18 November 2021
Hujan tak mau beranjak pergi, meski malam sudah mengantuk. Rintiknya memecahkan kaca jendela dan memberi salam pada sepi yang menetap di relung sebelah sini. Namun, seseorang di sana memaksa diri menutup mata. Memaksa kepalanya untuk melanjutkan kutipan-kutipan sedih yang membuatnya sakit, maka ia bisa terus berbaring dan tak perlu menghadapi takut akan dirinya sendiri.
Hujan bertahan lama malam ini, memangku kesunyian di atas kata-kata yang menuliskan kisahnya seorang diri. Seperti seseorang di sana yang mengharapkan malam lenyap tetapi tidak ingin pagi untuk segera bangun. Semacam membenci malam namun juga tidak mencintai pagi. Semacam ingin menghilang tapi juga berharap untuk segera ditemukan.
Rintik mulai habis, sedikit-demi-sedikit. Jangan menyerah dengan mudah, hujan. Kata seseorang di sana yang mencemaskan kepalanya, karena subuh akan segera tiba.
-
Apa kabarmu?
Apa yang kau cemaskan hari ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Di Balik Wajah
Poetrytanganku tak sampai, suaraku luruh, tetapi ku harap kata-kata bisa membuat lukamu membenci dirinya sendiri -