejak tadi cowok itu memperhatikan dirinya saat berjalan? Aletta tidak dapat berbohong karena saat ini pergelangan kakinya yang di tendang Shena beberapa hari yang lalu masih terasa sakit.

"Sampai sini aja, Milo." Ucap Aletta saat tangannya berhasil menyentuh besi-besi pada gerbang.

"Lo yakin? Kaki Lo sepertinya sakit banget itu. Gue anterin Lo Sampai kedalem aja, nggak papa." Tawar Milo tapi Aletta langsung menggelengkan kepalanya. Untung saja ia bisa menahan air matanya saat ini, jadi Milo tidak dapat melihat jika saat ini ia tengah bersedih.

"It's okay, Milo. Sampai sini aja, aku bisa jalan sendiri kok." Aletta mengangkat satu kakinya yang tidak sakit dan menggerakkannya agar Milo bisa percaya.

"Nih.. Kamu liat sendiri kan. Kaki aku udah baikan, jadi kamu nggak perlu khawatir." Tutur Aletta sambil memperlihatkan senyumnya.

"Kalau Lo bohong-"

"Aku nggak bohong." Aletta menyekat ucapan Milo dengan cepat.

Di tempatnya berdiri, Milo menghela nafasnya panjang.

ALASKALETTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang