Karakter milik diri mereka sendiri dan Tuhan
Cerita punya kejupanggang
Tidak ada keuntungan komersil dalam pembuatan fanfiksi kecuali kepuasan batin
Jika ada yang dirasa memplagiasi cerita ini nanti, bisa bilang saya, bakal saya tampol online wkkw.
.
Sebenarnya, beberapa hari ini Ten cukup uring-uringan.
Dirinya tahu jika saat ini Kun sedang sibuk. Walaupun sering ke perpustakaan untuk ujian dan tetap mau menurutinya, ada perasaan menyebalkan ketika Kun tak nampak di depan wajahnya.
Selalu setiap malam, seks menjadi rutinitas bagi mereka. Ketika Kun terlelap, akan Ten pandangi wajahnya. Dalam wajah damai sang kakak angkat, selalu Ten bayangkan jika Kun akan terus begini.
Ten begitu menyukai tubuh sang kakak angkat. Pinggang Kun begitu pas saat ia rengkuh. Tatapan Kun sangat manis ketika Ten melakukan penetrasi, menyuarakan betapa sang kakak menyukai penisnya.
Qian Kun, manusia paling manis sedunia menurut Ten.
Hasratnya untuk membuat sang kakak bergantung padanya pun makin besar. Namun, tentu saja segala sesuatu harus dilakukan dengan penuh kesabaran.
Setidaknya Kun percaya padanya untuk saat ini. Walau tiap kali bercinta mata sang kakak seolah-olah meneriakan neraka berada di depannya. Ten sama sekali tidak terganggu.
Malah, Ten berharap bisa melihat mata yang seperti itu selamanya.
Menghancurkan sang kakak adalah hal yang paling menyenangkan menurutnya. Jika benar-benar berhasil, maka sampai jadi debu Kun akan menjadi peliharaan favoritnya.
Rantai tak kasat mata akan Ten ikat kencang pada Kun.
Namun, toh, saat ini meskipun mereka melakukan seks, tetap saja intensitas mereka bertemu menurun drastis. Jujur, Ten tidak suka perasaan itu.
Makanya, untuk menurunkan rasa kesalnya, jalan-jalan sepulang sekolah adalah cara terampuh menurutnya.
Sampai matanya tak sengaja tertuju pada cafe dengan dinding kaca.
Ten tidak salah lihat, sang kakak angkatnya berada di sana dan ada sosok pria lain yang menemaninya.
Dirinya akan biasa saja jikalau Kun tidak menatap pria tersebut dengan begitu.
Itu ... adalah tatapan yang sampai kapanpun takkan pernah Ten dapat dari sang kakak.
Tatapan orang yang sedang jatuh cinta.
Sang bungsu berusaha keras menahan amarah dalam dada, sebelum memutuskan untuk berpaling dan tak melihat.
Ugh, sungguh dia benci perasaan ini.
xxxx
Ini cukup aneh bagi Kun.
Biasanya, ketika Kun pulang, Ten akan langsung memboyongnya ke dalam kamar. Mereka biasanya akan melakukan pergumulan di ranjang. Kun bahkan sudah menyiapkan obat pereda nyeri karena biasanya sang adik bermain sampai membuatnya tak sadarkan diri.
Namun, pulang ke rumah, Ten bahkan tak menyambutnya.
Jadi, Kun dilema, haruskah dirinya mengetuk pintu kamar sang adik? Dia sendiri sudah mengecek kalau sepatu dan sandal Ten lengkap. Berarti sang adik ada di rumah.
Kalau Kun mengetuk kamar sang adik, lalu apa? Menanyakan mengapa Ten tidak mengajaknya seks?
Oke, mengapa rasanya Kun terdengar murahan sekali.
Harusnya Kun senang dong kalau hari ini mereka tidak melakukan seks. Dia bisa bebas tidur seharian, menonton series favorit, atau bahkan jalan-jalan dengan teman.
Harusnya begitu, tapi entah mengapa Kun takut terjadi sesuatu dengan sang adik.
Maka dari itu, akhirnya Kun memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Ten. Cukup lama respon yang didapat sampai akhirnya Ten membuka pintu dan hanya menampakkan wajahnya.
"Ada apa, Kun?"
Ada apa? Bukannya ini benar-benar terlihat aneh? Terus, mengapa pula Ten tak membuka semua pintunya lebar-lebar.
Meski begitu, Kun menelan semua pertanyaan tersebut dalam hati. "Tidak apa-apa. Aku hanya ... takut kau kenapa-napa."
Ten tertawa ringan. "Tenang saja, aku tidak apa-apa."
Kun mengangguk mendengar ucapan Ten. "Baiklah kalau begitu."
Setelahnya, keduanya saling mematung di ambang pintu.
Ten yang merasa bahwa perbuatan mereka konyol, tertawa lagi. "Apa ada yang ingin ditanyakan lagi, Kakak?"
Kun terkesiap, mendadak merah merambat di pipinya.
Haruskah dia bertanya soal seks rutin mereka? Sungguh, Kun merasa malu jika dia harus menyuarakan hal tersebut. Namun, jika tidak bertanya, dia akan kepikiran sendiri.
Melihat Ten sekilas yang nampak sabar menunggu, dengan menundukkan wajah, Kun bertanya.
"Hari ini ... kita ... tidak melakukan ... seks?"
Astaga, ingin rasanya Kun mengubur diri.
"Sepertinya sampai minggu depan kita libur dulu," Kun kaget bukan main. Dua bulan lebih mereka rutin bercinta dan sekarang mereka libur?
Bukankah ini kabar bahagia?
Dari dulu Kun selalu menantikan hal ini, tapi mengapa dia begitu kaget ketika mendengar hal ini?
"Aku harus belajar, minggu depan UAS," jelas Ten sembari tersenyum lebar.
"A-aku bisa mengajarimu!"
Oh, Kun, ada apa denganmu? Mengapa menawarinya belajar ketika Ten memberikanmu kebebasan selama seminggu.
Sungguh, ada apa dengan dirinya?
"Tidak perlu, Kun istirahat saja, oke?" ujar Ten sembari perlahan menutup pintu. "Sudah, ya, aku mau pakai baju. Dari tadi kedinginan karena habis mandi."
Kun segera gelagapan. Ternyata Ten sedang tidak pakai baju, pantas saja hanya wajahnya saja yang nampak.
"Maafkan aku," ujar Kun spontan. "Lalu ... semangat belajarnya."
Kun berlalu dengan cepat, tapi tak menyadari Ten belum menutup pintu kamarnya.
Senyuman lebar di wajah Ten muncul, tapi penuh teka-teki di dalamnya.
xxxx
"Dong Sicheng, pemenang olimpiade Matematika nasional kelas 2 SMA tahun 2021."
"Dong Sicheng, model rookie yang digadang-gadang akan naik daun tahun ini."
"Ah, ternyata Dong Sicheng lebih muda dari aku dan Kun."
Pantulan mata cokelat itu menampilkan pencarian mengenai Dong Sicheng. Informasi yang Ten dapat pun tak banyak, meski lelaki tersebut menang olimpiade dan calon model sukses.
"Ah ... bagaimana bisa kau jatuh cinta pada orang sepertinya, Kakak?"
Ten segera mengambil ponselnya, mengetik dengan cepat sebelum akhirnya tersenyum tipis.
"Orang sepertinya, takkan pernah mau menerima boneka rusak sepertimu, Kakak."
Ten mematikan laptopnya, pantulan wajahnya nampak di depan layar.
Dalam pantulan layar, raut wajah Ten menampakkan seringai yang berbahaya.
"Namun tenang saja, Kakak. Akan kubuat kau ingat ...,"
"Hanya aku yang menerima boneka rusak sepertimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tricking
RomanceTen awalnya hanya ingin menjebak Kun untuk menjadi anak nakal. Ia begitu muak dengan sang ibu yang terus membandingkan mereka. Namun, kali ini rencananya berubah total ketika melihat kakaknya yang mabuk begitu menggoda. [TenKun]