Final

161 15 6
                                    

Tricking

Bab 8

Nct (c) diri mereka sendiri dan Tuhan

Cerita punya kejupanggang

.

.

Pintu dibuka, Ten dikejutkan dengan Kun yang mendadak memeluknya erat.

Kaget, tentu. Bingung? Apalagi.

Ada apa ini? Mengapa Kun tiba-tiba memeluknya begitu erat?

"Kun ...," panggil Ten pelan, masih bingung dengan apa yang terjadi. "Ada apa ini?"

Yang dipanggil hanya diam, masih memeluk Ten dengan erat. Ten, tentu tidak keberatan. Dia senang bukan main, kakaknya mulai manja padanya.

Tapi tetap saja pertanyaannya hanya ada satu ...

Ada apa?

"Kun," panggil Ten sekali lagi, kali ini sembari mengelus punggung sang kakak.

Kun segera menutup pintu. Hari ini, ibu sedang menginap di rumah Bibi Luo, jadi, takkan ada yang melihat apa yang sedang mereka lakukan di ruang tamu kali ini.

Untuk pertama kalinya, Kun mencium Ten.

Hanya saja, ciuman itu penuh air mata. Terasa menyesakkan sampai Ten menghentikan aktivitas mereka.

Dengan tatapan menuntut, sekali lagi, Ten bertanya.

"Qian Kun, katakan padaku apa yang terjadi?"

Mata yang berkaca-kaca itu luruh. Air mata tumpah. Bingung, takut, dan sedih bercampur jadi satu.

"Ten ...," ucap Kun dengan nada rendah. "Ten ... aku ...," suaranya tercekat.

Kun, sama sekali tak bisa bicara.

Takut jika Ten akan pergi jika dia tahu apa yang terjadi.

"Ten ... aku ... minta maaf," ujar Kun sembari terisak, air matanya terus turun, jemari Ten sigap menahan tangisan sang kakak. "Aku mencintaimu ... tapi ... aku ...,"

Kun kembali menangis.

Dia merasa mau gila. Mati karena malu tentu saja bisa terjadi dan Kun mungkin bisa saja mengalaminya saat ini.

"Aku minta maaf karena selalu ... meragukanmu," Kun sampai tak ingin melihat Ten. "Aku ... menyadari bahwa hanya kau yang begitu menyayangiku."

"Aku ... maafkan aku, Ten ...."

Ten mengelus pipi Kun, memberi sang kakak kenyamanan.

Kun memegangi tangan Ten, agar kehangatan sang adik tak hilang di pipinya.

"Sudah kubilang, bukan? Aku akan selalu memaafkanmu, Kakak." Ten menatap Kun dengan lembut. "Aku ... akan selalu memaafkanmu, menyayangimu, dan menerima dirimu."

"Jadi, jangan pernah khawatir kalau aku akan meninggalkanmu, Kakak."

Kali ini, Kun menatap Ten. Nampak kelegaan dalam sorot matanya.

Ten, begitu menyayanginya, memakluminya, dan selalu menjaganya.

Lantas, mengapa dulu dia merasa bahwa apa yang Ten lakukan saat itu merupakan hal yang mengerikan? Kun sendiri tidak mengerti.

Harapannya pada Sicheng sudah pupus. Dikhianati dan dicap murahan oleh Sicheng, seumur hidup Kun akan terus mengingat luka yang pria itu beri.

"Ten ... aku ...."

TrickingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang