8 - Hukum Masa Lalu

37 3 0
                                    

𝔸𝕡𝕒 𝕜𝕚𝕥𝕒 𝕙𝕒𝕣𝕦𝕤 𝕤𝕒𝕝𝕚𝕟𝕘 𝕞𝕖𝕞𝕓𝕖𝕟𝕔𝕚 𝕒𝕘𝕒𝕣 𝕕𝕒𝕡𝕒𝕥 𝕕𝕚𝕡𝕖𝕣𝕤𝕒𝕥𝕦𝕜𝕒𝕟?

________

____

__



Kemarin terlempar pasir, hari ini tersiram air. Suasana butik yang selalu sepi dengan damai, kini riuh oleh desakan para warga. Mereka berlomba-lomba masuk. Bahkan di luar sudah ramai gerombolan orang pencinta gosip.

Semua keriuhan ini hanya karena seorang wanita yang mengomel dan menyiram wajahku dengan air. Alhasil, bagian atas gaun putih polosku basah kuyup. Sudah sekitar sepuluh menit aku membeku di tempat yang sama. Selama itu juga, Noir menenangkan wanita yang menyiramku.

Aku tidak yakin, tapi aku rasa wanita itu menerima pesanan busana yang salah. Itu menjelaskan sikapnya yang tiba-tiba datang dengan murka. Kini, wanita itu kembali menatapku dan melangkah ke arahku. Tentu saja aku mengambil beberapa langkah mundur karena takut disiram lagi. Sementara Noir dari belakang langsung menahan wanita itu.

Benar saja, wanita itu berusaha menyerangku lagi. Gerak-geriknya seperti ingin menjambak rambutku. Untung saja ada Noir yang gerak cepat. Dia mengarahkan kepalanya ke samping secara berulang-ulang. Seakan menyuruhku untuk pergi ke ruang belakang. Namun, mana mungkin aku membiarkan Noir sendirian menghadapi kekacauan butik?

Aku merupakan pekerjanya sekarang. Jadi aku harus membantu.

Kusingkirkan beberapa helai rambut basah yang menutupi wajahku, lalu melempar pandangan kepada wanita di hadapanku. Dia masih mencoba menyerang, tapi kedua bahunya ditahan. Mengakibatkan dia tak bisa bergerak maju dan hanya memberontak di tempat.

"Kau. Aku melihatmu kemarin." Amarah wanita itu mulai mereda, tapi sorot matanya menajam. Astaga, memangnya aku melakukan kesalahan apa?

"Kemarin! Aku melihat gadis ini bersama Letjen Ernest berdua. Bersama-sama tertawa sambil berjalan ke arah butik." Kalimat itu terucap, sengaja dilontarkan di hadapan para warga yang menggosip. Akibatnya, muncul bisikan-bisikan yang mengambil asumsi sendiri.

Wanita itu dari menghadap warga, kembali menghadap ke arahku. "Pernikahan antara Putri Royah dan Letjen Ernest bukanlah sebuah rahasia. Mereka calon pasangan dan kau harusnya sudah tahu tentang hal ini, gadis pelakor!"

Jadi dia menyiramku, membuat kekacauan di butik, hanya karena itu? Sudah jelas wanita ini seenaknya mengambil asumsi. Padahal aku dan Ernest tidak ada apa-apa. Kita memang berencana membatalkan pernikahan kerajaan, sih. Tapi itu kan atas dasar permintaan Ernest. Aku tidak bisa berbuat apa-apa.

"Maaf, nona. Kurasa kau salah sangka." Akhirnya aku bisa bicara setelah wanita ini dari tadi menyudutkanku. Huh, aku sampai berpikir dia benar-benar menerima busana yang salah.

"LALU APA, HUH?" Wanita itu kembali terbakar emosi. Dia mengangkat kaki kanannya dengan tiba-tiba, hampir saja mengenaiku. Namun tepat sebelum itu terjadi, seseorang dari gerombolan depan berlari masuk dan menghalanginya. 

"Bersiaplah, hukuman patah kaki untukmu segera." Suara tidak asing sampai ke pendengaranku. Ernest.

Ekspresi wanita itu berubah seratus delapan puluh derajat, begitupun aku. Pantas saja gerombolan di luar dalam sekejap lenyap. Bahkan suara riuh yang menyiksa telinga seketika padam. 

Tahu siapa yang datang, Noir langsung melepas wanita itu. Seakan yakin bahwa Ernest dapat mengendalikannya. Aku tahu, Ernest pasti hanya main-main soal hukuman patah kaki. Mana mungkin---

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

To: 1920Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang