Karakter milik diri mereka sendiri dan Tuhan
Cerita punya kejupanggang
Tidak ada keuntungan komersil dalam pembuatan fanfiksi kecuali kepuasan batin
Jika ada yang dirasa memplagiasi cerita ini nanti, bisa bilang saya, bakal saya tampol online wkkw.
.
Ten bukanlah orang yang gampang cemburu. Untuk anak umur delapan belas tahun, walau kekanakan bagi orang tuanya, tetapi sifat dewasa sudah tumbuh dan mekar dalam dirinya.
Meski begitu, ternyata ada hari di mana seorang Ten bisa cemburu juga. Semua berawal dari ucapan sederhana sang ibu. Ibunya, satu tahun yang lalu memutuskan untuk menikah dengan seorang lelaki yang bermarga Qian. Ten sendiri juga tidak paham bagaimana ibunya bisa mengenal lelaki ini. Namun, Ten sendiri tidak masalah dengan pernikahan ini. Ayahnya—ya, sebut saja begitu—adalah pria baik, sangat baik. Ten selalu bisa melihat cinta di mata lelaki itu, belum lagi ayahnya begitu perhatian dengan sang ibu.
Semuanya baik-baik saja sebenarnya. Hanya saja Ten kesal sekali jika dibandingkan dengan kakak angkatnya, Qian Kun. Sebenarnya, Ten sama sekali tak ada dendam apapun dengan kakaknya ini. Umur mereka hanya beda sebulan, tapi Kun ikut akselerasi sehingga sekarang Kun sedang menempuh dunia perkuliahan sementara Ten masih berada di kelas dua karena ia pernah tidak naik kelas.
Ten tidak naik kelas bukan karena dia bodoh. Hanya saja dia pernah bolos dua bulan pernah tanpa diketahui ibunya. Entah bagaimana caranya, hanya Ten yang tahu.
Dari profil pendidikan saja, mereka sudah jomplang. Kun adalah anak idaman orang tua manapun di dunia ini. Dia baik, penyabar, bisa masak, suka tersenyum, bahkan diumurnya yang masih belia dia sudah bisa mengendarai pesawat! Lihat, beda sekali dengan Ten. Tentu saja sejujurnya Ten maklum kalau ibunya suka membanding-bandingkan Kun dengan dirinya. Sungguh, Ten maklum.
Hanya saja, kalau setiap hari dibandingkan apa tidak muak?
Seperti hari ini, baru saja dia menaruh tas dan melepas sepatu dan kaus kaki. Ibunya mengomel kalau harusnya Ten melepas sepatu sebelum masuk ke rumah karena sepatu Ten banyak lumpurnya. Tentu kalian bisa menebak alur pembicaraan ini, bukan? Ya, benar. Omelan tanpa jeda serta ucapan, "Harusnya kamu tiru, dong, kakakmu. Padahal seumuran tapi kenapa sifat kalian bertolak belakang sekali, sih!?" tentu saja membuat Ten muak.
Ten hanya memutar bola matanya jengah. Bahkan ibu kandungnya lebih menyukai Kun dibanding dia. Ten sendiri tak bisa marah, sebenarnya. Kun memang hampir sempurna—manusia tidak ada yang sempurna, oke? Kun juga begitu. Agar cepat selesai Ten hanya mengangguk paham dan meminta maaf. Ibunya pun menghela napas dan menyuruh Ten untuk mengganti baju dan makan.
Ten sendiri segera menurut. Dengan cepat ia melompat ke kasur, menatap langit-langit kamar. Dadanya penuh gemuruh amarah dan kesal. Sungguh Ten tahu kalau Kun tidak bersalah. Kun baik, sangat baik padanya. Namun Ten jadi sebal sendiri karena ia merasa paling hina dan buruk karena dibandingkan oleh ibunya. Ibu yang melahirkannya.
Maka, untuk kali ini Ten bertekad. Untuk kali ini, ia bertekad akan memperlihatkan sisi nakal Kun sehingga sang ibu tidak lagi membandingkan mereka.
xxx
"Kun."
Kun segera berhenti membaca bukunya. Ia segera menoleh dan menatap Ten yang berada di depan pintu kamarnya.
"Kenapa, Ten?" ujar Kun sambil meletakkan kacamata bacanya. Kun bisa melihat cengiran si rambut pirang. Ten akhirnya duduk di kasur Kun dan kini keduanya saling berhadapan.
"Besok temani aku, yuk?"
Ten bisa melihat wajah Kun yang sedikit bingung. Meskipun hubungan mereka cukup baik, keduanya jarang sekali pergi bersama. Pergi bersama pun kalau ada acara keluarga. Ten biasanya akan pergi dengan teman-temannya kalau sedang bosan, begitu pula Kun. Ten bahkan bisa menghitung dengan jari berapa kali mereka bepergian bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tricking
RomanceTen awalnya hanya ingin menjebak Kun untuk menjadi anak nakal. Ia begitu muak dengan sang ibu yang terus membandingkan mereka. Namun, kali ini rencananya berubah total ketika melihat kakaknya yang mabuk begitu menggoda. [TenKun]